Report

Jangan Sampai Sikap Terhadap Palestina Terbelah oleh Sentimen Golongan

1 Mins read

IBTimes.ID – Konflik antara Israel dan Palestina adalah perang legitimasi. Umat Islam dan masyarakat lain terus melakukan upaya agar Negara Israel dideligitimasi secara global. Kebijakan-kebijakan Israel selama 73 tahun terus-menerus memberikan penderitaan yang mendalam bagi rakyat Palestina. Terutama pendudukan Israel di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza.

Hal tersebut disampaikan oleh Ulil Abshar Abdalla dalam Launching Gerakan Boikot Divestasi & Sanksi (BDS) Israel di Indonesia, Sabtu (29/5) secara daring.

Gus Ulil, sapaan akrab Ulil Abshar berpendapat bahwa sebagai warga dunia, masyarakat harus melakukan memiliki sikap gerakan moral untuk mendukung Palestina dan mendesak dunia internasional agar Israel mengalami delegitimasi, mengalami kemerosotan legitimitas di dalam panggung internasional sehingga Israel mau melakukan kompromi.

Menurutnya, tekanan dunia internasional termasuk PBB selama ini untuk menghentikan pendudukan di Tepi Barat belum berhasil. Namun, meskipun Israel masih keras kepala, masyarakat tidak boleh mundur.

“Perjuangan untuk mendukung bangsa Palestina ini akan panjang. Seperti terjadi pada kasus Negara Afrika Selatan, saya optimis bahwa suatu saat gerakan ini akan punya pengaruh. Gerakan ini kita lihat di dalam 2 minggu terakhir punya gaung yang luar biasa di berbagai negara,” ujarnya.

Ia menyebut bahwa dukungan moral terhadap Palestina belakangan membesar, terutama di Negara-Negara Barat. Ia juga menyebut bahwa rakyat Indonesia perlu untuk menjadi bagian dari gerakan global dalam mendukung kemerdekaan Palestina.

Menurutnya, setidaknya ada 2 motivasi dalam mendukung Palestina. Pertama, melawan ketidakadilan Israel kepada Palestina. Ini adalah konsep universal. Sehingga seluruh umat manusia harus melakukan hal yang sama.

Selain itu, umat Islam juga memiliki motivasi untuk membela saudaranya sesama muslim yang tengah mengalami penjajahan.

Baca Juga  Jalan Tengah ICJ untuk Rakyat Palestina

“Saya menyayangkan bahwa masalah Palestina ini mengalami pembiasan dalam konteks politik domestik. Perpecahan politik internal suatu negara mempengaruhi sikap warganya dalam memandang masalah Palestina. Di Indonesia ada pertarungan wacana ini,” imbuh Ulil.

Ia mengaku tidak tertarik dengan perpecahan tersebut mengingat hal yang lebih mendasar adalah melawan ketidakadilan.

“Muslim atau bukan muslim, sunni atau bukan sunni, kita semua bersatu melawan ketidakadilan. Masalah ketidakadilan adalah masalah universal. Jangan sampai masalah ketidakadilan ini mengalami pembiasan karena sentimen masing-masing golongan,” tegasnya.

Palestina akan merasa sangat sedih melihat warga sipil di berbagai negara jutru terpecah belah karena perbedaan dalam melihat Palestina. Padahal, menurut Ulil, masalah kemanusiaan mestinya lebih didahulukan daripada sentimen golongan.

Reporter : Yusuf

Related posts
Report

Muktamar JIMM 2023: Mendorong Pembaharuan Pemikiran, Pengetahuan, dan Gerakan Muhammadiyah

7 Mins read
IBTimes.ID – Para kader Muhammadiyah yang tergabung dalam Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) kembali menyelenggarakan sebuah agenda yang bernama Muktamar Pemikiran Islam…
Report

Haedar Nashir: Moderasi adalah Solusi Menangani Radikalisme dan Ekstremisme

1 Mins read
IBTimes.ID – Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan, bahwa pendekatan moderasi adalah solusi dalam menangani radikalisme dan ekstremisme. Hal ini…
Report

Riset: Pesantren, Politik Dinasti, dan Oligarki Kekuasaan

5 Mins read
IBTimes.ID – Oligarki kekuasaan dan politik dinasti adalah dua fenomena pemilihan kepala daerah dan pemilihan anggota legislatif secara langsung yang terjadi pasca…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *