Tafsir

Telaah Kritis Terhadap Kisah Israiliyyat dalam Kitab-Kitab Tafsir

4 Mins read

Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an

Kisah Israiliyyat– Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya mengandung ayat yang berkaiat dengan hukum saja, tetapi juga mengandung ayat yang bercerita tentang kisah nabi-nabi dan umat terdahulu.

Namun, kisah yang ada dalam Al-Qur’an hanya disebut secara umum dan tidak mempunyai penjelasan yang terperinci. Berbeda dengan kisah-kisah yang tertulis pada kitab-kitab samawi yang lain seperti dalam Taurat dan Injil.

Dalam dua kitab ini, kisah-kisah lampau dijelaskan secara terperinci. Kisah-kisah tersebut dalam Taurat dan Injil sedikit banyak telah memberi kesan kepada kisah-kisah yang hampir sama yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Adanya kemiripan dan titik temu antara Al-Qur’an dengan Taurat dan Injil sebagai sesama kitab samawi dalam mengetengahkan berbagai persoalan merupakan peluang pertama bagi masuknya kisah Israiliyyat ke tengah-tengah pengetahuan kaum muslimin.

Cara Pemaparan Kisah Israiliyyat dalam Al-Qur’an

Sebagaimana dimaklumi berbagai persolan teramasuk kisah para nabi dan umat umat terdahulu, diceritakan dalam Al-Qur’an dengan bentuk pemaparan yang masih global (mujmal), terbatas pada sisi sisi yang bisa diambil pelajarannya saja.

Hal ini sangat berbeda dengan Taurat dan Injil yang cenderung berpanjang lebar dalam merincikan seluk beluk kisah itu. Oleh karenanya, wajar apabila pihak pembaca Al-Qur’an berusaha untuk mencari informasi tentang rincian kisah-ksiah kepada taurat dan Injil.

Di samping itu, berbagai kontak yang terjadi antara umat Islam dengan ahli kitab, baik yang terjadi di Jazirah Arabia maupun diluar Jazirah Arabia, memiliki pengaruh yang tidak kecil.

Demikian pula dengan masuk Islamnya pemuka Ahli Kitab seperti Ka’b al Ahbar, Abd Allah Ibn Salam, dan Wahb Ibn Munabbih. Dan diterjemahkannya kitab Taurat ke dalam Bahasa Arab merupakan pendorong periwayatan Israiliyyat.

Pengertian Israiliyyat

Kata Israiliyyat sendiri merupakan bentuk jamak, Israiliyyat, merupakan isim (kata benda) yang dinisbahkan kepada Israil, yang dalam bahasa Ibrani yang berarti hamba Tuhan. Dalam penjelasan sejarah, Israil erat dengan keturunan Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim yang berjumlah dua belas dan disebut Bani Israil. Di dalam Al-Qur’an sendiri, ada banyak disebutkan tentang Bani Israil yang dinisbatkan kepada Yahudi.

Baca Juga  Hubungan Fujur dan Taqwa dengan Kepercayaan Kita

Sedangkan secara terminologi Israiliyyat adalah pengaruh kebudayaan Yahudi dan Nasrani terhadap tafsir. Dalam makna luas, Imam Adz Dzahabi mengungkapkan bahwa Israiliyyat memilki arti semua cerita lama yang masuk ke dalam tafsir dan hadis yang bersumber dari Yahudi dan Nasrani atau selain keduanya.

Jadi secara gampangannya, Israiliyyat adalah sesuatu yang masuk dalam tafsir dan hadis di mana periwayatnya berkaitan dengan sumber Yahudi dan Nasrani baik menyangkut tentang agama atau tidak, kisah kisah yang di dalamnya berbaur dari berbagai agama dan kepercayaan yang masuk ke Jazirah Arab.

Kisah Israiliyyat dalam Beberapa Kitab Tafsir 

Dalam banyak kitab tafsir Al-Qur’an sendiri, ada banyak sekali kitab-kitab tafsir yang corak penafsirannya dipengaruhi oleh kisah-kisah Israiliyyat. Di antaranya adalah Tafsir Jalalain, tafsir yang dikarang oleh Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Jalaluddin Al-Suyuthi ini banyak sekali mengutip kisah-kisah Israiliyyat dalam penafsirannya.  

Terutama dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan tentang kisah nabi-nabi terdahulu, ada banyak sekali kisah-kisah Israiliyyat yang oleh sebagian ulama kemudian dianggap mencederai keterjagaan Nabi dari dosa dan kesalahan (Ismah al anbiya’).

