Perspektif

Mencapai Kesehatan Otak dan Tubuh dengan Berdzikir

4 Mins read

Allah menciptakan otak manusia dengan dua bagian, yaitu otak bagian kanan dan bagian kiri. Dan di dalam otak itu terdapat dua sistem yang bekerja, yakni pikiran sadar (Conscious Mind) dan pikiran bawah sadar (Subconscious Mind). Pikiran sadar itu memiliki kekuatan sebesar 10% terhadap pembentukan perilaku manusia, namun pikiran bawah sadar mempunyai kekuatan jauh lebih besar, yaitu sebesar 90% kekuatannya.

Pikiran sadar manusia itu berada di otak bagian depan yang lebih tepatnya pada prefrontal dan frontalis. Sedangkan pikiran bawah sadar bekerja di poros otak jantung dengan berpusatkan pada sistem limbik (otak emosi) yang berada pada otak bagian tengah, dan padanya terdapat sistem saraf yang  langsung terhubung dengan jantung.

Pada otak manusia juga terdapat lobus temporalis yang berada di dekat telinga, yang Allah ciptakan untuk mengatur fungsi pendengaran. Namun, berdasarkan hasil penelitian Psikolog dan Neurolog, bernama Danar Zohar dari Harvard University, USA dan Ian Marshall dari Oxvord University, London, mereka menyatakan bahwa di dalam lobus temporalis itu terdapat sel-sel otak yang berisi God Spot atau Spiritual Intelligence, yang ternyata terdapat program Asmaul Husna di dalamnya dan sering juga disebut suara qolbu.

Kemudian, pikiran sadar manusia merupakan sarana bagi manusia untuk melakukan tafakkur, dan pada pikiran bawah sadar manusia mengatur dzikir. Artinya, tafakkur itu merupakan kerja dari otak bagian prefrontal dan frontalis, yang mana segala aktivitas pembelajaran, seperti mengaji dan membaca Al-Qur’an, membaca hadis, mendengarkan kajian agama, atau membaca buku, itu semua akan masuk ke dalam otak paling depan, yakni prefrontal.

Otak bagian frontalis itu menjalankan fungsi analisa, fungsi rasionalitas, fungsi pertimbangan, dan fungsi berpikir. Jadi, jika manusia menggunakan pikiran sadar dengan logika dan rasionalitasnya dalam memikirkan kebesaran dan kekuasaan-kekuasaan Allah, dan puncak dari pemikiran itu akan menjadi rasa kekaguman kepada Allah, itulah yang disebut bertafakkur.

Baca Juga  Menjadi Intelektual, Menjadi Arsitek dan Aktor Peradaban

Memahami Makna Berdzikir

Sedangkan berdzikir kepada Allah bermakna bahwa kita mengingat dan menyebut-nyebut nama Allah sehingga kita dapat merasakan kehadiran-Nya. Dan itu dilakukan dengan menggunakan pikiran bawah sadar. Tetapi, kita hanya akan bisa merasakan kehadiran Allah jika kita berdzikir dalam kondisi yang betul-betul khusyu’.

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (QS. Al-A’raf ayat 172).

Dari ayat tersebut mengartikan bahwa pada saat berada di alam ruh dan ketika ruh tersebut hendak dimasukkan ke dalam janin yang ada di rahim ibu, kita terlebih dahulu dibai’at oleh Allah agar tidak lengah dan lupa terhadap keesaan dan kebesaran Allah. Sehingga ketika kita melihat bayi yang baru lahir, pada telinganya itu berbentuk lafadz Allah, karena di lobus temporalis inilah yang mengatur fungsi pendengaran dan mengatur program-program keilahian.

Pada saat bayi lahir, terjadilah yang namanya spiritual amnesia, yaitu ketika itu lupa bahwa pernah berjanji kepada Allah. Oleh karena itu, kita diminta untuk memperbanyak berdzikir, agar dapat membangkitkan kembali ingatan bawah sadar kita tentang Allah. Dan pada saat berdzikir, kita tidak perlu memikirkan tentang penciptaan Allah, tetapi kita hanya perlu mengingat dan menyebut-nyebut asma’-Nya saja.

Karena pada lobus temporalis, program tentang sifat-sifat Allah yang terbentuk dalam Asmaul Husna itu sudah ada, sehingga ketika kita terus-menerus berdzikir, maka program itu akan kembali terakses dengan otomatis, dengan begitu kita bisa merasakan bahwa Allah hadir dalam kesadaran kita.

“Orang-orang yang beriman dan qolbu mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah qolbu menjadi tenteram.”

(QS. Ar-Ra’d ayat 28)

Pikiran bawah sadar pada bagian poros otak jantung (sistem limbik), memiliki kaitan langsung ke jantung. Dan kata ‘qolbu’ yang terdapat pada ayat di atas, bermakna sebagai jantung pada tubuh manusia, dan bukanlah hati (liver). Sebab, jantung itu mempunyai kelebihan dibandingkan hati (liver), karena di dalam jantung terdapat pula sel syaraf yang terhubung langsung ke otak, apabila kita berdzikir dan mengingat-ingat nama dan sifat-sifat Allah, lobus temporalis yang berada di otak akan terakses dan mengalir ke jantung, sehingga membuat qolbu menjadi tenang.

“Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.”

(QS. Al-Isra’ ayat 110)

Dalam ayat tersebut, Allah menggabungkan informasi tentang Asmaul Husna, dan juga shalat. Dalam artian, Allah meminta hamba-hamba-Nya untuk menyebut Asmaul Husna di dalam shalat dengan suara yang tidak keras, tetapi tidak pula terlalu pelan, sehingga jalan tengah yang bisa kita ambil yaitu dengan berbisik-bisik.

Baca Juga  Sebuah Upaya Agar Indeks Membaca Orang Indonesia Tak Jeblok

Memasuki Alam Bawah Sadar dalam Beribadah

Ternyata, itu semua memiliki manfaat spesial, karena ketika ingin memasuki alam bawah sadar memang lebih cocok dengan suara yang berbisik-bisik, dengan suara yang lembut, nyaman dan dapat didengar oleh pendengaran kita sendiri. Kenapa kita harus memasuki alam bawah sadar? Karena di awal sudah disebutkan bahwa pemikiran alam bawah sadar itu memiliki kekuatan lebih besar 90% untuk membentuk perilaku dibandingkan kekuatan pikiran sadar manusia.

Pada saat shalat, kita melafadzkan surah-surah dan bacaan-bacaan dzikir dengan berbisik-bisik, agar pikiran bawah sadar kita bisa terakses, kemudian mengalir dengan membawa pesan ke batang otak dan sum-sum tulang belakang yang dipenuhi dengan serabut-serabut syaraf, dan menyebar ke seluruh tubuh kita. Dengan begitu tubuh kita akan melakukan tindakan sesuai dengan makna dari dzikir yang kita ucapkan, seperti ketika kita berdzikir dengan mengucapkan Ya Rahman, Ya Rahim, maka tubuh kitapun akan membentuk perilaku-perilaku yang penuh dengan kasih dan sayang.

Dan juga pada saat kita berdzikir dengan berbisik-bisik, pada saat itu terjadi pertukaran karbon dioksida dengan oksigen-oksigen melalui mulut dan hidung kita. Kemudian oksigen tersebut menyatu dengan darah, lalu darah membawa banyak oksigen ke seluruh bagian otak kita. Dengan oksigen yang cukup, otak akan menjadi sehat.

Berdzikir itu bukan hanya dapat menyehatkan otak, tetapi juga dapat membantu menyehatkan organ-organ tubuh lainnya yang sakit. Saluran-saluran arteri yang membawa darah yang mengandung banyak oksigen dapat masuk dan menyebar ke bagian tubuh yang mengalami nyeri, keram, dan ngilu, dan memberikan suplai oksigen yang cukup. Sehingga, bagian yang sakit akan menjadi lebih nyaman.

Jadi, selain untuk membujuk pikiran bawah sadar kita untuk kembali aktif, ternyata berdzikir dengan berbisik-bisik juga bermanfaat untuk mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh kita dan menggantinya dengan oksigen yang lebih banyak. Oksigen yang menyebar dalam darah tersebut sangat berguna untuk menyehatkan otak dan tubuh kita.

Baca Juga  Tiga Langkah Muslim untuk Pembebasan Tanah Quds

Dan dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, mereka mengatakan bahwa, orang yang sakit dan hanya mengonsumsi obat saja untuk menyembuhkan penyakitnya. Obat itu memang bereaksi, tetapi jika kita tambahkan dengan berdzikir, itu jauh akan membantu mempercepat proses pemulihannya. Dan lebih dahsyatnya lagi, bahkan ketika kita belum minum obat, tetapi kita banyak berdzikir, mengingat dan menyebut-nyebut nama Allah. Tanpa disadari, tubuh sudah mulai melakukan tahap pemulihan dengan sendirinya.

Editor: Shidqi Mukhtasor
Avatar
1 posts

About author
Mahasiswi Bimbingan Konseling Islam di Institut Agama Islam Negeri.
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds