Tarikh

Kiat-Kiat Melakukan Penelitian Sejarah

3 Mins read

Ketika seorang sejarawan hendak menguak misteri yang terjadi di masa lampau, seyogyanya ia harus mengetahui tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian sejarah agar dalam proses penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan serta kebenaran dari sejarah yang diungkap dapat diterima oleh banyak orang.

Dalam melakukan penelitian sejarah, dibutuhkan daya pikir kritis untuk menganalisis dan menafsirkan sumber-sumber bukti yang sudah ditemukan sebelumnya. Kemudian, dipublikasikan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan tentang kronologi peristiwa yang terjadi di masa lampau.

Terdapat empat tahapan dalam metode penelitian sejarah, yaitu:

Pertama, Metode Heuristik (Pengumpulan Sumber-Sumber Bukti)

Dalam ilmu sejarah, hal pertama yang harus dilakukan oleh sejarawan untuk menggali informasi tentang peristiwa di masa lampau adalah mencari sumber-sumber bukti atau data sejarah yang dikenal dengan ilmu heuristik. Dalam ilmu heuristik, terdapat 2 macam sumber data sejarah yaitu sumber primer dan sekunder.

Sumber primer merupakan sumber bukti yang ada pada saat peristiwa itu terjadi. Seperti: arsip, naskah kuno, prasasti, rekaman suara, dan lain sebagainya. Sedangkan, sumber sekunder merupakan sumber bukti sejarah yang didapatkan secara tidak langsung pada saat peristiwa tersebut terjadi.

Seperti: laporan hasil penelitian, karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi), biografi, dan sebagainya. Sumber ini dapat diperoleh pada perpustakaan, lembaga penelitian, dan lain sebagainya (Heryati, Pengantar Ilmu Sejarah, 2017: 62-63).

Kedua, Metode Verifikasi (Kritik Sumber Bukti)

Setelah kita mengumpulkan semua bukti-bukti yang ada, maka tahapan selanjutnya adalah verifikasi. Artinya, kita harus bisa mengkritisi dan memastikan keaslian dari sumber bukti yang sudah dimiliki dan mengetahui nilai sejarah apa saja yang telah ia bawa. Maka dari itu, dalam melakukan verifikasi sumber bukti, setidaknya dibutuhkan dua teknik sebagai berikut:

Baca Juga  Ketika Al-Baqillani Mempecundangi Raja Romawi

1. Keaslian Sumber

Hal pertama yang dilakukan setelah mengumpulkan sumber bukti adalah mengecek keaslian sumber bukti tersebut berdasarkan tampilannya, agar kita dapat mengetahui sumber bukti tersebut asli atau salinan.

Contohnya dalam memverifikasi sumber bukti berupa dokumen, maka kita harus dapat melihat setiap detail bagian dari dokumen tersebut. Seperti bahannya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, dan bahkan setiap huruf yang tertulis harus diperhatikan secara seksama.

Jika kita sudah mengamati secara detail dari bukti yang dimiliki, maka pertanyakan kembali bukti tersebut dengan lima pertanyaan pokok. Seperti: kapan bukti itu dibuat? Di mana bukti itu di buat? Siapa yang membuatnya? dan Dari bahan apa ia dibuat?

2. Kesahihan Sumber

Selanjutnya kita harus mempertanyakan kembali asal-usul sumber bukti tersebut dan nilai sejarah apa saja yang dibawa oleh sumber bukti tersebut. Akan jadi lebih baik jika sumber bukti tersebut memiliki saksi langsung yang mengetahui secara pasti dan dapat memberikan keterangan secara cermat dan jujur terhadap sumber bukti tersebut atau setidaknya ada saksi tidak langsung yang mendapatkan keterangan dari saksi langsung.

Perlu diketahui ketidaksahihan sumber bukti bisa disebabkan berbagai faktor. Di antaranya bisa disebabkan saksi yang tidak bisa memberikan keterangan dengan cermat dan jujur dan bisa jadi kesalahan terjadi pada isi dari sumber bukti tersebut (Garraghan, A. Guide to Historical Methode, 1957: 232).

Ketiga, Metode Interpretasi (Penafsiran Sejarah)

Interpretasi atau biasa disebut dengan penafsiran. Dalam melakukan penafsiran, diperlukan analisis sejarah agar kita dapat mengetahui sejumlah fakta yang ada berdasarkan sumber bukti sejarah yang dimiliki, kemudian kita interpretasi secara menyeluruh.

Dalam proses interpretasi, seorang sejarawan harus mampu menganalisis faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi (Dudung, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, 2011: 111).

Baca Juga  Bagaimana Seharusnya Kita Menyikapi Kisah Israiliyat?

Bahkan, tidak jarang para sejarawan dipaksa untuk menduga-duga kronologi peristiwa tersebut terjadi berdasarkan sumber bukti yang sudah dikumpulkan. Akibatnya, bisa saja hasil dugaan tersebut tidak sesuai dengan fakta sejarah yang sebenarnya.

Hal ini bisa dimengerti karena dalam ilmu sejarah yang termasuk dalam ilmu humaniora menganggap setiap orang memiliki pemahaman dan perspektif tersendiri dalam menafsirkan sejarah.

Keempat, Metode Historiografi (Penulisan Sejarah)

Historiografi atau dikenal penulisan sejarah biasa digunakan oleh sejarawan sebagai media untuk mengkomunikasikan dan mempublikasikan hasil penelitian mereka baik berupa lisan maupun tulisan tentang sejarah yang telah mereka ungkap.

Dalam penulisan sejarah, tidak hanya melulu berisi tentang serangkaian fakta sejarah saja, melainkan juga berisi dengan tafsiran dari si penulis sejarah hingga membentuk sebuah cerita sejarah (Heryati, Pengantar Ilmu Sejarah, 2017: 70).

Maka dari itu, dalam penulisan sejarah, para sejarawan dituntut untuk dapat memberikan gambaran proses penelitian mereka dari awal (fase perencanaan) hingga akhir (penarikan kesimpulan). Sebelum melakukan penulisan sejarah hendaknya para sejarawan memiliki kualifikasi sebagai berikut:

  • Penulis tersebut harus memiliki kemampuan untuk mengungkapkan hasil penelitian mereka dengan bahasa yang baik dan benar.
  • Penulis harus mampu menceritakan bagaimana kronologi peristiwa tersebut dapat terjadi menjadi secara runtut dan menjadi satu kesatuan utuh dalam cerita. 
  • Penulis dapat menjelaskan berbagai sumber bukti yang telah ia temukan dan menjadikan sebagai pedoman dalam menuliskan sejarah.
  • Penulis dalam menulis sejarah diharapkan mampu untuk memberikan argumen atau alasan dalam setiap peristiwa yang terjadi berdasarkan semua bukti yang telah ia kumpulkan (Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah, 1986: 171-177).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara penulisan sejarah dengan penulisan ilmiah lain adalah terletak pada aspek penekanan kronologi ceritanya yang disusun secara sistematis. Maka, dari itu dalam pemaparan alur cerita harus runtut berdasarkan bukti-bukti yang telah dikumpulkan sebelumnya.

Baca Juga  Pada Zaman Nabi Ada Penyakit yang Lebih Berbahaya dari Virus Corona, Korbannya Mencapai 30 Ribu Jiwa

Editor: Yahya FR

Avatar
2 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds