Inspiring

Badiuzzaman Said Nursi (3): Perang Dunia, Masa Pengasingan, & Risalah Nur

3 Mins read

Lima tahun berdakwah dan menulis, pecah Perang Dunia (PD) I. Awalnya, Badiuzzaman Said Nursi begitu getol menolak terlibatnya Utsmani ke dalam PD I. Ia tidak ingin masyarakat di seluruh wilayah Utsmani terlibat dengan perang. Menurutnya, Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian.

Namun, pada akhirnya sultan tetap memutuskan untuk terlibat PD I. Sultan mengumumkan bahwa masyarakat Turki harus bergabung dengan apa yang ia sebut sebagai jihad fisabilillah. Tak lama kemudian, Said Nursi melihat sendiri bagaimana tentara Rusia mulai menyerang wilayah-wilayah Utsmani.

Dengan pertimbangan itu, Badiuzzaman Said Nursi memutuskan untuk angkat senjata. Ia bergabung dengan militer Utsmani. Said Nursi diberi jabatan mufti di militer. Meski diangkat sebagai mufti, ia tetap mengangkat senjata dan berada di garis terdepan melawan Rusia.

Pada sekitar tahun 1915, Rusia bersekutu dengan Armenia yang saat itu berada di bawah kekuasaan Utsmani. Armenia memberontak. Mereka menyerang dari dalam. Mendengar hal itu, Said Nursi yang berada di garis depan langsung mundur. Ia kembali ke Van untuk mengamankan wilayah itu dari keganasan tentara Armenia.

Saat itu, militer Utsmani sedang dalam posisi yang sangat lemah. Untuk menghadang Armenia dari dalam sekaligus Rusia dari luar, Badiuzzaman Said Nursi harus berperang secara gerilya. Ketika pasukan Utsmani semakin berkurang, Said Nursi memimpin satu detasemen kecil yang terdiri dari 25 orang. Detasemen kecil itu bertarung habis-habisan hingga di Kota Bitlis.

Di Bitlis terjadi pertempuran jarak dekat. Detasemen Said Nursi tinggal menyisakan empat orang. Empat pasukan itu, termasuk Said Nursi, akhirnya ditangkap oleh Rusia.

Pada akhir April 1916, Said Nursi ditahan di Kosturma, Rusia.

Di kamp itu, Said Nursi diperlakukan dengan mulia. Banyak pengikut dan muridnya yang telah lebih dahulu berada di Kosturma. Begitu sampai di Kosturma, Said Nursi langsung menggelar pengajian. Ia meminta kepada penjaga kamp agar mengizinkan tawanan untuk beribadah. Ia juga bebas menggelar pengajian.

Baca Juga  Refleksi Tahun 2021: Menyoroti Fenomena Kebebasan Beragama dan Toleransi

Kondisi itu bertahan hingga akhir tahun 1917. Ketika Rusia dilanda Revolusi Bolshevik. Revolusi Bolshevik masuk ke wilayah Kosturma. Tentara yang setia dengan Tsar bentrok dengan tentara pengikut Bolshevik.

Kondisi yang kacau di kamp itu dimanfaatkan oleh Said Nursi dan tawanan lainnya untuk melarikan diri. Said Nursi kemudian berjalan di tengah musim dingin Rusia yang begitu menggigit. Ia tidak memiliki bekal apapun kecuali yang menempel di badan.

Ia terus berjalan kaki hingga ke Leningrad (sekarang menjadi St. Petersburg), Warsawa Polandia, Vienna, hingga ke Istanbul. Sesampainya di Istanbul, ia disambut oleh masyarakat layaknya pahlawan besar. Sultan, para menteri, para ulama, pelajar madrasah dan masyarakat menyambutnya dengan gegap gempita.

Setelah PD I selesai, Said Nursi tetap berjuang mengusir Inggris dari Turki. Di masa itu, kelompok 7ulama dan umat Islam berjuang bersama dengan tentara yang sekular. Militer dikuasai oleh Mustafa Kemal. Namun, mereka memiliki musuh yang sama, yaitu Inggris.

Setelah Inggris hengkang, Said Nursi sering menasehati Mustafa Kemal dan rekan-rekannya di militer agar membangun negara sesuai dengan nilai-nilai Islam. Saat itu, kekhalifahan telah begitu lemah. Turki dikuasai oleh militer dan CUP yang dekat dengan Yahudi.

Setelah Utsmani runtuh, Turki dipimpin oleh Mustafa Kemal Attaturk. Sejak saat itu, gelombang sekularisasi semakin gencar. Bahasa Arab dilarang. Pakaian Arab dilarang. Alquran dicetak dengan Bahasa Turki. Adzan diganti dengan Bahasa Turki. Ateisme diajarkan di sekolah. Sebaliknya, pelajaran Agama Islam dihapus. Dan masih banyak lagi.

Sementara, karena ada salah satu ulama di Turki yang memberontak, maka seluruh ulama dipersekusi. Termasuk Said Nursi. Said Nursi dituduh memberontak. Ia dibuang ke Barla pada tahun 1925.

Baca Juga  Wael B Hallaq, Profesor Hukum Islam Asal Palestina

Barla adalah sebuah tempat terpencil yang sangat sulit dijangkau dari dunia luar. Desa itu hanya dihuni beberapa gelintir penduduk yang tinggal di rumah-rumah rendah. Barla terisolir dari dunia luar tanpa penerangan listrik, dan jauh dari sumber informasi.

Namun, Risalah Nur, salah satu warisan terbaik Said Nursi, justru lahir dari tempat itu. Said Nursi melawan arus sekularisasi Attaturk melalui tulisan tangan. Salah satu murid Said Nursi menuliskan apa yang didiktekan oleh Said Nursi. Tulisan itu kemudian disalin oleh murid-muridnya di Barla. Setelah dari Barla, naskah-naskah itu diteruskan ke kota-kota lain di seluruh Turki.

Jumlah murid Said Nursi yang turut menyalin Risalah Nur semakin lama semakin banyak. Risalah Nur terus disebarkan secara diam-diam. Rezim Attaturk tak berkuasa membendung pengaruhnya.

Lama-kelamaan, salinan Risalah Nur itu sampai ke Ankara. Saat itu, ibukota Turki telah pindah dari Istanbul ke Ankara. Melihat perlawanan terhadap proyek sekularisasi, Said Nursi dipindahkan. Ia terus dipindahkan dari satu kota ke kota yang lain. Dari satu penjara ke penjara yang lain.

Di periode ini, Said Nursi dipenjara selama 25 tahun. Sepanjang periode itu pula, ia terus mendiktekan teks-teks Risalah Nur yang menerangi ribuan masyarakat Turki melawan sekularisasi. Ketika Ankara menyebarkan paham bahwa tidak ada hari kiamat, Said Nursi menulis Risalah Nur tentang iman terhadap hari kiamat. Ketika Ankara menyebarkan paham ateis, Said Nursi menulis tentang iman kepada Allah. Dan seterusnya.

Badiuzzaman Said Nursi wafat pada 23 Maret 1960 di Kota Urfa. Saat itu, jumlah Thullabun Nur (murid-murid Risalah Nur) telah mencapai ribuan. Hingga kini, pemikiran Said Nursi masih terus dibahas dan dikaji, terutama oleh masyarakat Turki. Salah satu pengikut Said Nursi terbesar saat ini adalah Fethullah Gulen. Lawan politik Erdogan yang memiliki gerakan hizmet.

Baca Juga  Sebenarnya, Siapakah Musuh Islam itu?

Sebelumnya:

Badiuzzaman Said Nursi (1): Latar Belakang Anak Ajaib dari Turki

Badiuzzaman Said Nursi (2): Perjalanan Dakwah & Persentuhan dengan Turki Utsmani

Avatar
114 posts

About author
Mahasiswa Dual Degree Universitas Islam Internasional Indonesia - University of Edinburgh
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds