Ilmu filsafat merupakan ilmu yang berprinsipkan pada sebuah pemikiran kajian filsafat yang mempunyai tujuan bahwa sesuatu tersebut harus berbentuk nyata dan ada pula wujudnya.
Untuk mencapai sesuatu yang real, dibutuhkan suatu kepastian yang mana keputusan tersebut bisa ditangkap dan dipahami oleh akal pikiran manusia. Di sini, Tuhan menyuruh hambanya supaya memanfaatkan akalnya dengan sebaik-baiknya.
Pada abad ke-20, manusia mengalami kehidupan yang amat rumit dirasanya yang mana kehidupan tersebut dipenuhi dengan berbagai persoalan yang menimpanya pada saat itu.
Akhirnya, para filsuf menemukan sumber dari kerumitan tersebut yang tak lain dari kesalahan cara pandang berfikirnya. Oleh karena itu, para filsuf menjadi sangat peduli untuk meneliti persoalan yang ada dengan menggunakan metode ilmiah secara tepat.
Pragmatisme
Secara etimologi kata pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu pragma yang artinya perbuatan atau tindakan dan isme artinya paham atau ajaran. Sedangkan secara terminologi, pragmatisme yaitu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan dirinya benar dengan perantara akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis (Ahmad Tafsir, 2004: 190).
Pragmatisme merupakan aliran yang sangat menitikberatkan praktik yang mana dalam membuktikan kebenaran, mereka melihat tindakan yang praktis atau sekiranya hal itu bisa dilihat dari segi kegunaannya.
Para penganut pragmatisme memandang hidup manusia sebagai perjuangan hidup yang terus menerus. Karena di dalamnya, terdapat konsekuensi-konsekuensi yang bersifat praktis (Soejono Soemargono, 1992: 129-130).
Konsekuensi yang bersifat praktis berhubungan amat erat dengan makna dan kebenaran sehingga kedua hal tersebut dapat dikatakan sebagai satu-kesatuan.
Pragmatisme muncul karena adanya pemberontakan melawan sistem idealisme yang lebih mengutamakan intelektual dan bersifat privat. Pragmatisme dikenalkan oleh William James di Amerika Serikat.
Selain berdiri karena adanya pemberontakan terhadap sistem idealisme, juga karena sistem empiri Inggris dan Jerman Modern dan pengalaman perdagangan bangsa Amerika yang menekankan kerja keras dan kebijakan. Oleh karena itu, adanya pragmatisme menjadi alat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Mengenal Sosok William James
Nama lengkapnya William James. Lahir pada tahun 1842 di kota New York. Ayahnya bernama Henry James. Beliau merupakan pemikir yang kreatif, berkebudayaan tinggi, dan seorang ayah yang menekankan pada kemajuan intelektual.
Intelektual James berkembang dengan cepat karena kehidupannya dipenuhi dengan masa belajar dan pemikiran yang kreatif untuk menyelesaikan permasalahan mengenai kehidupan.
James kuliah di Harvard Medical School pada tahun 1964 dan lulus pada tahun 1869 dengan memperoleh gelar M.D. Akan tetapi setelah lulus, ia kurang tertarik dengan praktik pengobatan yang selama ini ia geluti dan lebih tertarik pada fungsi alat tubuh.
Akhirnya ia mengajar fisiologi dan anatomi di Harvard. Kemudian pada tahun 1875, ia lebih tertarik lagi pada psikologi dan fungsi pikiran manusia (Sokhi Huda, 1999, 3). Di sinilah, ia terpengaruh akan metode pragmatisme yang di bangun Peirce.
Teori Kebenaran William James
Karakteristik dari pragmatisme William James ini dikenal dengan theory of truth. James mengatakan bahwa kebenaran merupakan gagasan yang hanya dapat diuji melalui pengalaman individu (Fio. P. Hasyim, 2010, 44).
Oleh karenanya, kebenaran bagi James sifatnya subjektif dan akan selalu berubah. Seperti pandangan evolusioner yang diungkapkan James mengenai manusia. Menurutnya, manusia menjadi peran utama yang membentuk lingkungannya melalui pengalaman.
Manusia dan pengalaman menjadi sumber keutamaan bagi James karena dia berpendapat bahwa dunia yang sebenarnya adalah dunia pengalaman. Oleh sebab itu, ilmu pengetahuan selalu berhubungan dengan dunia tersebut dan dunia tidak menumbuhkan dualitas.
Kemudian realitas murni sama dengan pengalaman yang netral dan pengalaman yang murni adalah perubahan yang akan terus terjadi yang menghadirkan materi untuk pengetahuan kita di kemudian hari dengan kategori-kategori konseptual.
Meaning dan truth masuk pada kategori nilai. Untuk menentukan makna dan kebenaran ide, setiap individu harus memikirkan kembali akan konsekuensi dan daya guna. Menurut James, ketika individu menghadapi suatu objek, maka diperlukan pertimbangan apakah objek tersebut terdapat kandungan praktis dan bisa memberikan sesuatu yang diinginkan.
Jika sekiranya begitu, maka setiap individu harusnya mempersiapkan sesuatu untuk menghadapi reaksi yang akan terjadi.
Jadi, kebenaran itu relatif dan kebenaran juga dapat berkembang. Berkembangnya kebenaran disebabkan oleh situasi kehidupan dan tindakan yang hanya terdapat dalam pengalaman. Jadi, dapat dipahami bahwa ukuran benar dan salah itu tergantung pada konteksnya.
Dapat dicontohkan bahwa meja bisa dikatakan benar, salah, ataupun netral itu tergantung meja tersebut ditempatkan di mana dan dalam rangka apa. Misalnya, meja jika dipakai di diskotik secara pragmatis menurut pandangan pemikiran umat muslim mengatakan bahwa hal ini salah.
Akan tetapi jikalau meja ini dipakai untuk belajar di kelas ataupun dipakai untuk mengaji maka hal ini sangat bagus dan bermanfaat. Dapat disimpulkan bahwa kebenaran itu tidak ada yang mutlak dan semuanya tergantung pada konteksnya.
Editor: Rozy