Falsafah

Penciptaan Alam Semesta Menurut Al-Kindi

3 Mins read

Pada era ini, terbentuknya alam semesta telah melahirkan banyak konsep yang berbeda. Hal tersebut dianggap, terciptanya alam semesta merupakan sebuah tema yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Kebanyakan hipotesis perkara tersebut pada masa kini dipelopori oleh ilmuan Barat. Itu terbukti dengan banyaknya konsep dari filsuf Barat yang dibicarakan sekarang.

Teori Big Bang merupakan salah satu ide penciptaan alam semesta yang sangat populer. Konsep ini pertama kali dicetuskan oleh Abbe Georges Lemaitre pada tahun 1927. Ia menyebutkan bahwa alam semesta terwujud dari sesuatu yang luar biasa padat dan panas yang akhirnya meledak dan mengambang sekitar 13,7 miliar tahun lalu.

Selain dari teori ini, ada juga teori lain yang sangat populer. Seperti Teori Bintang Kembar yang dilahir oleh R. A. Lyttleton, dan teori kabut yang pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg. (Bilhaq, 2019)

Tenarnya konsep-konsep yang disebutkan tadi menjadi bukti kemajuan ilmuan Barat. Dan menimbulkan sebuah realita bahwa cendikiawan muslim kontemporer mengalami kemerosotan terhadap ilmu sains. Kasus Harun Yahya asal Turki misalnya, merupakan sebuah bentuk masalah yang dihadapi oleh umat Islam saat ini. Dikenal sebagai salah satu ilmuan Islam di bidang sains yang melahirkan banyak karya. Namun, belakangan ini ditangkap dan dijatuhi hukuman 1.075 tahun penjara karena kasus penipuan, memimpin organisasi kriminal, pelecehan seksual, dan banyak kasus lain (Idhom, 2021)

Padahal, umat Islam pernah menghadapi periode keemasan dalam bidang sains pada era dinasti Abbasiyah. Awal mula diterjemahkannya karya-karya asing, banyak tokoh filsafat Islam dan karya-karya yang muncul, menjadi bukti akan kesuksesan Islam di bidang sains pada saat itu. Mengenai konsep penciptaan alam, umat Islam kala itu juga berperan aktif dalam mengembangkannya.

Baca Juga  Kedaulatan Negara: Dari Kekuasan Mutlak Hingga Chauvinisme

AL-Kindi Sang Filsuf Islam

Salah satu pemikir Islam yang ikut mengembangakan ide mengenai penciptaan alam semesta adalah Al-Kindi, dilahirkan di Kuffah sekitar tahun 801 M dan Wafat sekitar tahun 873 M. Al-Kindi mempelajari banyak sekali ilmu pengetahuan (Madani, 2015). Dia disebut sebagai filosof pertama Islam karena karya-karyanya yang sampai sekarang masih bisa ditemukan.

Dalam gagasannya Al-Kindi mencoba menyelaraskan antara filsafat dan juga keagamaan. Untuk menyelaraskannya, Al-Kindi mencinptakan teori-teori yang berkaitan dengan sains. Menurutnya, filsafat pada hakikatnya adalah mencari kebenaran lalu kemudian dilanjutkan dalam praktiknya melakukan atau mengamalkan kebenaran.

Selanjutnya, Al-Kindi juga menambahakan bahwa kita seharusnya tidak malu untuk menerima sebuah kebenaran. Dari manapun kebenaran itu berasal, meskipun kebenaran tersebut datang dari bangsa atau umat yang jauh dari kita. Lalu terhadap orang yang menentang filsafat, Al-Kindi mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang mengingkari kebenaran. Karena, ilmu tentang kebenaran adalah yang paling tinggi derajatnya.

Al-Kindi dan Konsep Penciptaan Alam

Mengenai konsep penciptaan alam, Al-Kindi berpendapat bahwa alam raya tercipta dari ketiadaan lalu diciptakan dalam waktu sehingga kemudian menjadi ada. Munculnya alam semesta pastilah ada yang mendahuluinya. Paham ini biasa disebut dengan teori “Ex nihilo nihil fit” atau “Createo ex nihilo”. Konsep tersebut dekat dengat teori Plato yang mengatakan bahwa segala sesuatu memiliki ide dan semua ide tersebut bergantung pada ide yang paling tertinggi atau “absolut good”. Ide tertinggi inilah yang disebut Plato sebagai tuhan.

Selain dekat dengan konsep Plato, teori Createo ex nihilo juga dekat dengan teori Plotinus. Plotinus mengemukakan bahwa sumber dari alam semesta dan segala yang ada berawal dari yang maha satu. Menurutnya, jagat raya merupakan emanasi dari yang maha satu tadi. Maha satu tadil disebut sebagai Tuhan. Namun, Al-Kindi dalam menjelaskan teori penciptaan alam, tidak terlalu menunjukkan konsep emanasinya.

Baca Juga  Suhrawardi Al-Maqtul, Filsuf Iluminasi Islam yang Dibunuh

Al-Kindi mengemukakan bahwa alam semesta tidaklah qadim. Namun, alam ini memiliki batas waktu permulaan dan juga batas waktu berakhirnya. Serta menurutnya, Tuhan adalah pencipta alam semesta dan bukan penggerak utama.

Al-Kindi menyatakan bahwa Tuhan adalah pencipta dari segala sesuatu yang ada. Setelah menciptakan sesesuatu, Tuhan akan melakukan sesuatu pada ciptaannya.

Hal ini bertentangan dengan teori dari Aristoteles yaitu “Causa Prima”. yang mengatakan bahwa alam itu adalah qadim dan tuhan adalah penggerak utama. Menurutnya, Tuhan tidaklah bergerak, sehingga tidak melakukan apapun setelah proses emanasi terjadi. Dalam hal ini Aristoteles tidak memahami Tuhan secara khusus atau partikular (Madani, 2015).

Konsep Penciptaan Alam Al-Kindi Tak Bertentangan dengan Agama

Dari paham Al-Kindi Createo ex nihilo, bisa kita lihat bahwa pemikirannya tidak bertentangan dengan anjuran agama. Konsep Al-Kindi mengenai alam raya diciptakan oleh Tuhan dan tidak qadim sama dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an. Di mana dalam Al-Qur’an, banyak dijelaskan bahwa alam ini adalah sebuah wujud yang diciptakan oleh Allah.

Dalam konsep masalah alam semesta, Al-Kindi membagi alam menjadi dua bentuk, yaitu alam bawah dan alam atas. Alam atas adalah alam yang tidak mengalami perubahan bentuk dan keberadaannya tidak terjadi dengan cara penciptaan. Namun keberadaannya ada karena proses emanasi. Alam atas ini meliputi hal-hal yang spiritual seperti jiwa, ruh, dan akal.

Sedangkan, alam bawah adalah alam yang keberadaannya ada karena proses penciptaan. Alam bawah ini juga mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu berdasarkan masanya. Alam bawah ini meliputi bentuk wujud dari badaniah manusia, bentuk dari alam semesta yang ada, dan sebagainya.

Demikianlah sedikit ulasan berkenaan dengan konsep penciptaan alam menurut Al-Kindi. Mengkaji masalah konsep Al-Kindi ini tentu merupakan suatu hal yang sangat diperlukan. Hal ini dapat memperlihatkan kepada kita bagaimana semangatnya filsuf Islam pada masa itu. Sehingga nantinya memotivasi kita supaya menjadi seperti mereka.

Baca Juga  Ketika Albert Bandura Melihat Kasus Penistaan Agama

Editor: Yahya FR

Munawaroh
1 posts

About author
Mahasiswi IAIN Kerinci
Articles
Related posts
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…
Falsafah

Homi K. Bhabha: Hibriditas, Mimikri, dan Ruang Ketiga

4 Mins read
Homi K. Bhabha, salah satu tokoh terkemuka dalam teori pascakolonial, berkontribusi membangun wacana seputar warisan kolonialisme secara mendalam, khususnya melalui konsepnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds