Tajdida

Dakwah Muhammadiyah 4.0: Cara Konvensional dan Kultural Harus Seimbang

4 Mins read

Dilansir CNNIndonesia setelah FPI resmi di bubarkan, GP Ansor ajak eks kader FPI bergabung dengan dakwah Muhammadiyah atau gabung Nahdlatul Ulama. Walaupun, ada seruan eks anggota FPI untuk ikut gabung kelompok baru dengan nama Front Persatuan Islam.

Penulis yakin NU maupun Muhammadiyah, akan senang hati menerima eks anggota FPI untuk berjuang berdakwah bersama. Kedua ormas Islam tersebut lebih moderat dalam berdakwah sehingga mudah di terima oleh kalangan Masyarakat.

Penulis berharap wacana dakwah yang dengan sengaja membenturkan konsep Wasathiyah Islam, yang meliputi tawassuth, tawazun dan tasamuh, tidak di jadikan dakwah untuk membenturkan konsep dakwah Islam Wasathiyah.

Konsep Dakwah yang Membenturkan

Membenturkan ayat al Quran yang memunculkan penafsiran yang berbeda, karena ada ayat yang mengundang munculnya perdebatan. Sengaja memunculkan ayat-ayat yang mengundang untuk kekerasan, kita harus yakin bahwa ayat al Quran itu tidak hanya yang kontradiksi saja. Semua yang di turunkan kepada Rasulullah adalah rahmat bagi semesta alam.

Sengaja untuk memunculkan ayat dengan kondisi perang yang di tarik untuk diterapkan dengan keadaan sekarang di Negara yang damai. Misalnya, memunculkan dalil saat Rasul perang membunuh orang kafir dengan tafsir yang berbeda untuk di benturkan dengan konsep dakwah wasathiyah Islam.

Sengaja mengutip dalil yang menerangkan ketika Rasulullah memerintahkan membunuh orang kafir, harusnya juga memunculkan dalil-dalil yang baik tentang Rasulullah sifat yang saling menyayangi dan toleransi terhadap ciptaan Allah. Citra Rasulullah sebagai suri teladan, diruntuhkan oleh mereka hanya untuk membenarkan tingkah lakunya saat ini.

Kita akui dalil-dalil seperti itu memang ada, akan tetapi kita juga menggunakan dalil yang menunjukan kebaikan Rasulullah dan citra Islam, cara ini harus digunakan, untuk membersihkan citra Rasulullah yang saat ini semakin didegradasi oleh narasi-narasi kebencian.

Baca Juga  Pikiran Kiai Dahlan: Antara Abduh, Ridha, dan Renan

Sengaja memenggal kisah sejarah Islam untuk kepentingan saat ini, kisahnya belum lengkap hanya di potong untuk memunculkan tindak kekerasan. Kalaupun mau di sampaikan, sampaikan saja cuma dengan kisah yang lengkap, perlu di lihat sanadnya menggunakan rujukan para Ulama.

Disini kader Muhammadiyah jangan anti dengan konsep dakwah yang membenturkan dalil, sebisa mungkin hadir untuk mencari tahu. Tanpa menyalahkan dakwah versi lain, kader Muhammadiyah harus berani memberikan pemahaman secara terang-terangan juga.

Konsep Dakwah Kepribadian Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan Gerakan Islam. Maksud gerakanya adalah Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar yang ditujukan kepada dua bidang: perseorangan dan masyarakat. Dakwah dan Amar Ma’ruf nahi Munkar pada bidang pertama terbagi kepada dua golongan: Kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran Islam yang asli dan murni; dan yang kedua kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam.

Adapun dakwah Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar bidang kedua, ialah kepada masyarakat, bersifat kebaikan dan bimbingan serta peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan dengan dasar taqwa dan mengharap keridlaan Allah semata-mata.

Dengan melaksanakan dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuannya, ialah terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. (Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 35, Muhammadiyah.or.id)

Amar Maruf Nahi Munkar Saja Tidak Cukup

Amar maruf nahi munkar saja tidak cukup, tetapi juga harus mencerahkan, hal ini membuat anggapan bahwa Amar Ma’ruf Nahi Munkar Muhammadiyah terkesan lembek. Sekalipun Muhammadiyah hadir adalah dalam rangka gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, tetapi konsep itu wajib dilakukan secara tajdid (mencerahkan). (Muhammadiyah.or.id, 2020)

Baca Juga  Purifikasi KHA Dahlan (3): Mewujudkan Amal (Aktualisasi Islam)

Muhammadiyah ingin mewujudkan Islam sebagai Dinul Hadharah (agama peradaban) memang semestinya mengedepankan cara yang sesuai dengan misi peradaban itu, yaitu dengan ilmu dan hikmah. Karena itu Muhammadiyah tidak pernah memaknai Amar Ma’ruf Nahi Munkar sebagai gerakan kekerasan seperti yang selama ini banyak kita saksikan. Walaupun, ada sebagian orang di Muhammadiyah (bilang) gerakan kok terlalu lembut. (Abdul Mu’ti, Muhammadiyah.or.id, 2020)

Dalam wasathiyah Islam ada penekanan pada salah satu watak dalam Islam. Dan demikian (pula) kami menjadikan kamu (umat Islam) ummatan wasathan (umat yang adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan manusia) dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu (Qs. Al-Baqarah 143).

Menurut Pak Din, bahwa wasathiyah Islam itu meliputi tawassuth yakni tidak melebih-lebihkan dan tidak mengurang-ngurangkan dalam beragama. Sikapnya I’tidal kira-kira berpegang teguh pada kebenaran dan penegakan keadilan. Jadi, walaupun ummat wasathan tidak berarti lemah atau lembek.

Kemudian wasathiyah Islam juga mengandung makna tawazun yakni keseimbangan yang luar biasa. Selain itu juga mengandung tasamuh yang memiliki makna bertenggang rasa. Sedapat mungkin berdiskusi. Kalau diskusi tidak membuahkan hasil, jika dengan umat non-Muslim kita lakum diinukum wa liya diin (untukmu agamamu, untukku agamaku). Tapi kalau dengan sesama muslim bagimu pendapatmu bagiku pendapatku tapi kita tetap bersaudara.

Pada kenyatannya Islam melakukan perbaikan, Islam turut serta melakukan rekonstruksi dan rehabilitasi terhadap kerusakan-kerusakan yang ada. Wasathiyah Islam menjadi salah satu yang penting sebagai bentuk kehadiran Islam ditengah peradaban dunia. (Din Syamsudin, UMM.AC.ID, 2019)

Strategi Perubahan Dakwah Muhammadiyah

Perubahan dan perkembangan keadaan masyarakat, perlu untuk merubah strategi dakwah sesuai dengan masyarakat yang di dakwahi. Perlu memang mempertahankan dakwah konvensional yang selama ini Muhammadiyah lakukan, karena di keadaan Masyarakat tertentu  masih dianggap relevan. Tetapi perlu juga untuk menggunakan prinsip dakwah ‘ala uqulihim yakni dakwah memahami dan menyesuaikan dengan keadaan Masyarakat yang di dakwahi. (Prof Dr H Haedar Nashir, MSi, Pembaruan Strategi Dakwah Muhammadiyah, SuaraMuhammadiyah.id, 2020).

Baca Juga  Nggak Pakai Adu Tonjok, Belajar Adab Memilih Pemimpin dari Muhammadiyah

Dalam perkembangan dakwah yang menyesuaikan keadaan masyarakat perlu untuk di lakukan oleh pengerak Muhammadiyah, pendekatan dakwah Kultural sesuai hasil Tanwir Denpasar (2002) dan Tanwir Makassar (2003). Dakwah kultural bukan membenarkan TBC yang selama ini di pahami oleh berbagai kalangan.

Menurut Prof Dr H Haedar Nashir, MSi dakwah kulturaluntuk memperkaya cara dan proses dalam berdakwah yang berusaha memahami alam pikiran masyarakat setempat (‘ala ‘uqulihim). Pemikiran dan pendekatan dakwah kultural sejalan dengan prinsip “bilhikmah”, “wa al-mauidhat al-hasanah”, “wa jadil-hum bi-laty hiya ahsan” (Qs An-Nahl: 125).

Dalam buku Dakwah Kultural (2004) yang ditanfidzkan PP Muhammadiyah disebutkan bahwa, Dakwah Kultural ialah “upaya menanamkan nilai-nilai Islam dalam seluruh dimensi kehidupan dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara luas, dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. (SuaraMuhammadiyah.ID, 2020)

Dengan pendekatan dakwah kultural ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan untuk membangun Masyarakat. Pertama kebutuhan manusia untuk dapat hidup harmonis dengan sesamanya, yang kedua, manusia dapat hidup harmonis dengan lingkungannya.

Dalam konteks dakwah Islam, ditambah satu dimensi lagi yang sifatnya utama, yaitu dimensi tauhid agar manusia menjalin habluminallah dengan sebaik-baiknya. Menurut perspektif Islam, bahwa kehidupan manusia akan mengalami kehancuran atau kerusakan jika kehilangan dua relasi yaitu habluminallah dan habluminnannas (Qs Ali Imran: 112).

Editor: Dhima Wahyu Sejati

13 posts

About author
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nusantara Bekasi | Warga Muhammadiyah
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds