Tajdida

Spirit al-‘Ashr sebagai Basis Pengembangan PTMA

2 Mins read

Menutut K.H.R Hadjid, Kyai Haji Ahmad Dahlan mengajarkan Surat Al-‘Ashr pada murid-muridnya lebih dari 7 bulan. Lamanya waktu mengajarkan surat Al-‘Ashr yang diulang-ulang pada muridnya hingga lebih 7 bulan ini jauh lebih lama dibandingkan waktu mengajarkan surat Al-Maun yang kurang lebih 3 bulan.

Namun, selama ini Muhammadiyah lebih dikenal sebagai gerakan dakwah Islam yang berlandaskan spirit Al-Ma’un karena banyaknya amal usaha yang didirikan dalam bidang pendidikan (schooling), kesehatan (healing), dan sosial (feeding), diorientasikan untuk membantu kaum lemah dan mereka yang terlemahkan (mustadh’afin).

Spirit Al-‘Ashr kurang tereksplorasi dalam berbagai kajian tentang Muhammadiyah. Kenyataan ini mendorong Azaki Khoiruddin menulis buku dengan judul Teologi al-‘Ashr: Etos dan Ajaran K.H.A. Dahlan yang Terlupakan (2016).

Surat al-‘Ashr terdiri dari 3 ayat, diturunkan di Makkah, turun setelah surat Al-Insyirah. Dalam Mushhaf Al-Quran letaknya pada urutan ke 103, setelah surat At-Takatsur dan sebelum surat Al-Humazzah. Kata-kata kunci (key concept) yang terdapat dalam surat al-‘Ashr antara lain: Masa (al-Ashr), manusia (al-insaan), kerugian (khusr), orang-orang yang beriman (alladziina aamanu), beramal sholih (‘aamilu ash-shalihat), saling menasehati dalam kebenaran (tawashau bi-alhaq), dan saling menasehati dalam kesabaran (tawaashau bi-ash-shabr).

Dari rangkaian konsep-kosep utama tersebut, surat al-‘Ashr menegaskan bahwa sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali 4 golongan, yaitu: (1) yang beriman; (2) yang beramal sholih; (3) yang saling menasehati dalam kebenaran; dan (4) yang saling menasehati dalam kesabaran.

Dalam konteks membangun peradaban yang berkemajuan, Azaki (2016) menjelaskan kerangka operasional spirit al-‘Ashr bahwa, agar manusia tidak terjebak dalam kerugian (lemah, hancur, tidak berdaya, kalah tegilas oleh kemajuan zaman), maka manusia perlu empat etos dan modal sekaligus. Pertama, keimanan yang digunakan sebagai visi, worldview, ideologi, wijhah yang jelas.

Baca Juga  Warga Muhammadiyah Tidak Lucu dan Itu Sah-sah Saja

Kedua, amal sholih dalam bentuk amal nyata, amal usaha, serta kerja-ketrja peradaban. Ketiga, modal kebenaran dalam bentuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Keempat, kesabaran menjadi landasan moral, etik dan khlak dalam berbuat dan bertindak.

Para pengelola Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah saat ini sedang berlomba untuk menjadi Perguruan Tinggi yang unggul, berdaya saing dan berkemajuan. Tata kelola perguruan tinggi yang baik (Good University Governance) di PTMA menjadi syarat mutlak menuju keunggulan dan kemajauan tersebut. Pertanyaaanya adalah, sudahkah para pengelola (pimpinan, dosen dan tendik) menggunakan spirit dan etos al-‘Ashr tersebut?

Merujuk pada spirit dan etos al-’Ashr ini, agar PTMA tidak mengalami kerugian dan kehancuran, maka para pengelolanya harusi mengacu pada 4 prinsip berikut ini. Pertama, keimanan yang diwujukan dalam keyakinan dan tindakan berdasarkan nilai-nilai dasar Al-Islam dan Kemuhammadiyah serta visi, misi, roadmap dan strategi pengembangan PTMA.

Kedua, amal shalih yang ditunjukkan dengan kesadaran bahwa PTMA merupakan ladang beramal sholih melalui kerja-kerja memajukan peradaban secara sistemis, terorganisir, dan pelayanan prima (service excellence).

Ketiga, kebenaran yang dipraktikkan dalam tata kelola perguruan tinggi yang baik, taat aturan, transparan, akuntabel, berbasis data, ilmu pengetahuan dan teknologi. Keempat, kesabaran yang diimplementasikan dengan kerja dan sikap yang konsisten, disiplin, efektif dan menghargai waktu, fokus, ikhlas, profesional, menjaga harmoni, dan proaktif meningkatkan kualitas tanpa henti dan berkelanjutan (continuous quality improvement). Pendeknya, spirit al-Ashr ini menjadi landasan pengelolaan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang berkemajuan: modern, professional, bermutu dan berdaya saing.

Dibaca dari perspektif al-‘Ashr, para pimpinan, dosen dan tendik yang masih mengelola PTMA secara asal-asalan adalah orang-orang yang berada dalam kerugian baik waktu, tenaga, maupun pikiran. Rugi secara individual dan berpotensi menghancurkan secara institusional.

Baca Juga  Rakernas Lazismu Resmi Ditutup: Program dan Dana Filantropi Kunci Umat Sejahtera

Surat al-Ashr ini, jika dibaca pada konteks pengelolalan PTMA maknanya: “Demi Masa. Sesungguhnya para pimpinan, dosen dan tenaga kependidikan PTMA itu berada dalam kerugian. Kecuali mereka-mereka yang: (1) meyakini dan mengamalkan nilai-nilai dasar Al-Islan dan Kemuhammadiyahan serta memahami dengan baik visi, misi, tujuan, road map dan strategi pengembangan PTMA; (2) mereka yang menjadikan PTMA sebagai ladang amal sholih yang dikelola dengan penuh tanggung jawab, terorganisir, sistimik dan pelayanan prima; (3) mereka yang senantiasa menegakkan kebenaran di PTMA dengan tata kelola perguruan tinggi yang baik, taat pada aturan, transparan, akuntabel serta berdasar data yang valid berbasis ilmu dan teknologi; serta (4) mereka yang senantiasa bersabar dalam mengelolal PTM secara istiqomah, disiplin fokus, ikhlas-profesional, kompak dan harmonis, serta kosisten menjaga dan meningkatkan mutu.”

Editor: Yusuf

Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds