Perspektif

Tenaga Medis: “Kami juga Manusia Biasa!”

2 Mins read

MasyaAllah. Sudah 116 dokter gugur sampai saat ini. Dihimpun dari data Kementerian Kesehatan RI, para dokter yang gugur tersebut, delapan di antaranya bergelar Guru Besar (Profesor). Untuk tenaga medis yang lain seperti perawat dan seterusnya, sudah ratusan pula yang meninggal dunia. Sebuah duka yang mendalam bagi bangsa, di saat negeri ini sedang berjuang keras melawan pandemi COVID-19, justru mereka-mereka yang diandalkan di garda terdepan gugur.

Dengan banyaknya berguguran tenaga medis akibat tertular COVID-19, dunia kesehatan di negeri ini menjadi “oleng”. Pasalnya tidak mudah mencetak tenaga medis. Butuh bertahun tahun lamanya untuk melahirkan seorang dokter, apoteker, perawat, bidan, dan lain sebagainya. Sementara hari ini, peran aktif mereka sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam memerangi ancaman COVID-19.

Kian hari, masyarakat yang terkonfirmasi positif COVID-19 terus bertambah. Para tenaga medis yang diberi tanggungjawab penuh oleh negara untuk mengendalikan situasi ini, mengerang tangis dalam tawanya. Di satu sisi mereka disumpah oleh disiplin ilmunya untuk mengabdikan diri sepenuhnya untuk kemanusiaan. Di sisi lain, mereka yang bertugas justru dihantui oleh penularan virus yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya.

Mereka (Tenaga Kesehatan) juga manusia, yang tak luput dari penyebaran virus yang mematikan itu. Mereka punya keluarga, suami/istri, dan anak-anak. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama, sebagai anak bangsa mematuhi protokol kesehatan yang sudah disarankan oleh pemerintah, agar korban yang wafat akibat COVID-19 tidak berjatuhan lagi.

Patuhi Protokol Kesehatan

Adanya kebijakan Work From Home (WFH) yang diberlakukan oleh pemerintah, semestinya menjadi kabar yang menyenangkan bagi masyarakat secara luas dalam situasi pandemi ini. Terutama masyarakat yang memang sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), semisal pegawai pemerintah, guru, dan dosen. Oleh karenanya, pergunakanlah keringanan ini dengan hati yang lapang. Sebab, dengan melakukan WFH, maka risiko penularan dan penyebaran COVID-19 bisa diminimalisir.

Baca Juga  Wabah Covid-19, Bukti Ramalan Florence Nightingale

Sementara bagi masyarakat yang kebetulan tidak berstatus ASN, seperti mereka yang bekerja di sektor swasta, pedagang, dan lain sebagainya, agar disiplin dalam beraktivitas diluar rumah. Seperti sesering mungkin mencuci tangan pakai sabun, memakai masker dengan benar selama berada di luar rumah, dan menjauhi kerumunan massa. Hal ini sangat berdampak baik bagi diri sendiri dan lingkungan, termasuk juga laku tersebut bentuk sinergisitas antara masyarakat dan pemerintah dalam melawan COVID-19.

Adanya hukuman yang diterapkan oleh pemerintah kepada mereka-mereka yang kedapatan tidak mematuhi protokol kesehatan, bukan berarti hal tersebut bentuk punishment pemerintah kepada masyarakat. Melainkan hal itu adalah bentuk kepedulian dan kasih sayang negara terhadap rakyatnya, agar kita semua selamat dari ancaman wabah.

Negara selalu hadir untuk rakyat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah agar masyarakat tidak terpapar oleh virus yang mematikan itu. Bagi mereka yang berprofesi ASN misalnya, diberi kelonggaran untuk bekerja dari rumah. Sementara bagi mereka yang bergerak di sektor swasta, diberi tunjangan cuma-cuma tiap bulan untuk meringankan kesulitan ekonomi keluarga diakibatkan oleh pandemi.

Oleh karenanya, dengan menerapkan dan mematuhi protokol kesehatan di atas, berarti kita bersama-sama telah bersatu padu melawan wabah ini. Bantu kami (Tenaga Kesehatan), agar beban psikologis yang tiap hari menghantui kami bisa berkurang. Kami selalu bekerja untuk kemanusiaan, untuk kita semua. Jangan sampai kami membawa virus COVID-19 ke rumah setelah seharian penuh “berjibaku” melayani pasien yang sangat beragam keluhan penyakitnya.

Tuhan Bersama Kita

Setelah melakukan usaha yang sungguh-sungguh dengan selalu disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, sebagai manusia yang bertuhan, kita meyakini bahwa doa yang kita panjatkan didengar oleh Yang Maha Kuasa.

Baca Juga  Kongres Umat Islam Indonesia VII: Arah Perjuangan Pendidikan

Kita sama-sama memohon, meminta, dan berserah diri kepadaNya, agar pandemi COVID-19 ini segera dihilangkan. Kita semua menginginkan situasi seperti sedia kala lagi. Terhindar dari segala bentuk ketakutan dan kecemasan dari wabah penyakit, terutama wabah COVID-19. Oleh karena itu, dengan optimis mari kita saling bergandengan tangan utuk menggapai hari esok yang lebih baik.

Akhirnya, artikel ini saya tutup dengan sebuah ayat dalam Al-Qur’an yang artinya; “Allah tidak akan memberikan ujian diluar kesanggupan hambanya” 

Semoga bermanfaat.

Editor: Yahya FR

Avatar
1 posts

About author
Penulis adalah Apoteker di Puskesmas Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deliserdang
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

This will close in 0 seconds