Inspiring

Yusuf Qardawi, Pakar Multidisiplin Ilmu yang Punya 22 Guru

4 Mins read

Nama lengkap Syeikh Yusuf Qardawi adalah Muhammad Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf. Adapun nama belakang beliau adalah Qardawi, merupakan nama keluarga yang diambil dari nama daerah tempat ia berasal yakni al-Qardhah.

Yusuf Qardawi lahir pada tanggal 9 September 1926 M di desa Shafr al-Turab Mesir bagian barat, yang merupakan tempat dimakamkannya salah seorang sabahat Nabi Muhammad Saw, yaitu Abdullah bin Harits Radiyallahu ‘Anhu (Huda al-Islam Fatawa Mua’sirah, 45).

Syeikh Yusuf Qardawi merupakan seorang ulama yang alim, faqih, tekun, cerdas, dan merupakan salah satu ulama besar hukum Islam di zaman kontemporer sekarang ini, bahkan kontribusinya sangat dirasakan diseluruh belahan bumi dan hanya sedikit kaum muslimin yang tidak membaca buku, karya tulis, ceramah dan fatwa Qardawi (Biografi Yusuf Qardhawi, Skripsi, 13).

Di sisi lain Yusuf Qardhawi juga dikenal sebagai seorang pemikir Islam yang unik dan istimewa. Hal tersebut karena ia memiliki cara atau metodologi yang khas dalam menyampaikan risalah Islam. Bahkan sampai kalangan orang-orang dunia Barat pun mudah menerima karena metodologinya tersebut. Sehingga, ia kerap menghadiri pertemuan International para pemuka agama di Eropa maupun di Amerika sebagai wakil dari kelompok Islam (Ensiklopedi Tokoh Islam, 360).

Masa Kecil dan Pendidikan Yusuf Qardhawi

Sejak kecilnya, Qardhawi sudah hidup dalam keadaan yatim dan hidup bersama pamannya, bahkan menganggapnya sebagai orang tuanya sendiri karena didikan dan asuhannya serta membekalinya dengan ilmu pengetahuan agama dan syariat Islam (Pasang Surut Gerakan Islam, 153).

Hal tersebut membuatnya tekun dan serius dalam menghafalkan Al-Qur’an sejak usia lima tahun dan berhasil menyelesaikannya (30 Juz) dalam usia 10 tahun.

Selain itu, kefasihan dan kebenaran tajwid dan kemerduan qira’at-nya, membuat Qardawi sering dipercaya menjadi imam masjid baik dalam shalat magrib, isya maupun subuh dan bahkan tidak sedikit orang yang menangis saat sholat dibelakangnya. Dengan kemahirannya dalam bidang Al-Qur’an pada saat remaja tersebut, ia dipanggil dengan Syeikh Qardhawi oleh orang-orang di sekitar kampungnya (Fatwa Qardhawi: Permasalahan dan Hikmah, 399)                

Baca Juga  Jakob Oetama: “Kompas”-nya Koran Kompas

Kecerdasan Qardhawi mulai lebih tampak ketika ia setelah tamat dari sekolah dasar al-Ilzamiyah dan mengenyam pendidikan menengah pertama dan umumnya di Ma’had Thanta al-Azhar yang relatif singkat dengan prestasi rata-rata terbaik. Hingga mencapai puncaknya ketika melanjutkan pendidikan tinggi dii Universitas al-Azhar Mesir pada tahun 1952 M dengan meraih predikat lulusan terbaik (summa cum laude), pada bidang Studi Agama Fakultas Ushuluddin, (Fatwa-fatwa Kontemporer, 19) dan berlanjut dengan predikat yang sama pada tahun 1960 M di magister Tafsir Hadist serta predikat Cumlade  di program doktor pada 1972 dengan disertasinya yang berjudul “Fiqih Zakat dan Pengaruhnya dalam Sosial Kemasyarakatan” yang kemudian disempurnakan menjadi “Fiqih al-Zaka>h,” merupakan buku komprehensif yang membahas persoalan zakat dengan nuansa modern(Manhaj Fiqih Yusuf Qardhawi, 3-4).

Para Guru Yusuf Al-Qardhawi

Di balik berbagai torehan prestasi dan kecerdasan Yusuf Qardhawi tersebut, tidak lah lepas dari pengaruh besar para sang guru yang telah mendidik dan membimbingnya sebut saja. Syeikh Abdullah Yazid yang mengajarkannya ilmu hitung. Syeikh Yamani Murad, Syeikh Hamid, Syeikh Ali Sulaiman Khalil, Ustadz Sa’id Sulaiman Tsabit yang mengajarkannya ilmu sejarah, geografi, dan ilmu keterampilan.

Kemudian Syeikh Muhammad Sya’at, Syeikh al-Bahi al-Khuli yang mengajarkannya Mahfudzat dan mewajibkannya menghafal karya sastra al-Manfaluti. Syeikh Muhammad Ghubarah  yang mengajarkannya ilmu sharaf.

Syeikh Muhammad Asya-Syanawi yang mengajarkannya ilmu fiqih bermazhab Hanafi, dan masih banyak guru lainnya yang jika di sebutkan berjumlah 22 guru yang telah mengajarkan kepada yusuf Qardhawi berbagai disiplin keilmuan (Biografi Yusuf Qardhawi, Skripsi, 4-6).

Namun dari sekian guru Qardhawi tersebut, terutama yang berpengaruh besar dalam bermazhab maupun karya fiqih serta pemikirannya tentang politik adalah Hasan al-Banna yang merupakan pemimpin gerakan Ikhwanul Muslimin.

Hal tersebut sebagaimana diakauinya bahwa “Tokoh ulama paling banyak mempengaruhi saya adalah Hasan al-Banna. Pemimpin gerakan Ikhwanul Muslimin yang sering saya ikuti ceramah-ceramahnya.” (Pasang Surut Gerakan Islam, 156).

Baca Juga  Pak Kasman Merenung di Penjara

Aktivitas Organisasi

Walaupun harus masuk penjara setelahnya, dikarenakan aktivitas organisasi yang terlibat perang melawan Israel pada tahun 1948. Selain itu Qardhawi juga banyak tertarik kepada tokoh-tokoh Ikhwan al-Muslimin  yang lain seperti al-Khawli, Muhammad al-Ghazali dan Muhammad Abdullah Darra, karena fatwa dan pemikirannya yang kokoh dan bagus.

Begitupula kagum dan hormat kepada Imam Mammud al-Syaltout dan Dr. Abdul Hakim sekaligus dosennya di Fakultas Ushuluddin dalam bidang filsafat. Meskipun dengan ketertarikan, kekaguman, dan hormatnya terhadap tokoh-tokoh tersebut, lantas tidak membuat Qardhawi mengikuti mazhabnya (fiqih) dan terpengaruh dalam mengeluarkan fatwa-fatwanya. Bahkan tetap berpegang kepada sikap kritis yang dimilikinya, (Biografi Yusuf Qardhawi, Skripsi, 14) ia pernah berkata:

“Termasuk karunia Allah Swt kepada saya adalah bahwa kecintaan saya terhadap seorang tokoh tidak membuat saya bertaqlid kepadanya. Karena saya bukan lembaran copyan dari orang-orang terdahulu. Tetapi saya mengikuti ide dan pola lakunya, hanya saja hal ini bukan merupakan penghalang kepada saya untuk mengambil manfaat dari pemikira-pemikiran mereka.” (Pasang Surut Gerakan Islam,127).\

Aktif di Berbagai Bidang                                                              

Syeikh Yusuf Qardhawi juga merupakan seorang ulama yang bergerak aktif dari berbagai bidang, tidak hanya dalam bidang dakwah dan pengajaran, tetapi ia juga bergerak aktif di bidang yang lain seperti politik (pergerakan dan jihad), fiqih dan fatwa, ekonomi, bahkan sampai pada lembaga-lembaga dunia.

Sebagai contoh, ia pernah menjadi pengawas pada akademi para Imam, lembaga yang berada di bawah Kementerian Wakaf Mesir, (Manhaj Fiqih Yusuf al-Qardhawi, 67) juga pernah ditugaskan sebagai pemimpin pendirian dan sekaligus menjadi dekan fakultas Syari’ah dan Studi Islam di Universiats Qatar tahun 1977, serta pernah menjadi dosen tamu di al-Jazair atas tugas dari pemerintah Qatar tahun 1990/1991.

Baca Juga  Puisi Gus Mus: Tuhan, Kami Sangat Sibuk

Dengan bergerak diberbagai bidang tersebut, ia banyak memperoleh penghargaan dari berbagai pihak seperti IDB (Islamic Develophmeent Bank) atas jasanya dalam bidang perbankan, dan juga dari King Faisal Award tahun 1992 bersama Sayyid Sabiq atas jasa-jasanya dalam bidang ke Islaman, serta dari sultan Brunai Darussalam tahun 1997 atas jasa-jasanya dalam bidang fiqih dan lain sebagainya. (Biografi Yusuf Qardhawi, Skripsi, 13).

Menguasai Berbagai Ilmu Keislaman

Berdasarkan biografi Yusuf Qardhawi di atas, bahwa ia lebih dikenal sebagai seorang ulama yang ahli dalam bidang hukum (fiqih) dan fatwa ketimbang yang lain, seperti tafsir, aqidah, ekonomi dan lai-lain.

Hal tersebut bisa dilihat dari berbagai bidang pada karyanya yang lebih banyak cendrung ke ilmu-ilmu syariah, meskipun tidak menutup kemungkinan terdapat pula bidang disiplin keilmuan Islam yang lain dalam karya-karyanya. Seperti Aqidah, ‘ulum Al-Qur’an, ‘ulum al-Hadist, Tazqiyatunnafs wa al-Akhlaq dan lain-lain (dalil al-Ba>hisi}n ila> al-kita>bat al-‘Ala>mah Yusuf al-Qardawi, 11-42).

Namun dari sekian banyak karyanya tersebut, tidak lah membuat Yusuf Qardhawi luput dalam perhatiannya terhadap ilmu-ilmu Al-Qur’an, sebagaimana ia pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Ushuluddin jurusan Al-Qur’an dan sunah. Adapun latar belakangnya di dalam bidang Fiqh, semata-mata untuk menyelesaikan disertasinya yang berkenaan dengan zakat (al-Qardhawi fi al-Mizan, 9-10).

Perhatiannya terhadap ilmu-ilmu Al-Qur’an dapat dilihat dalam beberapa karyanya yaitu: Kaifa Nata’a>mal ma’a Al-Qur’an al-‘Azi}m, al-‘Aql wa al-‘Ilmi fi Al-Qur’an, wa>jibatuna> terhadap al-Qur’a>n, al-Shabr fi Al-Qur’an, Tafsir su>rat al-Ra’d, Tafsir su>rat Ibra>him, Tafsir su>rat al-Hijr, dan Tafsir Juz ‘Amma.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa Syeikh Yusuf Qardhawi selain seorang yang faqih, ia juga merupakan seorang ahli tafsir (mufassir). (Mafhum Yusuf al-Qardhawi An a-Tafsir al-Ilmi, Studia Qur’anika, 254).

Editor: Yahya FR

Ahmad Agus Salim
24 posts

About author
Mahasiswa Magister IAT Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds