Falsafah

Hirarki Kebutuhan ala Abraham Maslow

2 Mins read

Hierarchy of needs Abraham Maslow seorang ahli psikologi asal Amerika memiliki sebuah teori yang cukup populer, teori itu dinamakan hierarki kebutuhan (hierarchy of needs).

Dalam teori ini, Maslow mengklasikasikan beberapa kebutuhan mendasar yang harus terpenuhi oleh setiap manusia. Tingkatan yang paling dasar adalah,kebutuhan fisiologis. Pada tahap ini, manusia cenderung memenuhi kebutuhan untuk bertahan hidup secara fisik.

Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur, dan oksigen. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan agung untuk semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.

Kebutuhan Lepas dari Bahaya

Kemudian, ada kebutuhan akan rasa lepas dari bahaya. Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang dinamakan Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa lepas dari bahaya.

Kebutuhan-kebutuhan akan rasa lepas dari bahaya ini di tengahnya adalah rasa lepas dari bahaya fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari daya-daya ancaman seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana dunia.

Kebutuhan akan rasa lepas dari bahaya berlainan dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah dapat dijaga sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir, atau perilaku berbahaya orang lain.  

Bila kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa lepas dari bahaya telah terpenuhi, muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki-dimiliki.

Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi desakan untuk berteman, hasrat memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga, dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta.

Cinta Menurut Abraham Maslow

Untuk Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra selang dua orang, termasuk sikap saling percaya.

Baca Juga  Membumikan Teologi ala Hassan Hanafi

Sering kali cinta dibuat menjadi rusak bila salah satu pihak merasa takut bila kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya.

Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, membikinnya, dan meramalkannya.

Bila tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian. Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan lepas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan.

Kebutuhan Penghargaan

Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi.

Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi.

Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan paling tinggi yang ditemukan Maslow. Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri.

Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tapi melibatkan hasrat yang terus menerus untuk memenuhi potensi.

Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk makin dibuat menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, dibuat menjadi apa saja menurut kemampuannya.

Ghifari Fajar Anugerah
2 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…
Falsafah

Homi K. Bhabha: Hibriditas, Mimikri, dan Ruang Ketiga

4 Mins read
Homi K. Bhabha, salah satu tokoh terkemuka dalam teori pascakolonial, berkontribusi membangun wacana seputar warisan kolonialisme secara mendalam, khususnya melalui konsepnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds