Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi Islam terbesar yang ada di Indonesia. Didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 November 1912. Organisasi ini bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial. Tujuan didirikannya organisasi Muhammadiyah yaitu untuk memurnikan akidah Islam yang pada saat itu masih tercampur dengan hal mistik serta klenik.
Selain itu, KH. Ahmad Dahlan juga memiliki tujuan untuk membangun pendidikan agar umat muslim pada saat itu bisa memiliki ilmu yang memadai.
Akademi Bank Muhammadiyah
Seiring dengan maju dan menyebarnya organisasi Muhammadiyah di Indonesia, Muhammadiyah menyadari bahwa perlunya melakukan terobosan baru agar dakwah amar ma’ruf nahi munkar di bidang pendidikan bisa dikembangkan. Cara yang dirasa tepat adalah dengan mendirikan Perguruan Tinggi pertama yang diberi nama Akademi Bank Muhammadiyah (ABM) pada tahun 1968.
Arus ilmu ekonomi dan teknologi makin berkembang, Akademi Bank Muhammadiyah berubah nama yang sekarang dikenal sebagai Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Jakarta.
Saat ini, ITB Ahmad Dahlan Jakarta memiliki enam program studi untuk S1, yaitu S1 Teknologi Informasi, S1 Sistem Informasi, S1 Desain Komunikasi Visual, S1 Arsitektur, S1 Manajemen, dan S1 Akuntansi. Satu program studi S2 yaitu S2 Keuangan Syariah. Dua program studi untuk D3 yakni D3 Keuangan Perbankan dan D3 Akuntansi.
Dalam setiap mata kuliah di masing-masing program studi, ITB Ahmad Dahlan Jakarta memiliki beberapa mata kuliah yang mempelajari ilmu Islam dan ilmu Muhammadiyah itu sendiri.
Jadi Mahasiswa Kristen di ITB Ahmad Dahlan
Saya merupakan salah satu mahasiswa dari kampus ITB Ahmad Dahlan Jakarta dengan program studi S1 Manajemen dan saya beragama Kristen.
Selama belajar menuntut ilmu di institusi ini kurang lebih satu setengah semester, saya sudah mempelajari sekiranya tiga mata kuliah yang berhubungan erat dengan agama Islam serta Muhammadiyah itu sendiri, yaitu mata kuliah Praktikum Al-Qur’an, Ilmu Ekonomi Islam, dan Kemuhammadiyahan.
Dalam menjalani hari sebagai mahasiswa di institusi ini saya lakukan dengan semangat mencari ilmu yang tinggi. Walaupun terhalang jarak fisik dikarenakan sistem perkuliahan secara daring saat pandemi COVID-19.
Di institusi ini pula saya mendapatkan banyak ilmu tentang Muhammadiyah yang sebelumnya tidak pernah saya dapatkan di lingkungan sekitar. Karena sebagian besar saudara dan rekan saya adalah Nahdlatul Ulama (NU).
Setiap Bapak/Ibu dosen serta rekan mahasiswa di institusi ini tidak pernah melakukan diskriminasi karena agama saya yang berbeda. Bahkan, saya memiliki pengalaman luar biasa baik pada mata kuliah Praktikum Al-Qur’an dengan dosen pengampu Ibu Yulianti Muthmainnah.
Pada mata kuliah tersebut, sebagai pengganti dari tugas membaca Al-Qur’an, beliau memberikan tugas lain sesuai dengan agama Kristen yang saya anut. Tugas yang diberikan yakni membuat rangkuman materi ibadah gereja setiap minggunya dengan tulis tangan.
Pada saat ujian, saya tetap mengikuti soal tentang keislaman sesuai dengan materi mata kuliah Pengantar Al-Qur’an yang sudah diberikan serta soal tentang agama Kristen. Jadi, menurut saya tindakan yang beliau lakukan sangat menghormati agama yang saya anut. Bahkan, beliau sangat terbuka dengan diskusi apabila ada materi yang menyangkut ke agama Kristen di dalamnya.
Lalu, saat Ujian Akhir Semester, kami diberikan tugas untuk membuat suatu video mengenai materi yang sudah diberikan pada satu semester ini. Saya mendapat tanggapan yang sangat baik dari beliau mengenai video yang saya buat tentang perbedaan puasa umat Islam dan Kristen.
Menjadi Kaum Minoritas
Selama ini, mungkin banyak yang mengira bahwa kaum minoritas akan mengalami banyak perundungan di suatu komunitas. Namun, selama 23 tahun saya hidup berdampingan dengan tetangga, saudara, lingkungan sekolah, tempat kerja bahkan perguruan tinggi, tidak pernah sekalipun mengalami perundungan.
Sehingga, saya percaya bahwa ketika seseorang bisa berbuah (bertindak) baik ke sesama, menandakan mereka berasal dari pohon (agama) yang baik juga.
Untuk itu, saya berniat menghabiskan sisa waktu saya kurang lebih selama satu tahun ke depan untuk terus belajar sebaik-baiknya di ITB Ahmad Dahlan Jakarta.
Editor: Lely N