Misalnya, penisbatan perilaku syirik terhadap Nabi Adam as dan Hawa melalui penyimpangan dalam menamakan anaknya dengan Abd al-Hars (Hamba Iblis) agar bisa bertahan hidup di mata para ulama kritis merupakan kisah yang mencederai kema’shuman Adam sebagai Nabi.

Di samping itu, kisah tersebut dapat memberikan kesan kuatnya dominasi kekuasaan setan dalam menentukan hidup matinya seseorang. Sehingga seakan akan telah mengalahkan kehendak Allah. Atau setidak-tidaknya ada kesan bahwa Allah membiarkan Nabi pilihannya menjadi bulan-bulanan ulah jahat setan, Maha Suci Allah dari kemungkinan itu.

***

Dalam menceritakan kisah Yusuf dan Zualaikha, Imam Jalaludin Suyuthi menggambarkan adegan perselingkuhan yang nyaris sempurna dan ini jelas sangat merendahkan harkat dan martabat seorang Nabi. Apalagi perselingkuhan itu terjadi dengan istri orang yang telah berjasa menyelamatkan dirinya. Oleh karenanya, para ulama kritis terhadap kebenaran kisah itu.

Baca Juga  Keragaman Tafsir Al-Qur’an adalah Rahmat

Tentang kisah nabi Sulaiman as dan ratu Balqis yang menggambarkan rekayasa seorang nabi untuk bisa menyaksikan langsung betis dan kaki seorang perempuan yang bukan mahramnya melalui pembangunan istana dengan model lantai yang dirancang sedemikain rupa, dianggap tidak sejalan dengan akhlak seeorang Nabi.

Lebih memperihatinkan lagi adalah kisah Sulaiman yang terpaksa harus kehilangan tahta kerajaan selama empat puluh hari guna memberikan kesempatan kepada setan untuk berkuasa dan memberikan arahan-arahan sesat keada umat Nabi Sulaiman setelah setan berhasil menyerupakan diri dengan Sulaiman.

Semua itu karena ketergantungan Sulaiman kepada cincin yang dikenakannya. Kisah ini ditolak oleh para ulama’, antara lain karena memberikan peluang kepada setan untuk menyerupakan diri dengan dengan nabi. Hal ini merupakan anacaman yang serius terhadap otentitas syariat yang dibawanya.

Kisah Nabi Daud AS

Sementara itu kisah Nabi daud as yang jatuh cinta kepada istri Urea, salah seorang perajuritnya, walaupun dalam penafsiran Al Mahalli tidak sampai pada hadapan rekayasa Dawud untuk membunuh Urea, melainkan baru berupa permintaan Dawud untuk menyerahkan sang istri kepadanya. Namun kisah itu tetap tidak layak dengan harkat martabat kenabian.

Kisah tersebut dapat memberikan gambaran buruk tentang keserakahan seorang nabi yang telah memiliki sembilan puluh sembilan istri tepi masih ingin mengambil istri seorang hanya memilki seorang istri. Apalagi orang itu adalah anak buahknya sendiri yang seharusnya disantuni dan dilindungi.

Kisah kisah irailiyat di atas dalam anggapan sebagian ulama di kategorikan sebagai Israiliyyat yang maudhu’i (Palsu). Tapi ternyata tidak sedikit ulama yang justru membela riwayat ini dengan jalan ta’wil. 

Hikmah Adanya Kisah Israiliyyat

Adanya kisah-kisah Israiliyyat dalam banyak kitab kitab tafsir menuntut para pembaca untuk selalu kritis dalam mencerna kisah-kisah seputar Nabi dan umat terdahulu. Dengan paradigma ini,  semestinya dalam pembacaan terhadap kitab-kitab tafsir yang ada.

Baca Juga  Ketaatan Iblis yang Bernalar

Para pembaca senantiasa tidak menyikapi kitab tafsir ini sebagai sesuatu yang identik dengan kebenaran yang wajib diikuti. Karena hakikat tafsir adalah upaya manusia untuk memahami dan menjelaskan pesan-pesan Ilahi melalui firman-firmannya menurut kadar kemampuan keamnusiaan (bi qadr al taqah al basyariyah). Dan jika disadari kemampuan manusia itu sarat dengan keterbatasan.

Editor: Rozy

3 posts

About author
Moeslem Scholar with special interest in islamic law, philosophy, and arabic literature, Triple Degree Candidate, Currently studying in Al Azhar University Cairo.
Articles
Related posts
Tafsir

Apakah Allah Bisa Tertawa?

4 Mins read
Sebagaimana menangis, tawa juga merupakan fitrah bagi manusia. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Najm [53]: 43 mengenai kehendak-Nya menjadikan…
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds