Report

Philips J Vermonte: Indonesia Harus Manfaatkan Presidensi G20

1 Mins read

IBTimes.ID – Dekan Fisip Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Philips J Vermonte menyebut bahwa negara Indonesia telah sampai pada tahap ‘tangan di atas’. Hal tersebut, menurutnya, salah satunya dibuktikan dengan keberhasilan Presiden Joko Widodo yang menjadi Presidensi G20.

Narasumber Metro TV dan kontributor Tempo & Jakarta Post tersebut menjelaskan bahwa G20 adalah kerja sama 20 negara dengan tingkat ekonomi terbesar di dunia. Sehingga, posisi Presidensi G20 harus dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia.

Di sisi lain, Indonesia juga diuntungkan oleh pergeseran skala ekonomi dunia ke Asia, terutama China. Di luar China, juga ada Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan.

“Pergeseran ekonomi ke Asia ini membuat Asia Tenggara menjadi perebutan raksasa Amerika dan China. Amerika butuh Asia Tenggara untuk meredam China, China juga butuh Asia Tenggara untuk terus bertumbuh. Ini posisi strategis kita,” ujar Philips J Vermonte, Sabtu (12/3) di Jakarta dalam kegiatan Workshop Creator Muda Muhammadiyah yang digelar oleh IBTimes. Kegiatan tersebut didukung oleh Bank Mandiri sebagai Sponsor Tunggal.

Menurutnya, terjadi kemajuan yang signifikan di Asia, khususnya Asia Timur, mendekati negara-negara Barat. Sayangnya, imbuh Philips, pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lambat. Pada tahun 1970, misalnya, kondisi Indonesia sama dengan Singapura. Jumlah pendapatan domestik bruto sama, sama-sama menjadi negara berkembang, sama-sama memiliki pemimpin yang otoriter.

Namun, pada tahun 1980, Singapura melakukan demokratisasi dan menjadi negara yang maju. Kini, Indonesia tertinggal jauh dari Singapura, meskipun Indonesia juga melakukan demokratisasi pada akhir tahun 1990an.

“Kini, makin banyak negara yang bergantung ke China. Ada nilai baru di Asia, yaitu teknokrasi. Sekarang, banyak hal yang tergantung pada teknokrasi,” imbuhnya.

Baca Juga  Sejarah Kejayaan Peradaban Maritim Nusantara

Teknokrasi adalah bentuk pemerintahan ketika para pakar teknis menguasai pengambilan keputusan dalam bidangnya masing-masing. Problem-problem seperti pandemi, perubahan iklim, dan lain-lain harus diselesaikan dengan cara teknokratis.

Phillips menyebut bahwa pandemi covid-19 harus diselesaikan oleh pakar-pakar biologi, virologi, ahli DNA, dan juga ahli kebijakan publik. Hal yang sama juga berlaku untuk menyelesaikan isu climate change.

Dalam sejarah, pergeseran superpower dunia selalu berubah dengan perang, melalui militer. Sementara itu, China menjadi superpower tidak dengan militer, melainkan dengan ekonomi.

Meskipun, Amerika masih menjadi negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia. Bahkan, jika kekuatan militer nomor dua hingga nomor sepuluh dunia digabung, masih kalah dengan kekuatan militer Amerika.

Reporter: Yusuf

Avatar
1346 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

UAH: Musik Tidak Selalu Haram

1 Mins read
IBTimes.ID – Ustadz Adi Hidayat (UAH), Wakil Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menyebutkan bahwa musik tidak selalu haram. Islam itu tidak…
Report

Savic Ali: Muhammadiyah Lebih Menderita karena Salafi Ketimbang NU

2 Mins read
IBTimes.ID – Memasuki era reformasi, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Lahirnya ruang keterbukaan yang melebar dan lapangan yang terbuka luas, nampaknya menjadi…
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *