Perspektif

Bahagia Itu Benar-benar Sederhana Loh!

3 Mins read

Seperti diketahui, hidup memang tidak selamanya berjalan dengan baik dan lancar. Ada kalanya setiap orang mengalami kondisi sulit yang harus dihadapi. Ditambah dengan adanya pandemic COVID-19 yang mengancam roda kehidupan ini tentunya akan menambah list kesulitan. Dampak pandemic COVID-19 semakin terasa setelah kurang lebih 6 bulan berlangsung. Imbasnya dari pandemic ini berdampak pada bidang pendidikan, perekonomian, sosial dan bidang lainnya yang menghambat kebahagiaan hidup.  

Tidak jarang banyak orang yang mengeluhkan berbagai macam hal saat sedang berada pada kondisi seperti ini. Mengeluh memang menjadi hal wajar bagi setiap manusia, namun hal ini perlu segera diatasi agar tidak larut dan bisa cepat bangkit kembali. Di tengah-tengah kondisi yang serba sulit ini, tentunya setiap orang berhak untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kondisi apapun.

Arti Kebahagiaan itu Apa?

Beberapa ahli psikologi medefinisikan kebahagiaan sebagai suatu hasil penilaian terhadap diri dan kehidupan, yang di dalamnya memuat aspek emosi positif seperti kegembiraan yang meluap-luap dan kenyamanan atau aktivitas positif yang tidak memenuhi aspek emosi apapun.

Sedangkan  perspektif agama Islam memandang arti kebahagiaan dengan sesuatu yang sifatnya spiritual seperti adanya perasaan tenang dan damai, ridho dan puas terhadap ketentuan Alloh apapun bentuknya, dan lain sebagainya.

Mungkin di antara kita pernah atau bahkan sering mendengar ungkapan “Bahagia itu sederhana loh…!” Tapi, bentar dulu.. apa benar bahagia se-sederhana kata-kata? Sering kali kita mendengar ungkapan; ”Bahagia itu sederhana, sesederhana kamu mengucapkan bahagia” atau ungkapan lain; “Bahagia itu mudah. Berpikirlah dan bertindaklah dengan sederhana”.

Ungkapan lainnya yang sering di ungkapkan oleh para pemuka agama bahwa “Bahagia itu sederhana, cukup jauhi larangan-Nya, dan jalankan perintah-Nya”. Pun dengan ungkapan bahagia dari tokoh terkenal seperti Mahatma Gandhi yang menyebutkan; “Kebahagiaan adalah ketika apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu katakan, dan apa yang kamu lakukan selaras”.

Baca Juga  Kritik Al-Kindi Kepada Penentang Filsafat

Korelasi Bahagia dan Syukur

Berbagai kata-kata bahagia ini merupakan salah satu cara yang dapat membuat hidup lebih bersyukur. Melalui kata-kata bahagia itu pula setidaknya seseorang akan mengingat satu hal baik yang bisa diperoleh sekalipun sedang menghadapi masa-masa yang sulit.

Salah seorang tokoh psikologi sosial yaitu Selignman ia menemukan dalam penelitiannya bahwa kebahagiaan itu ada batasnya, ada titik jenuhnya dan setiap manusia berbeda-beda tingkat kebahagiaannya.

Misal, bahagia karena memakan makanan yang enak, akan ada batasnya saat perut manusia kenyang, ia tak bisa makan lagi, tak bisa merasakan lagi nikmatnya makan enak sebagaimana kesenangan saat awal pertama kali ia makan enak.

Analogi yang sama ini akan terjadi pula pada bentuk-bentuk kebahagiaan lainnya, semisal nafsu syahwat, kepuasan libido, saat puncak orgasme tercapai,  manusia tak bisa merasakan kenikmatan lebih lanjut.

Selignman menyebutkan secara umum terdapat 3 macam bentuk kebahagiaan yang dicari oleh manusia dalam kehidupan ini; 1) Hidup yang penuh kebahagiaan  (pleasant life), 2) Hidup yang nyaman  (good life), 3) Hidup yang bermakna (meaningful life).

Hidup yang penuh kebahagiaan ialah kondisi kehidupan di mana pencarian kebahagiaan hidup, kepuasan nafsu, keinginan dan berbagai bentuk kebahagaiaan lainnya, menjadi tujuan hidup manusia. Hidup yang nyaman, ialah ketika kebahagiaan hidup sebanyak mungkin telah dimiliki.

Hidup yang bermakna, lebih tinggi lagi dari  tingkat kehidupan yang nyaman, selain segala  keperluan hidupnya telah terpenuhi, ia menjalani hidup ini dengan penuh pemahaman tentang makna dan tujuan kehidupan. Selain untuk diri dan keluarganya, ia juga memberikan kebaikan bagi orang lain dan lingkungan sekitar.

Cara Mendapatkan Kebahagiaan Haqiqi

Rasa bahagia ini timbul ketika banyak orang lain mendapatkan kebahagiaan karena usaha kita, atau istilah lainnya; pleasure in giving, kebahagiaan dalam berbagi.

Baca Juga  Sektor Pariwisata: Devisa Menurun Akibat Pandemi COVID-19

Kebahagiaan tampaknya merupakan keinginan semua orang. Meskipun menjadi hal yang ingin dicapai semua orang, namun dalam kenyataannya pencapaian kebahagiaan bukanlah satu hal yang sederhana. Cukup banyak orang yang merasa tidak bahagia, sehingga berusaha untuk mencari cara bagaimana agar dapat merasakan kebahagiaan.

Lantas bagaimana caranya untuk bahagia?

Adakalanya, banyak sekali cara untuk dapat meraih kebahagiaan. Diantaranya:

Pertama, lakukan apa yang kita sukai. Misalnya, jika keinginan kita adalah bermain sepak bola, bermain musik, menulis, diskusi kaum elit (ekonomi sulit), atau olahraga. Luangkanlah waktu untuk melakukannya. Kita akan menemukan bahwa ketika kita melakukan apa yang kita sukai, akan jauh lebih baik untuk memperoleh kebahagiaan.

Kedua, makan makanan yang sehat. Memakan makanan yang baik dan sehat, akan memberikan dampak baik terhadap fisik dan mental. Tubuh butuh energi yang cukup dan kuat untuk menghadapi problematika hidup, karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

Ketiga, temukan cara untuk mengelola stres. Jangan biarkan stres merampas hak kita untuk bahagia. Latihan sederhana seperti meditasi/muhasabah, akan dapat membantu mengelola stres dengan lebih baik.

Keempat, maafkan dan lupakan. Mengubah diri dengan memaafkan dan mengakhiri semua perasaan marah, benci, dan keinginan membalas  kepada orang lain yang berkonflik dengan kita serta menggantinya dengan emosi positif, kita akan merasa lebih bahagia karenanya.

Kelima, jadilah diri sendiri. Seperti yang dikatakan Steve Jobs, “Waktu kita terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalankan kehidupan orang lain.” Terima siapa kita, jadilah diri sendiri, dan kita akan merasakan perbedaan dunia.

Editor: Wulan
Avatar
7 posts

About author
Asisten Dosen Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds