Perspektif

Manusia Modern: Kehilangan Makna Hidup

3 Mins read

Abu Nawas berkisah tentang orang yang sibuk mencari barang hilang di halaman rumahnya. Ketika orang itu ditanya, di mana jatuhnya barang itu? Orang menjawab di halaman rumah. Lantas kenapa engkau mencarinya di luar? Jawabanya mengejutkan, karena di halaman rumah gelap sedangkan di luar terang benderang. Sebuah kisah ironi, tetapi menyampaikan pesan berharga bahwasannya terkadang orang salah memilih jalan dalam menempuh hidup. Mereka tidak punya pegangan yang pasti dan tidak tahu arah jalan ke depan.

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang salah arah dan lupa diri. Kelihatanya, mereka serba berkecukupan secara lahiriyah atau duniawi, tetapi miskin dalam kebahagian batin. Manusia yang semestinya menjadi teladan dan mengamalkan nilai-nilai agama, dalam prakteknya, jauh dari sifat manusiawi yang sebenarnya.

Masyarakat itu maju secara lahiriah, namun batin dan moral rapuh. Kemajuan teknologi tidak menjamin manusia menjadi jernih dalam berfikir dan sopan santun dalam bermoral. Zaman yang sudah tidak ada batasan dalam berteknologi ini, justru menimbulkan kegalauan nilai. Nilai-nilai spiritualis mengalami perjungkirbalikan. Sehingga, tidak tahu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Tugas Hidup Manusia

Allah berfirman:

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

Artinya: Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Mulk: 2)

Quraisy Shihab menjelaskan bahwa yang menciptakan hidup dan mati ialah Dia yang menguji siapa di antara kalian yang paling benar perbuatannya dan paling tulus niatnya. Dia Mahaperkasa dan tidak ada sesuatu pun dapat mengalahkan-Nya, Maha Pengampun terhadap orang-orang yang teledor.

Baca Juga  Tafsir Tematik: Manusia adalah Makhluk yang Begitu Lemah

Ketika Allah dan malaikat bernegosiasi tentang siapa yang akan menjadi penghuni muka bumi,  maka manusialah yang dipercaya Allah untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Sebagi orang yang beragama, tentu kesempatan ini digunakan sebaik dan semaksimal mungkin. Peran manusia ialah mengamalkan nilai luhur agama untuk menghidupkan peradaban.

Alvin Toffler yang dikutip Haedar Nashir menjelaskan, seorang Futorolog ternama melukiskan gejolak gaya hidup orang-orang modern di negara maju. Hidup mereka seperti mengejar permainan roda putar. Setiap orang ingin menaiki alat yang berteknologi canggih yang mampu berputar cepat dan menyenangkan, seperti anak yang berebut mainan, semua tak saling mengalah.

Mengapa semua ini terjadi? Bukan kemoderanan yang keliru, tetapi manusia yang mengisi dan memaknai kemoderan itulah yang salah dan sesat jalan. Menurut sosiolog Max Weber, hidup modern yang serba rasional dan bertindak seperti robot mengakibatkan dunia kehilangan makna. Target perjalanan hidup hanya diukur dari keberhasilannya. Sedangkan, proses diabaikan sehingga menghalalkan segala cara dalam mewujudkan apa yang diinginkan. Manusia modern menjadi seperti robot, ibarat mesin, dan kehilangan naluri-naluri alamiyah manusiawi. Serba fungsional tapi kehilangan esensi.

Islam Merawat Kehidupan

Allah berfirman:

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ


Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (al-Qashas: 77).

Baca Juga  Surat Terbuka untuk Presiden dan Ketua DPR

Jalaluddin al-Mahalli dalam tafsirnya mengatakan:

(Dan carilah) upayakanlah (pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kalian) berupa harta benda (kebahagiaan negeri akhirat) seumpamanya kamu menafkahkannya di jalan ketaatan kepada Allah (dan janganlah kamu melupakan) jangan kamu lupa (bagianmu dari kenikmatan duniawi) yakni hendaknya kamu beramal dengannya untuk mencapai pahala di akhirat (dan berbuat baiklah) kepada orang-orang dengan bersedekah kepada mereka (sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat) mengadakan (kerusakan di muka bumi) dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan) maksudnya Allah pasti akan menghukum mereka.”

Islam menawarkan solusi bagi kegalauan nilai. Agama ini kaya dengan nilai-nilai dan memberikan kepastian hidup. Sebagai seorang muslim diperintahkan untuk mengurus kehidupan dunia, tetapi juga diingatkan akan pentingnya untuk mempersiapkan kehidupan abadi (akhirat).

وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ

“Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).” (ad-Duha: 4).

Islam juga mengajarkan ikhtiar. Selebihnya, manusia diajari untuk tawakal kepada Allah. Setiap muslim diajari untuk tidak putus asa. Tapi harus selalu positif dalam menjalani kehidupan ini. Setiap permasalahan pasti ada jalan penyelesaianya. Sikap manusialah cermin dari setiap masalah.

Ketika manusia memperoleh karunia dari Allah, maka diperintahkan untuk bersyukur. Sedangkan ketika memperoleh musibah, maka disuruh untuk bersabar. Dua sifat ini harus ditanamkan dalam diri manusia agar menjadi manusia yang mampu memahami kehidupan. Kehidupan dunia ini sangat penuh lika-liku, maka kita selesaikan dengan arif dan bijaksana. Semoga kita menjadi abdullah yang kuat, optimis, dan paham dalam menjalani kehidupan.

Editor: Yahya FR

Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *