Jumat pagi khabaran duka
Buya berpergian meninggalkan kita
Terasa berat padanya dada
Alfateha tersambut tangis bermata
Inilah Buya Ahmad Syafii Maarif
Cetus ilmunya serata arif
Semangat merangkul beremansipatif
Ajakan kembali maslahat kolektif
Inilah tokoh guru bangsa
Berani berdepan yang gila kuasa
Berani menepis yang mengguna agama
Karena keadilan mesti beraja
Demi keadilan berani berdiri
Berpihakkan itu tuntutan Ilahi
Agar tak ada yang mudah diinjaki
Yang teraniya jangan lagi dizalimi
Jemaah Muhammadiyah Buya berkhidmat
Kepimpinan diberikan membangun semangat
Agama berbakti berlapis sejagat
Itulah sebenar anugrah Rahmat
Hal Negara Buya peduli
Segala yang rancu ia teguri
Segala yang rosak diseru baiki
Dengan hemah ia terus menasihati
Inilah Buya yang kita kenal
Ideanya selalu tegap dan kental
Hujahnya jelas tidak dipintal
Hemahnya sering dijadikan bekal
Juga Buya merendah diri
Tua muda sama disapai
Kaya dan biasa sama disantuni
Itulah sifat paling disegani
Inilah ilmuan berderet tulisan
Khutbah, kajian, esai sorotan
Pernah belajar di bawah Fazlur Rahman
Ilmu dibangun demi kemanusiaan
Sezaman Gus Dur dan Cak Nur
Kita rindukan kepimpinan luhur
Yang meniup pembaharuan subur
Buyalah sama pemikiran sejalur
“Tuhan Menyapa Kita”
Bacalah tekun suara Buya
“Yang lumpuh akal sehat anak bangsa”
“Yang lumpuh adalah hati nurani kita semua”
Begitulah Buya punya kesimpulan
Bukan cemuhan bukan tudingan
Tapi diperingat itulah tantangan
Agar kita siap berdepan
“Membumi Islam” itulah harapan
Ajaran Alquran menuntut kemanusiaan
Bangunkan demokrasi untuk kesejahteraan
Agama dan intelektualisme sama tegapkan
Kalau hidup sebagai cendekiawan
Padanya tugas satu kesaksian
Itulah Buya punya pendirian
“Agar bangsa yang sedang mati suri segera siuman”
Sahabat taulan ayuhlah jadi ingatan
Setiap kita Buya pernah bercakapan
Peganglah semangat Buya bagai oboran
Yang bisa menerangi kala kegelapan
***
Buya yang pergi kami berduka
Riwayat hidupnya indah bermakna
Dari Sumpur Kudus ke Tanah Jawa
Ilmu dibangun dibaginya pun rata
Inilah guru pancuran harapan
Mendidik bangsa tanpa keluhan
Majmuk dan adil jadi pegangan
Kehilangnya sang guru kami kedukaan
Hijau keteduh pohon beringin
Banyak hidupan himpun terkumpul
Buya laksana tokoh muazin
Seru dan suara tiada bertumpul
Banyak hidupan himpun terkumpul
Makkah Darat disebut-sebut
Kalau ilmuan berani merangkul
Itulah Rahmat yang tak akan luput
Makkah Darat disebut-sebut
Tempat asal Guru nan Bangsa
Dari Buya kami menyambut
Kedepan terus beragama dimakna
Tempat asal Guru nan Bangsa
Itulah ilmu hikmah nan arif
Pada Buya tabik kami semua
Pada Tuhan, peliharakan Buya Ahmad Syafii Maarif.
Teriring Alfateha salam takziah
Pada Guru kami disematkan akhir madah.
Yang menyayangi Buya,
Azhar Ibrahim Alwee
Jumat 27 Mei 2022
Singapura
Editor: Yahya FR