Tafsir

Ketika Allah Melarang Manusia untuk Berputus Asa

3 Mins read

Tanpa kita sadari, berputus asa merupakan suatu hal yang sering terjadi pada setiap insan. Rasa putus asa melanda ketika kita sedang dalam posisi terjatuh, dibawah, ngedown dalam menyikapi suatu masalah, baik masalah yang tercipta karena kita sendiri, maupun cobaan langsung dari Allah.

Bertaubatlah, Allah Maha Pengampun

Tak hanya itu, setelah kita berbuat maksiat, seringkali rasa putus asa hadir. Merasa insecure kepada Allah karena dosa yang sangat banyak, malu karena kita jarang beribadah kepada-Nya. Sehingga kita pada fase itu memilih berputus asa, menyerah dan tidak mau bertaubat kepada Allah Ta’ala.

Padahal Allah sendiri yang telah berjanji kepada hamba-Nya, bahwa Allah Maha Pengampun. Allah Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an surat At-Taubah: 104 yang berbunyi:

أَلَمْ يَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ ٱلتَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِۦ وَيَأْخُذُ ٱلصَّدَقَٰتِ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ

Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?

Maka dari itu, seyogyanya insan yang baik, harus berbahagia dengan kemurahan Allah kepada hamba-Nya dengan cara mena’ati perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

Allah Melarang Berputus Asa

Disisi lain Allah melarang seorang hamba, untuk tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Berkaitan dengan larangan ini, Allah mengambarkan kepada manusia dengan ungkapan yang sangat halus nan menyentuh hati. Ungkapan ini terdapat di dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 53 yang berbunyi:

قُلۡ يٰعِبَادِىَ الَّذِيۡنَ اَسۡرَفُوۡا عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُوۡا مِنۡ رَّحۡمَةِ اللّٰهِ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ يَغۡفِرُ الذُّنُوۡبَ جَمِيۡعًا‌ ؕ اِنَّه هُوَ الۡغَفُوۡرُ الرَّحِيۡمُ

Katakanlah olehmu (Muhammad) “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Jika dikaji secara linguistik (kebahasaan) maka terdapat pembahasan menarik, berkaitan dengan ayat ini. Namun sebelum melanjut jauh tentang pembahasan tafsir, penulis menemukan kembali ayat yang berbicara kepada Allah tentang larangan bagi hamba-Nya dari berputus asa.

Baca Juga  Mendefinisikan Pertarungan Arabisme, Lokalisme, dan Kosmopolitanisme

La Taqnatu : Janganlah Berputus Asa

Diksi yang digaris bawahi adalah:

لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ

Janganlah kalian berputus asa dari Rahmat Allah

Kalimat ini memiliki makna: ”Jangan berputus asa dari rahmat Allah” kata تَقْنَطُوْا disini berasal dari kata قنط – يقنط dalam Kamus Al-Munawwir bermakna: Putus asa, kehilangan harapan, dan lain sebagainya.

Dalam ayat tersebut terdapat huruf لا  berfungsi sebagai larangan (Nahyu).

Larangan (Nahyu): Pada hakikatnya dipahami juga sebagai perintah, yakni untuk meninggalkan sehingga ia pun haram, kecuali ada indikator untuk mengahlihkan keharamannya. (Quraish Shihab: Kaidah Tafsir)

Maka adapun isi larangannya adalah Allah melarang hamba-Nya berputus asa dari rahmat-Nya. Kenapa jangan berputus asa? Disebabkan dalam surat Az-Zumar ayat 53, Allah menjelaskan bahwa Allah SWT mengampuni semua dosa hamba-Nya, karena Allah Maha Pengampun dan Penyayang.

Berkaitan dengan Mantuq dan Mafhum, kedua lafaz di atas tergolong kepada Mantuq.

Mantuq adalah makna yang terkandung dari kata yang terucapkan, dan tidak memerlukan sesuatu selain mendengar lafaz untuk memahaminya. Lebih rincinya Mantuq ini tergolong Nash yang sharih. Nash adalah lafaz yang tidak mengandung kemungkinan ta’wil (adanya pengalihan makna).

Sharih: lafaz yang digunakan didengar menunjuk dengan tegas dan jelas.

Kedua lafaz di atas pun tergolong dalam Dilalah At Tadhammum.

Dilalah At-Tadhammum adalah makna atau ketetapan hukum yang ditarik darinya merupakan bagian dari kandungan teks.

Sehingga jelaslah penarikan dalam lafaz tersebut tidaklah perlu menggunakan ta’wil, karena maknanya sudah tergambar jelas bahwa kita sebagai hamba Allah dilarang berputus asa dari rahmat-Nya. Karena sejatinya Allah Maha Pengampun dari dosa-dosa sebesar apapun.

Tafsir Surat Az-Zumar ayat 53 Menurut Tafsir Muyassar dan Mukhtashar

Dalam Tafsir Muyassar Surat Az-Zumar ayat 53 dijelaskan bahwa: ”Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk berkata pada hambanya yang berlebih-lebihan dalam melakukan maksiat, dan mereka berlebihan dalam diri mereka dengan mendatangi hal hal yang diseru oleh nafsu mereka dari perbuatan dosa agar tidak berputus asa dari Rahmat Allah karenabanyaknya dosa mereka, karena sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa mereka bagi hambanya yang bertaubat dan kembali ke jalannya, sesungguhnya Allah maha mengampuni dosa-dosa yang terdapat di hambanya, dan menyayangi hal demikian.”

Dalam Tafsir Mukhtashar Surat Az-Zumar ayat 53 dijelaskan bahwa: ”Allah memerintahkan kepada Rasulullah untuk berkata pada hamba-Nya yang mereka adalah orang-orang yang melampaui batas atas diri mereka dengan menyekutukan Allah dan berbuat maksiat, agar tidak berputus asa dari rahmat Allah, dan tidak berputus asa dari ampunan-Nya karena banyaknya dosa mereka (Hamba Allah), sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya bagi hamba yang mau bertaubat. Sesungguhnya Allah maha pengampun atas dosa yang mengikuti hambanya dan menyayangi hambanya.”

Kesimpulan

Seorang muslim sejati yang mengetahui dosa-dosanya dan menyadari keberadaan di hadapan Rabbnya, maka ia tidak akan berputus asa untuk senantiasa mencari dan mengupayakan hadirnya rahmat Allah. Allah sendiri yang menuturkan bahwa Dia akan memberi rahmat dan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya. Tentunya dengan syarat hamba-Nya mau bertaubat dan memohon ampunan pada-Nya.

Baca Juga  Islam Kaffah adalah Beragama Secara Terbuka

Editor: Saleh

Aeger Kemal Mubarok
15 posts

About author
Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah
Articles
Related posts
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…
Tafsir

Dekonstruksi Tafsir Jihad

3 Mins read
Hampir sebagian besar kesarjanaan modern menyoroti makna jihad sebatas pada dimensi legal-formal dari konsep ini dan karenanya menekankan pengertian militernya. Uraiannya mayoritas…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds