Perspektif

Indonesia: Negeri Kaya, Banyak Potensinya

3 Mins read

Hidup sebagai muslim di Indonesia adalah sebuah anugerah dari Allah yang patut kita syukuri. Bagaimana tidak, kita adalah bangsa yang dipilih oleh Allah dengan umat Islam sekitar 87% yang membingkai tiga ratus etnis dan budaya yang berbeda-beda. Selain itu, Indonesia juga dianugerahi sumber daya alam yang melimpah dan kekayaan flora-faunanya.

Hal ini tentu bukan tanpa alasan, namun dipahami sebagai amanah Allah. Terlebih negara ini muncul di abad modern yang begitu kompleks, syarat akan kapitalisasi dan liberalisasi arus-arus barat. Sebagai bangsa yang besar, tentu menjadi harapan dunia (terutama umat Muslim) untuk bisa berkontribusi dalam menata kehidupan global. Tentu saja dengan menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban Islam.

Potensi Alam Indonesia

Indonesia dianugerahi Allah SWT berupa keanekaragaman kekayaan yang tidak banyak dimiliki oleh negara-negara lain di dunia. Terletak di lokasi yang sangat strategis menjadikan indonesia sebagai negara terkaya di dunia. Secara geografis terletak di antara dua benua, Asia dan Eropa, dan dua samudera, Hindia dan Pasifik. Wilayahnya luas terdiri dari daratan dan lautan, dengan sekitar 17 ribu pulau.

Secara astronomis Indonesia beriklim tropis dengan suhu dan curah hujan yang tinggi. Iklim tropis ini memungkinkan Indonesia memiliki beragam flora dan fauna sebagai sumber pangan dan obat-obatan. Lalu secara geologis Indonesia terletak pada pertemuan lempeng Eurasia, Pasifik dan Hindia menjadikannya memiliki sumber daya mineral (tambang) yang sangat beragam dan melimpah.

Sebagai bangsa yang memperoleh kedaulatan sejak tahun 1945, bangsa indonesia dapat memanfaatkan kekayaan alamnya sendiri dengan dalam skala sebesar-besarnya untuk membangun negaranya. Namun, kekayaan tersebut tampaknya masih belum banyak tereksploitasi dan masih tersimpan melimpah di tanah emas ini. Tak mengherankan jika masih banyak negara-negara di dunia ini yang ‘ngantri’ untuk ikut berinvestasi dan melakukan eksplorasi di Indonesia.

Baca Juga  Wild Swimming, Conscious Living, Adventures That Matter

Jika Indonesia mampu memanfaatkan segala limpahan sumber daya alam pemberian Allah, tak perlu diragukan lagi kekayaan yang dimiliki Indonesia sebagai modal untuk ikut andil dalam perekonomian dunia. Namun sebelum itu, nampaknya Indonesia perlu melahirkan ilmuan-ilmuan yang kompeten di bidangnya dan membangkitkan semangat penelitian dalam berbagai aspek keilmuan alam. Selain itu, harus didukung kebijakan-kebijakan eksplorasi dan eksploitasi alam harus diarahkan dahulu untuk kesejahteraan masyarakat sesuai amanah UUD bukan malah hanya mengalir ke luar negeri saja.

Islam Agama Sempurna

Islam adalah agama sempurna dan lengkap dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai petunjuk dan pedoman manusia untuk bernegara dan bermasyarakat. Kesempurnaan Islam itu telah lekat dipahami bagi bangsa Indonesia dengan penduduk muslimnya terbesar di dunia. Selain menjadi mayoritas, agama Islam telah hadir ratusan tahun lalu memasuki berbagai etnis dan budaya (sekitar 300-an etnis) yang ada di Indonesia.

Yang menjadi menarik dan penting disadari adalah kecenderungan konflik yang terjadi justru relatif lebih stabil, padahal kondisi heterogenitas masyarakat Indonesia sangatlah tinggi. Mungkin hal ini karena tidak terlepas dari peran Islam yang hadir sebagai agama yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang moderat dan rahmatan lil ‘alamin.

Namun pada realitas global saat ini, agama terkhusus agama Islam dihadapkan dengan berbagai tantangan-tantangan yang semakin kompleks terlebih mendapatkan arus serangan kuat oleh kapitalisme barat, termasuk oleh nilai-nilai liberalisme dan sekularisme. Sampai-sampai tidak mempunyai tempat dalam kehidupan beragama.

Jika kita menengok kembali masa kedatangan Islam, serupa kala itu Nabi Muhammad mendapatkan tantangan terhadap misi keagamaannya. Nabi dianggap menghalang-halangi praktik kapitalisasi kaum Quraisy yang tidak berkemanusiaan. Lalu pada masa Muawiyyah, muncul tokoh dari kalangan sahabat, yakni Abu Dzar yang sangat menentang keras kapitalisme di kalangan kaum muslimin di Syria.

Baca Juga  Lebaran di Tengah Pandemi: Antara Agama dan Tradisi

Melalui cendekiawan-cendekiawan muslimnya, Indonesia harus berani menawarkan sebuah konsep masyarakat yang moderat. Konsep tersebut adalah konsep yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. Islam harus mampu bertransformasi dengan tepat dalam merespon peradaban modern dan memberikan stimulus positif sebagai langkah yang moderat. Dan memang Islam harus hadir menumpaskan segala persoalan masyarakat dunia.

Kuntowijoyo dalam Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi (1991) menjelaskan Islam harus hadir melalui paradigma intelektual profetik yang memadukan liberasi, humanisasi, dan transendensi/dimensi spiritual dalam menyelesaikan realitas sosial. Transformasi Islam yang berlangsung diarahkan untuk mengusung masyarakat madani yang berlandaskan objektivitas nilai-nilai pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk menegakan kebaikan dan mencegah kemungkaran dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Komitmen Kolektif Adalah Kunci

Walaupun negara kita memiliki sumber daya yang melimpah dan juga masyarakatnya yang cukup moderat. Tentu hal itu tidak cukup mewujudkan diri sebagai bangsa yang besar. Sebuah cita-cita besar harus dilandasi semangat dan komitmen kolektif, itu adalah kunci. Komintmen itu harus terorganisir dengan baik melalui sebuah ketatanegaraan yang baik pula.

Lalu jika kita terus-terusan tidak mampu berkontribusi untuk masyarakat global, tentu hal ini menjadi sebuah kekufuran mengingat bahwa kita telah dianugerahkan Allah sebagai negara yang merdeka dari penjajahan serta dilimpahkan kemajemukan berbangsa dan kekayaan alam yang melimpah ruah. Terlebih kita adalah bangsa dengan mayoritas dan penduduk Islam terbesar di dunia. Dan inilah amanat Allah dalam firman-Nya surat Ibrahim ayat 6-8.

“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: ‘Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Allah menyelamatkanmu dari (Fir’aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu dan pada yang demikian itu ada cobaan yang besar dari Rabbmu.’ (QS. Ibrahim: 6)

Baca Juga  Mengapa Harus Menolak Web of Science dan Scopus?

“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.’ (QS. Ibrahim:7)

“Dan Musa berkata: ‘Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Mahaterpuji.’ (QS. Ibrahim: 8)

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Anggun Nugroho Saputro
10 posts

About author
Mahasiswa Jurusan Sains-Fisika, Institut Teknologi Sumatera. Komisariat IMM Prof BJ Habibie Bandar Lampung. Asal Kudus, Jawa Tengah
Articles
Related posts
Perspektif

Moderasi Hilirisasi Haji

3 Mins read
Dalam beberapa tahun terakhir, hilirisasi haji telah menjadi sorotan penting di Indonesia. Berangkat dari visi untuk memberikan pelayanan haji yang berkualitas dan…
Perspektif

AI dan Masa Depan Studi Astronomi Islam

4 Mins read
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan program komputer yang dirancang dan dihadirkan untuk dapat meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan,…
Perspektif

Pendidikan sebagai Dasar Pembentuk Nilai Hidup

3 Mins read
“Pendidikan (opvoeding) dan pengajaran (onderwijs) merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds