Tarikh

Kekejaman Abu Abbas As-Saffah yang Hilang dari Sejarah

3 Mins read

Siapa yang tidak mengenal Abu Abbas As-Saffah pendiri sekaligus khalifah pertama Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah tidak perlu diperkenalkan lagi, siapa yang tidak mengetahui sejarah mengenai Islam dimana pada masa Dinasti Abbasiyah Islam mengalami puncak kejayaannya. Seluruh bidang mengalami puncak kejayaan mulai dari seni, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesehatan, politik dan lainnya.

Dinasti Abbasiyah berkuasa selama kurang lebih lima abad, maka dari itulah terjadi beberapa pergantian periode. Abu Abbas As-Saffah menjadi khalifah pertama Dinasti Abbasiyah pada periode pertama.

Abu Abbas dengan julukannya “As-Saffah” dan “Si Jagal”

As-Saffah di atas mimbar berikrar: “Allah telah mengembalikan hak kami (untuk memimpin), dan Ia akan menutup kepemimpinan ini dengan kami sebagaimana ia bermula. Waspadalah, karena saya adalah jagal yang siap menghalalkan darah siapa saja (al-saffah al-mubih) dan pembalas dendam yang siap membinasakan siapapun juga (al-tsa’ir al-mubir)!”.

Abu Abbas As-Saffah menyebut dirinya sebagai “si jagal”, julukan tersebut sangat layak baginya, mengapa? Mari kita bahas kekejaman dari Abu Abbas As-Saffah.

Tidak ada orang yang mampu menandingi kekejaman dari Abu Abbas As-Saffah, bahkan para khalifah setelahnya. Kekejaman Abu Abbas As-Saffah dibuktikan dalam buku “Kebenaran yang Hilang” yang ditulis oleh Farag Fouda yakni titahnya untuk mencari para kuburan dan memburu apa yang tersisa dari jenazah para pemimpin Dinasti Umayyah, melecut, menyalip, membakar, dan menabur abunya ke udara.

Bahkan sebelum Dinasti Abbasiyah berdiri, pada saat terjadi pergolakan senjata antara Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Umayyah, Abu Abbas melakukan serangan dengan membunuh seluruh keluarga Khalifah yang pada masa tersebut sedang menjabat yakni Khalifah Marwan II bin Muhammad. Pembunuhan dahsyat yang ia lakukan menjadikan Abu Abbas mendapat julukan “As-Saffah” atau “Pengalir Darah”.

Baca Juga  Tiga Alasan Farag Fouda Menolak Khilafah dan Formalisasi Syariat

Kekejaman As-Saffah yang Jarang Diketahui Orang

Sesuai titahnya pada dekrit pertama yang ia ungkapkan, ia benar-benar mencari seluruh makam para Khalifah Dinasti Umayyah dan berhasil menemukan beberapa.

Ibnu Atsir mengungkapkan: “Kuburan Muawiyah bin Abi Sufyan dibongkar, tetapi usaha mereka sia-sia karena tidak ditemukan apa-apa. Lalu kuburan Yazid bin Muawiyah bin Abi Sufyan dibongkar juga. Mereka menemukan sepotong tulang yang sudah berubah mirip arang. Lalu dibongkarlah kuburan Abdul Malik bin Marwan dan mereka hanya menemukan tengkoraknya.

Dari satu kuburan ke kuburan lain, mereka tidak menemukan banyak hal kecuali potongan-potongan tubuh. Terkecuali jenazah Hisyam bin Abdul Malik; mayatnya ditemukan hampir utuh, kecuali ujung hidungnya yang somplak. Mayat itu lalu didera, disalib, dibakar, lalu hilang ditelan angin.

As-Saffah juga melakukan pengejaran terhadap seluruh sanak keluarga dan pendukung Bani Umayyah. Ia menghabisi mereka semua, kecuali anak-anak yang masih menyusu dan mereka yang telah melarikan diri ke Andalusia.”

Al-Mas’udi pun mengungkapkan kisahnya secara lebih terperinci di bawah ini:

“Haitsam bin Uday at-Tha’i meriwayatkan kisah dari Amru bin Hani. ‘Kami pergi mencari kuburan pemuka Umayyah pada masa Abu Abbas As-Saffah. Hanya mayat Hisyam yang kami temukan masih utuh, kecuali bagian hidungnya. Abdullah bin Ali mengeluarkannya, melecutnya 80 kali, lalu membakarnya. Jenazah Sulaiman kami keluarkan dari kuburan Dabiq. Yang tersisa memang hanya tulang belakang, tulang rusuk, dan tengkoraknya. Tapi kami membakarnya.

Kami masih melakukan hal yang serupa terhadap setiap keluarga Bani Umayyah, terutama di komplek perkuburan Qinasrin. Petualangan kami berakhir di Damaskus. Di sana kami menemukan kuburan Al-Walid bin Abdul Malik. Tapi kami tak menemukan apa-apa secuil apapun.

Kami juga menggali kuburan Abdul Malik, tapi tidak menemukan hal lain, kecuali sebagian tengkorak kepalanya. Lalu kami lanjutkan dengan penggalian kuburan Yazid bin Muawiyah, tapi kami hanya menemukan sepotong tulang. Di sepanjang liang lahatnya kami menemukan garis hitam seperti ditorehkan arang. Kami masih memburu jenazah-jenazah keluarga Bani Umayyah di seantero negeri dan membakar apa yang terjumpa dari jenazah mereka.”

Bagaimana Seharusnya Muslim Bersikap?

Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh menyimpulkan semua kisah di atas secara mentah-mentah. Namun justru cerita mengenai kekejaman Abu Abbas As-Saffah seperti yang dipaparkan di atas perlu kita renungkan setiap kejadian-kejadiannya dan perlu kita nalar untuk mencari justifikasinya.

Baca Juga  Tradisi Kompolan: Religiusitas, Sosial, atau Ekonomi?

Mungkin sebagian atau bahkan banyak dari kita justru akan jijik membaca seluruh peristiwa sadis di atas. Apalagi itu dilakukan oleh seorang khalifah Islam. Tapi itulah kenyataan sejarahnya, pembunuhan terhadap para pembesar, perebutan kekuasan, membunuh sanak keluarga memang sudah lazim terjadi dari zaman dahulu. Namun bagi saya, memburu kuburan, melecut jenazah 80 kali, menyalib, bahkan membakarnya merupakan tindakan yang sangat berlebihan.

Dalam buku “Kebenaran Yang Hilang” yang ditulis oleh Farag Fouda juga dijelaskan bahwa, sebagian orang justru menafsirkan peristiwa kekejaman di atas sebagai tanda kebesaran Tuhan. Sebab, satu-satunya jenazah yang ditemukan hampir utuh, lalu disiksa, disalib, dibakar, dan abunya ditabur ke udara, tiada lain adalah jenazah Hisyam bin Abdul Malik. Bahkan untuk kasus ini, sebagian orang justru menafsirkannya sebagai cara Tuhan membalas dendam terhadap Hisyam.

Kita sebagai seorang muslim, mempunyai hak untuk membaca, memahami, dan menilai peristiwa di atas, namun tak seharusnya kita menjelekkan dan mengolok apa yang sudah terjadi di masa lalu. Sebab bagaimanapun juga sejarah memanglah sangat sadis.

Dari sejarah kita dapat belajar mengenai kehidupan dan membuka mata bahwa kenikmatan kita saat ini tak lepas dari sejarah yang begitu gelap. Wallahu a’lam bisshawab.

Editor: Soleh

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *