Perspektif

Perayaan Maulid Nabi: Sejarah, Tradisi, dan Hikmah

2 Mins read

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Perayaan ini menjadi ekspresi penghormatan kepada baginda Rasulullah. Di Indonesia sendiri, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW rutin dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Dalam perayaan tersebut, tradisi nan beragam hampir dilakukan oleh masyarakat muslim di Indonesia.

Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, asal-usul peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW diadakan oleh kalangan Syiah seorang Al-Muiz, seorang Khalifah Fatimiyah pada tahun 601 H. Sementara dari kalangan Sunni pertama kali digelar oleh Syamsud Daulah dari Nidhamil di Irak. Al-Muiz yang membangun kota Kairo. Gubernurnya bernama Jauhar Assoqli, yang membangun Al-Azhar yaitu Al-Muiz Al-Kohir li dinillah.

Sebenarnya, keinginan untuk merayakan hari lahir Nabi Muhammad sudah muncul pada masa khalifah Umar bin Khattab, yakni sekitar tahun 22 atau 23 Hijriyah (638-an Masehi). Namun, ketika itu para sahabat kesulitan menentukan tanggal dan hari pasti kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sebab, terkait kelahiran Nabi Muhammad sendiri memang ada dua pendapat, yakni pada 12 Rabiul Awal dan 9 Rabiul Awal Tahun Gajah.

Memahami Keteladanan Nabi dalam Rangka Memperingati Maulidur Rasulullah

Peringatan Maulid Nabi bukan hanya sekadar perayaan. Alangkah baiknya, dengan terlaksananya peringatan Maulid Nabi, kita sebagai umat Rasulullah dapat semakin mengerti dan mengaplikasikan sifat-sifat yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Seperti yang kita tahu, terdapat empat sifat wajib Rasulullah, yakni, shiddiq, amanah, tabligh, dan fathanah.

Shiddiq, berarti benar. Artinya, kita sebagai umat Rasulullah wajib berkata yang sebenarnya (jujur). Amanah, artinya dapat dipercaya. Layaknya, kita diwajibkan dapat mengemban tugas dengan sebaik-baiknya. Tabligh, menyampaikan. Sebagai sesama muslim, kita diharuskan saling berpesan dan nasihat-menasihati dalam kebajikan. Dan, Fathanah yang berarti cerdas pandai. Seyogianya, kita diarahkan untuk menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh, memuliakan guru, dan dapat mengamalkan ilmu yang berguna.

Baca Juga  Inilah Doa Ketika Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Tradisi Unik Perayaan Maulid Nabi Muhammad di Indonesia

Indonesia yang merupakan negara penjunjung tinggi semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’, tentu tidak akan kehilangan berbagai cara untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Positifnya, sejumlah muslim Indonesia dapat memaknai arti penting dari peringatan hari lahir Nabi Muhammad menurut tradisi masing-masing.

Antara lain, Meuripee. Tradisi ini berupa memasak bersama, dengan kuah semacam kari dan bahan utama daging sapi. Adapun pembelian sapi dan keperluan lainnya dilakukan secara patungan. Kemudian, Grebek Maulid. Tradisi ini merupakan tradisi rutin oleh Keraton Yogyakarta. Acara tersebut selalu disesaki masyarakat yang sama-sama berusaha mengambil gunungan yang dikeluarkan Keraton di halaman Masjid Besar Kauman, Yogyakarta.

Dan yang tak kalah menarik, Festival Endhog-endhogan. Tradisi yang hampir dilakukan setiap kampung dan desa di suluruh Banyuwangi. Tradisi ini dilakukan dengan mengarak ratusan telur yang ditancapkan pada jodang pohon pisang dan ancak (wadah berisi nasi dan lauk pauk). Setelah diarak, jodang dan ancak langsung dibawa ke masjid untuk dibacakan selawat dan doa. Acara diakhiri dengan pembagian telur dan makan bersama.

Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW

Dalam Islam, setiap peristiwa yang diabadikan tentu mempunyai makna tersirat maupun tersurat di dalamnya. Adapun makna yang terkandung dalam peristiwa Maulid Nabi Muhammad SAW adalah keakraban antara masyarakat satu dengan lainnya, mempererat hubungan bertetangga (karena terdapat tradisi yang berupa gotong royong dan kebersamaan), meningkatkan rasa saling mengasihi, serta mempertebal akidah dan keimanan (karena akan banyak berpuji-pujian dan melantunkan selawat.

Dikutip dari Detiknews, Salahuddin al-Ayyubi melihat perayaan Maulid Nabi Muhammad bisa membangkitkan semangat juang umat Islam. Sehingga, dia pun kemudian menginstruksikan perayaan Maulid Nabi setiap tahun di tanggal 12 Rabiul Awal. Perayaan Maulid Nabi merupakan arti penting bahwa kemuliaan baginda Rasulullah akan selalu dikenang dan abadi. Begitu pun, makna penting dari perayaan Maulid Nabi Muhammad ini, masyarakat Islam di Indonesia dapat memupuk hablumminannas dan menumbuhkan antusias masyarakat muslim Indonesia untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga  Etika Berperang pada Masa Rasulullah

Editor: Yahya FR

Mafi Sri Wahyu Tiara
1 posts

About author
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Kurikulum Merdeka adalah Kunci Kemajuan Pendidikan Masa Kini

4 Mins read
Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 Mei (HARDIKNAS) merupakan momentum bagi setiap insan pendidikan untuk memperingati kelahiran pelopor Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara….
Perspektif

Tunisia dan Indonesia: Jauh Secara Jarak tapi Dekat Secara Kebudayaan

2 Mins read
“Tunisia dan Indonesia Jauh secara Jarak tetapi dekat secara Kebudayaan”, tetapi sebaliknya “Tunisia dan Eropa itu jaraknya dekat, tapi jauh secara Kebudayaan”…
Perspektif

Gelombang Protes dari Dunia Kampus Menguat, Akankah Terjadi 'American Spring'?

4 Mins read
Pada tahun 2010-2011 terjadi demonstrasi besar-besaran di sejumlah negara Arab. Protes tersebut menuntut pemerintahan segera diganti karena dianggap tidak lagi ‘pro-rakyat’. Protes…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *