Inspiring

Pak AR Fachruddin: Menjadi Pemimpin Harus Paham Ilmu Agama

4 Mins read

Berbicara tentang sosok seorang pemimpin, tentunya menjadi pembahasan yang akan selalu terngiang-ngiang di telinga kita umat muslim. Menjadi pemimpin berarti memiliki tugas mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan warganya dengan tanggung jawab. Pada kali ini saya akan membahas bagaimana pentingnya memahami ilmu agama untuk menjadi pemimpin. Sebagai contoh lebih jelasnya, saya menghadirkan sosok seorang pemimpin Muhammadiyah, yaitu Pak AR Fachruddin.

Menjadi Pemimpin, Pak AR Berguru pada Ulama

Di dalam buku Haidar Musyafa ‘Pak AR dan Jejak-Jejak Bijaknya’, beliau menceritakan Pak AR Fachruddin pada waktu beliau menempuh pendidikan di Madrasah Muallimin. Beliau mengalami kekurangan biaya persekolahan. Di saat itulah Pak AR diajak pulang ke Bleberan untuk belajar agama kepadanya ayah beliau sendiri, Kiai Fachruddin.

Di perkampungan, beliau berguru pada banyak kiai yang ada di kampung itu. Tepatnya pada tahun 1929, beliau mulai mengaji dengan metode sorogan kepada Kiai Abdullah Rasyad, Kiai Abu Amar, dan kiai-kiai lain di Bleberan, Banaran, Kulon Progo. Beliau sendiri banyak mempelajari kitab, antara lain Matan Maqrib, Syarah Taqrib, Qotrul Ghaits, Jurumiah, Riyadhus Sholihin, dan Subulus-Salam.

Salah seorang guru ngaji Pak AR Fachruddin di pesantren adalah Kiai Sangidoe. Beliau mulai belajar tentang nahwu dan sharaf kepada kiai tersebut. Ketika usia beliau lima belas tahun, Beliau juga memperdalam ilmu filsafat dan akidah pada kiai karismatik yang terkenal di daerah Wonokrobo itu.

Berbagai kitab yang dipelajari Pak AR Fachruddin dari guru-guru beliau menjadi rujukan dalam berdakwah di kemudian hari. Selain memperdalam ilmu agama Islam dari kitab-kitab yang telah diajarkan oleh ayah beliau Kiai Fachruddin, Kiai Abu Amar, dan Kiai Abdullah Rasyad. Pak AR Fachruddin juga mempelajari Ihya Ulumuddin dan Kitab Tauhid karya Imam al-Ghazali. Dan beliau juga mempelajari kitab-kitab yang lainnya.

Baca Juga  Pesawat R80, Apakah Mimpi BJ Habibie Akan Kandas Lagi?

Pak AR Fachruddin juga mempunyai hubungan dekat dengan para kiai dan pengasuh pondok pesantren di Yogyakarta. Selain dekat dengan kiai di daerah Bresosot dan Wonokromo, Pak AR juga dekat dengan kiai-kiai yang yang ada di Pondok Pesantren di Krapyak, Yogyakarta.

Salah satu kiai yang dekat Pak AR Fachruddin adalah Kiai Munawir. Hubungan beliau dengan Kiai Munawir bisa dikatakan dekat karena pertalian hubungan keluarga. Salah satu putri dari kakak Kiai Fachruddin, Nyai Ilyas, yaitu Salimah, menikah dengan Kiai Munawir di Yogyakarta.

Dakwah Pak AR Berawal dari Keluarga

Kehidupan Pak AR adalah cerminan ajaran Islam yang sesungguhnya: teduh, menyejukkan, dan mengayomi. Beliau tidak pernah memaksa, tetapi berusaha mencontoh perikehidupan kanjeng Nabi Muhammad SAW. Beliau menjadi sosok yang lebih banyak memberikan teladan dalam melakukan amal kebaikan, daripada menyuruh orang lain berbuat baik tapi dirinya sendiri belum melakukannya.

Beliau sering memberikan nasihat kepada anak-anak beliau agar dalam menuntut ilmu dan mendakwahkan ajaran islam dilakukan dengan niat ikhlas, semata-mata mencari keridhaan Allah. Islam harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dengan ikhlas dan legawa, tanpa ada perasaan terpaksa.

Menurut Zahanah dan Muhammad Lutfhi Purnomo, putri ketiga dan putra ketiga dari beliau menegaskan bahwa ayah tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk hanya belajar agama saja dan menjadi santri di pesantren. Dalam artian, Pak AR tidak melarang mereka untuk  mempelajari ilmu apa saja asalkan tidak bertentangan dengan agama.

Beliau juga memotivasi anak-anak beliau dan warga Muhammadiyah agar senantiasa berdakwah menyebarkan ajaran islam. Beliau melarang mereka berputus asa dalam melaksanakan tugas-tugas persyarikatan. Karena, untuk mencapai suatu tujuan hal ini harus dilakukan dengan kerja keras dan kesungguhan ikhtiar. Upaya tersebut dikerjakan dengan memohon pertolongan kepada Allah SWT.

Baca Juga  Belajar Berbeda Pendapat dari NU VS Muhammadiyah

Beliau adalah sosok pembelajar sekaligus pengajar yang baik. Ilmu-ilmu yang sudah beliau dapatkan dari sekian banyak kiai, kian menjadikan beliau sebagai pendakwah sampai akhir hayat beliau di Muhammadiyah.

Urgensi Ilmu Agama Dalam Berdakwah

Sekitar tahun 1980-an, di Yogyakarta sedang menjamur penjualan daging kodok. Olahan daging hewan amfibi yang dirasa enak itu berhasil menarik minat masyarakat untuk mencobanya. Tak terkecuali umat Islam. Salah seorang jamaah Pak AR Fachruddin yang masih ragu mengenai kehalalannya bertanya kepada beliau tentang kehalalan daging tersebut. Dengan bahasa yang ringan, Pak AR justru memberikan jawaban yang mempertanyakan. Sehingga orang secara otomatis akan berpikir tentang kehalalan makanan tersebut.

Menurut Prof. Abdul Munir Mulkhan, Pak AR Fachruddin adalah sosok yang sangat cerdas dan tepat dalam memberikan solusi. Segala macam persoalan umat dengan ringan dan tepat dalam sasaran, bahkan disertai humor membuat orang menerima penjelasannya dengan gembira. Gaya ceramah dan pengajian Pak AR yang kerap disertai bahasa tubuh yang unik membuat jamaah menikmati tausiyah beliau dengan penuh nikmat.

Pak AR Fachruddin merupakan sosok pendakwah yang mempu menyentuh seluruh lapisan masyarakat, baik di kalangan para pemerintah, pengusaha, maupun rakyat biasa. Sebagai seorang pemimpin di Muhammadiyah, beliau tentu merasa berkewajiban mendakwahi warga Muhammadiyah khususnya dan umat Islam pada umumnya. Beliau merasa dakwah sudah menjadi tugas pada diri seorang yang menjadi pemimpin.

Menurut Pak Syukrianto, cara berdakwah menggembirakan ini sudah di mulai Pak AR sejak muda, sejak beliau masih menjadi pengurus Muhammadiyah di kampung halaman. Jenis dakwah ini terus beliau kembangkan hingga beliau menjadi pemimpin di Muhammadiyah. Menjadi pemimpin, selain memberikan solusi dalam berbagai permasalahan yang ada, tentu perlu pertimbangan yang matang dalam menjawab dan memutuskan.

Baca Juga  Gus Dur Selalu Ada di Hati Rakyat Papua

Beliau selalu memperhatikan dan memahami kepada siapa beliau berbicara dalam memberikan sebuah jawaban. Hal ini bertujuan agar jawaban tersebut tidak menyinggung perasaan dari sasaran dakwah. Pada akhirnya strategi itu pun berhasil membawa Pak AR dalam kegiatan berdakwah.

Pentingnya Ilmu Agama untuk Menjadi Pemimpin

“Pada zaman sekarang ini, banyak orang tidak bersedia mengamalkan ajaran agamanya. Melihat kesulitannya saja mereka putus asa dan tidak berani. Itulah yang menjadikan bangsa ini sulit menelurkan pemimpin yang baik dan amanah, sekalipun banyak orang di negeri ini yang memiliki ilmu agama sangat tinggi.” (KH. AR Fachruddin)

Kata-kata itu terlihat sangat jelas dalam segi tujuannya, beliau menegaskan bahwa banyak sekali sosok pemimpin, kiai, ulama, mubaligh, hingga ustadz. Mereka enggan untuk menyampaikan dakwah Islam yang penuh kebenaran itu, akibatnya ilmu yang mereka miliki hanya berguna bagi mereka sendiri tidak bagi orang lain.

Menjadi pemimpin berarti melayani dan mengayomi warga-warganya agar tujuannya tercapai. Dia harus mampu memberikan solusi bagi setiap problem yang ada, tidak terlepas dari ketentuan syariat agama dan peraturan yang berlaku. Wallahu a’lam

Editor: Shidqi Mukhtasor

Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds