Inspiring

Sosok Pemimpin Teladan itu Bernama Abu Bakar

4 Mins read

270 daerah di Indonesia bersiap menyambut pesta demokrasi 5 tahunan yang biasa dikenal dengan istilah Pilkada, pada 9 Desember 2020 ini. Sebagaimana kita ketahui, perebutan kursi kepemimpinan daerah selalu menjadi perbincangan menarik ditengah masyarakat, baik di kalangan masyarakat tingkat atas maupun bawah.

Mulai dari soal siapa yang mampu membawa masyarakat pada kesejahteraan ekonomi, pembangunan infrastruktur yang merata, pemberdayaan SDM, optimalisasi SDA, dan segala hal yang berkaitan dengan pemutusan disparitas sosial lainnya. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang mempertimbangkan kepemimpinan berdasarkan interest pribadinya semata, seperti hubungan kekeluargaan/kekerabatan, hubungan bisnis, partai, hingga pertimbangan isi amplop yang diberikan.

Tentunya kita berharap, bahwa Pilkada yang dilaksanakan tahun ini melahirkan pemimpin terbaik di setiap daerah yang menyelenggarakan Pilkada. Pemimpin terbaik yang mampu membawa daerah tersebut kepada kemajuan yang diharapkan masyarakat, melanjutkan kepemimpinan sebelumnya dengan mempertahankan apa yang sudah baik, dan meningkatkan apa yang belum maksimal di periode sebelumnya.

Berbicara soal pemimpin terbaik, tentu kita bisa belajar dari pendahulu kita yang telah mengukir tinta emas dalam kehidupan dan kepemimpinannya. Di antara banyak pemimpin-pemimpin terbaik di masa lalu, saya tertarik dengan sosok Abu Bakar Ash Shidiq. Betapa tidak, selain dari kepribadiannya yang mulia, beliau juga merupakan sosok yang langsung menerima estafet kepemimpinan setelah Rasulullah SAW. Kisah dan teladannya patut kita jadikan pelajaran.

Biografi Abu Bakar Ash Shidiq

Nama sebenarnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Tayyim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Quraisyi At Tamim atau Abdullah bin Abu Quhafah atau Abdul Ka’Bah atau yang kemudian dikenal dengan julukan Abu Bakar Ash Shidiq. Lahir di Makkah pada 27 Oktober 573 M atau 2 tahun 6 bulan setelah tahun gajah. Semasa kecil, ia sering sekali bermain dengan kambing dan unta. Oleh karenanya, ia dijuluki Abu Bakar yang berarti “Bapaknya Unta”.

Sejak kecil, ia sudah terbiasa berdagang yang memang merupakan tradisi keluarganya. Perjalanan dagang membawanya ke Yaman, Suriah, dan beberapa tempat lainnya di jazirah Arab. Ketekunannya berdagang mengantarkannya menjadi pebisnis yang handal, kaya, dan disegani oleh orang-orang yang ada dalam kafilah dagangnya.

Baca Juga  Khalifah fil Ardl, Khalifatur Rasul, dan Khalifatullah: antara Dua Titik Ekstrem

Di masa Jahiliyyah, Abu Bakar pernah diajak oleh ayahnya ke Ka’bah dan disuruh oleh ayahnya untuk berdoa kepada berhala. Setelah itu, ayahnya pergi meninggalkannya untuk suatu urusan dan meninggalkan Abu Bakar bersama berhala-berhala tersebut. Abu Bakar pun mendekati berhala itu dan berkata, ‘Sungguh aku Lapar. Berilah aku makan!’ Berhala itu diam tidak menjawab.

Abu Bakar berkata lagi, “Sungguh aku tidak memiliki pakaian, berilah aku pakaian!’ Berhala itu pun tetap diam dan tidak menjawab permintaanku. Maka, Abu Bakar melemparkan batu besar ke arahnya, hingga berhala itu jatuh tersungkur di hadapannya tanpa daya.

Dijuluki Ash Shidiq

Abu Bakar secara khusus diberikan gelar Ash Shidiq oleh Nabi Muhammad SAW. Ash Shidiq berarti orang yang paling jujur dan tulus dalam iman dan tidak memiliki sedikit keraguan. Hal ini bermula sejak peristiwa Isra’ Miraj Nabi Muhammad SAW. Ketika orang-orang kafir Quraisy heboh dan mendustai kisah yang tidak masuk akal itu, maka Abu Bakar-lah orang pertama yang membenarkan dan mempercayainya.

Dari ‘Aisyah r.a., ia berkata, “Ketika Nabi SAW dalam perjalanan ke Masjid Al-Aqsha saat Isra Mi’raj, banyak orang membicarakannya. Beberapa dari mereka yang telah beriman pun berbalik tidak percaya, lalu mendatangi Abu Bakar dan berkata, ‘Apa pendapatmu tentang cerita temanmu itu? Dia mengaku telah diperjalankan ke Baitul Maqdis semalam.’ Abu Bakar balik bertanya, ‘Dia mengatakan demikian?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ Abu Bakar berkata, ‘Kalau begitu dia benar.’ ‘Jika dia pergi ke Baitul Maqdis semalam dan kembali sebelum pagi hari ini, apa engkau akan membenarkannya juga?’ tanya mereka lagi. Abu Bakar menjawab, ‘Seandainya dia mengatakan lebih jauh lagi dari itu, aku akan membenarkannya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.’”

Pembenaran dan keyakinan Abu Bakar terhadap peristiwa Isra’ Mi’raj yang dilakukan Nabi Muhammad adalah bukti kecintaan, ketulusan, kepatuhan, dan kesungguhan dalam menerima ajaran Allah SWT. Di dalam hatinya terdapat keimanan yang kuat, dan idealisme tauhid yang kokoh.

Baca Juga  Buya Syafii Maarif: Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan

Ash Shidiq dalam arti orang yang jujur juga tergambar dalam sisi kepemimpinan Abu Bakar. Abu Bakar adalah orang yang sangat jujur dalam mengemban amanahnya selama ia menjadi khalifah. Hidupnya sederhana, dan tidak pernah menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya.

Dikisahkan, pada hari pertama menjadi khalifah, dia masih pergi ke pasar dengan memanggul barang-barang dagangan di atas pundaknya. Di tengah perjalanan, ‘Umar dan Abu ‘Ubaidah bertemu dengan Abu Bakar lalu bertanya, “Hendak pergi ke mana engkau, wahai Khalifah Rasulullah?”

“Ke pasar,” jawab Abu Bakar.

“Untuk apa? Padahal engkau telah diserahkan amanat mengurusi urusan kaum muslimin,” tanya mereka lagi. Abu Bakar balik bertanya, “Lalu, dari mana aku memberikan nafkah bagi keluargaku?” ‘Umar berkata, “Ikutlah dengan kami hingga kami menetapkan sesuatu untukmu.”

‘Umar dan para sahabat akhirnya menetapkan gaji Abu Bakar berupa setengah ekor kambing setiap harinya.

Berani dan Tegas

Mengatakan Abu Bakar adalah orang yang pemberani bukanlah tanpa dasar. Hanya orang pemberani yang secara terang mengungkapkan ke-islamannya di masa-masa awal dakwah, sementara ancaman kaum kafir Quraisy begitu jelas terhadap mereka yang menyatakan beriman kepada Allah.

Sisi keberanian Abu Bakar juga dapat dilihat dari kisah-kisah jihad yang pernah dilakukannya bersama kaum muslimin. Setiap kali ada kaum musyrikin yang berusaha menyerang Rasulullah, maka Abu Bakar adalah orang yang senantiasa melindunginya dan berhasil memenangkan pertempuran.

Selain sebagai sosok yang pemberani, Abu Bakar juga merupakan orang yang tegas dalam kepemimpinannya. Tatkala kaum muslimin goyah imannya sepeninggal wafatnya Rasulullah dan memilih untuk enggan melakukan shalat dan menunaikan zakat, bahkan berpaling untuk murtad, maka Abu Bakar yang bertindak sebagai khalifah saat itu dengan tegas menyatakan perang terhadap mereka yang telah meninggalkan ajaran Islam.

Baca Juga  Khilafah Islamiyah (2): Sebuah Perjalanan Sejarah

Penolong Kaum Tertindas

Tak bisa disangkal, ada banyak sekali budak yang dibeli kemudian dibebaskan oleh Abu Bakar semasa hidupnya. Ketika Abu Bakar masuk Islam, ia memiliki harta sebanyak 40 ribu dirham. Setelah ia hijrah ke Madinah, hartanya tinggal 5 ribu dirham. Semuanya itu dia pergunakan untuk membebaskan budak.

Yang paling terkenal adalah pembebasan budak Bilal ibn Rabah. Bilal ibn Rabah yang saat itu disiksa oleh Ummayyah ibn Khalaf (tuannya), diseret di tengah hamparan padang pasir, di bawah terik matahari, ditindih batu besar di atas tulang rusuknya, dan diminta meninggalkan agama Muhammad SAW. Melihat kejadian itu, Abu Bakar menebus Bilal ibn Rabah dan membebaskannya dari perbudakan Ummayah ibn Khalaf.

Banyak lagi kisah tentang keberpihakan Abu Bakar terhadap kaum lemah lagi tertindas. Seperti halnya saat menjadi khalifah, ia membeli kuda, unta, dan senjata untuk keperluan jihad dan membelikan pakaian kepada para janda-janda kota Madinah pada musim dingin. Ia juga mengurusi perempuan tua renta yang hidup dipinggiran kota Madinah, memberikannya minum dan membantu mereka untuk keperluan lainnya.

Penutup

Sungguh betapa mulia Abu Bakar dalam sosoknya sebagai pribadi dan sebagai pemimpin umat Islam saat itu. Idealis, jujur, berani, tegas, dan berpihak kepada kaum yang lemah bukan sekedar jargon atau kata, tapi nyata tertulis dalam sejarah dan riwayat hidupnya.

Dialah sosok dari banyak pemimpin terbaik dimasa lalu. Kisah hidup dan kepemimpinannya patut dijadikan teladan bagi kita semua, wabil khusus mereka yang akan menjadi pemimpin di daerahnya masing-masing. Tentu kita berharap akan lahir pemimpin-pemimpin terbaik di masa sekarang layaknya Abu Bakar Ash Shidiq melalui hasil Pilkada serentak yang dilaksanakan tahun ini.

Editor: Yahya FR
Avatar
37 posts

About author
Muhammad Saleh Kader PK IMM Hajjah Nuriyah Shabran Cabang Sukoharjo Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta PD IPM SUMBAWA
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *