Perspektif

Cinta Tanah Air, Bagaimana Dalil dalam Al-Qur’an?

2 Mins read

Sering orang berdebat tentang kalimat hubbul wathan minal iman, cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Ada yang berpendapat, kalimat itu bukan hadis, tetapi maknanya sahih, dan karena itu tidak ditolak serta merta, karena secara makna memang tepat. Tetapi, sebagian lagi tidak mau memakai dalil itu, bahkan mengatakan cinta tanah tidak ada dasarnya.

Sebenarnya, tidak susah menemukan dalil tentang cinta tanah air. Meskipun terbatas, tulisan ini akan membeberkan dalil-dalil yang menyatakan bahwa cinta tanah air adalah keharusan.

Namun terlebih dulu, penting kita pahami apa yang dimaksud tanah air. Al-Jurjani, dalam kitab At-Ta’rifat, menjelaskan bahwa tanah air adalah al-wathan al-ashli alias tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana dia tinggal di dalamnya.

Dalil Anjuran Mencintai Tanah Air

Banyak ayat Al-Qur’an yang menganjurkan kita mencintai tanah air. Bahkan, cinta tanah air merupakan fitrah. Siapa pun pasti tidak akan mampu melupakan tanah kelahiran, meski sudah bertahun-tahun hijrah ke tempat baru yang lebih nyaman. Begitu juga, nama tempat kelahiran akan selalu terbawa dalam data identitas seseorang, di mana pun dan sampai kapan pun.

Tidak heran jika Nabi Ibrahim pernah berdoa kepada Allah untuk negeri yang didiami. “Dan (ingatlah) ketika Nabi Ibrahim berdoa, ‘Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri Makkah ini negeri yang aman dan sentosa dan berikanlah rezeki dari berbagai jenis buah-buahan kepada penduduknya, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat’.” (QS Al-Baqarah [2]: 126).

Ayat lain mengilustrasikan, “Dan sungguh jika seandainya Kami perintahkan kepada orang-orang munafik: Bunuhlah diri kamu atau keluarlah dari kampung halaman kamu, niscaya mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka.” (QS An-Nisa’/4: 66).

Baca Juga  Ketika Baqir Ash-Sadr Berbicara tentang Ekonomi Islam

Firman Allah tersebut menggambarkan bahwa cinta tanah air ada pada hati siapa saja. Ia fitrah yang terhunjam sangat dalam pada jiwa manusia. Menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Al-Kabir, Allah menjadikan meninggalkan kampung halaman setara dengan bunuh diri.

Kecintaan Rasulullah Pada Tanah Air

Rasulullah sendiri senantiasa mencintai tanah air yang beliau diami. Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa As-Suhaili berkata—di dalam hadis (tentang) Waraqah—kepada Rasulullah saw., “Sungguh engkau akan didustakan.”

Nabi tidak berkata sedikit pun. Lalu dia berkata lagi, “Dan sungguh engkau akan disakiti.” Nabi tetap tidak berkata apa-apa. Lalu dia berkata, “Sungguh engkau akan diusir.” Kemudian Nabi menjawab, “Apa mereka akan mengusirku?”. As-Suhaili menyatakan bahwa di sinilah terdapat dalil atas cinta tanah air dan beratnya memisahkannya dari hati.

Dalam hadis riwayat Bukhari juga diceritakan bahwa Rasulullah saw., ketika kembali dari bepergian dan melihat dinding-dinding Madinah, beliau mempercepat laju unta. Dan, apabila beliau menunggangi unta, beliau menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah.

Hadis berikut lebih tegas lagi menyatakan bahwa Rasulullah sangat mencintai tanah air beliau.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa saat Nabi diusir dari Makkah, beliau berkata, “Sungguh aku diusir darimu. Sungguh aku tahu bahwa engkau adalah negara yang paling dicintai dan dimuliakan oleh Allah. Andai pendudukmu tidak mengusirku darimu, maka aku takkan meninggalkanmu.”

Dan, ketika Nabi sampai di Madinah, beliau berdoa, “Ya Allah, jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah, atau melebihi cinta kami pada Mekkah.”

Semoga penjelasan ini menunjukkan bahwa cinta tanah air memiliki dalil yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis, sebagaimana juga dijelaskan para ulama. Dalil dan alasan sudah dikemukakan. Selebihnya, kemantapan pilihan ada di hati masing-masing dari kita.

Baca Juga  Bunga Bank Belum Tentu Haram

Editor: Lely N

Avatar
11 posts

About author
Kandidat Doktor di International Islamic University Malaysia (IIUM), anggota Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds