Inspiring

Badiuzzaman Said Nursi (2): Perjalanan Dakwah & Persentuhan dengan Turki Utsmani

4 Mins read

Sejak saat itu, Badiuzzaman Said Nursi mulai aktif berdakwah di beberapa tempat. Mula-mula, ia datang ke Cizre untuk mendakwahi salah satu kepala suku di sana. Ia berangkat karena mendapatkan sebuah mimpi. Said Nursi bermimpi bertemu dengan Syeikh Abdul Qodir Jailani.

Di mimpi itu, Syeikh Abdul Qodir berpesan pada Said Nursi agar mendakwahi kepala suku Miran di Cizre bernama Mustafa Pasya. Mimpi itu berulang hingga tiga kali.

Ketika di Cizre, Said Nursi berhadapan dengan Mustafa Pasya. Pasya adalah pemimpin suku yang suka minum arak dan tidak pernah salat. Namun, berkat keuletan dakwah Said Nursi, Pasya mau meninggalkan arak dan mendirikan salat. Hanya saja, ibadahnya adalah karena Said Nursi. Dalam hatinya, Pasya terus berusaha untuk menyingkirkan pengaruh Said Nursi di Cizre.

Said Nursi tinggal selama beberapa bulan di Cizre. Ia berdakwah sambil terus mengamati perilaku Pasya. Belakangan, Pasya semakin keras memusuhi Said Nursi. Ia bahkan beberapa kali mencoba membunuh Said Nursi. Akhirnya, atas nasihat dari banyak orang, Said Nursi merasa lebih baik meninggalkan Cizre.

Setelah dari Cizre, Said Nursi bertolak ke Mardin. Kemasyhurannya, termasuk kiprahnya di Cizre, telah sampai lebih dulu di Mardin. Maka, kedatangannya disambut dengan gegap gempita oleh masyarakat. Ia mengajar dan berdakwah di sebuah masjid.

Di periode ini, Said Nursi mulai mempelajari isu-isu sosial dan politik. Ia banyak bertukar pendapat dengan banyak orang. Salah satunya adalah murid dari Jamaluddin Al-Afghani. Said Nursi mulai menaruh perhatian yang lebih terhadap kondisi masyarakat Turki.

Tema pengajian-pengajian yang ia sampaikan juga mulai meluas. Ia banyak memberi pesan tentang pentingnya persatuan umat dan pentingnya membangun konstitusi yang baik dan kebebasan berpendapat.

Seruan Said Nursi tentang kebebasan berpendapat itu rupanya membaut geram pemerintah Mardin. Said Nursi diusir oleh pemerintah. Ia kemudian bertolak ke Bitlis. Ketika sampai di Bitlis, ia justru dijamu oleh Gubernur Bitlis, Omer Pasya. Hal itu lantaran Omer Pasya mengetahui keagungan akhlak Said Nursi dari dua pengawal yang mengantar Said Nursi dari Mardin ke Bitlis.

Baca Juga  Agus Edy Santosa (1): Bermula dan Berakhir di Muhammadiyah

Said Nursi tinggal selama dua tahun di rumah Geburnur Bitlis. Sebelum kedatangannya, tidak banyak ulama yang ada di Bitlis. Setelah kedatangan Said Nursi, banyak ulama yang datang untuk membantu Said Nursi mengajar atau ikut belajar dengan Said Nursi. Melihat hal itu, Gubernur Van, Hasan Pasya, membujuk Said Nursi agar berkenan untuk pindah ke Van.

Di Van, Said Nursi banyak berdiskusi dengan intelektual yang berlatar belakang ilmu-ilmu selain ilmu agama. Said Nursi tidak terlalu dapat mengikuti diskusi karena yang ia pelajari selama ini adalah ilmu agama.

Melihat hal itu, ia kemudian melumat buku-buku sejarah, geografi, matematika, kimia, fisika, geologi, astronomi, filsafat, dan lain-lain. Tak butuh waktu lama, Said Nursi mulai dikenal dengan kecerdasan di bidang sains, selain tentu agama.

Ia juga mendirikan madrasah berkat bantuan dari Gubernur Van. Ketika siang, ia mengajar ilmu umum di madrasah. Sementara di malam hari, ia mengajar agama di masjid.

Tak hanya di Van, ia juga mendirikan madrasah di Bitlis, Sirt, dan beberapa kawasan lain di Anatolia Timur. Setelah madrasah, ia kemudian ingin mendirikan universitas. Nilai yang dibawa oleh Said Nursi dalam pendirian madrasah dan universitas adalah penyatuan kurikulum ilmu sains dan ilmu agama. Padahal, saat itu, menjelang keruntuhannya, Turki Utsmani tengah gencar melakukan sekularisasi pendidikan ala Eropa.

Maka, usaha Said Nursi membentur tembok raksasa istana khalifah.

Izin pendirian universitas hanya diberikan oleh sultan. Bukan gubernur daerah. Padahal, Said Nursi adalah ulama dari pedalaman Anatolia. Namun, demi memajukan umat Islam, ia rela datang ke Istanbul untuk menghadap sultan. Sekalipun ia sangat paham bahwa bertemu dengan sultan sama sekali bukan hal yang mudah.

Baca Juga  Bagaimana Islam Mengatur Hubungan Muslim dan Non-Muslim?

Said Nursi tinggal beberapa bulan di Istanbul. Ia terus menemui beberapa pejabat dekat istana agar bisa membantunya bertemu dengan sultan. Karena usaha kerasnya, ia sempat diberi iming-iming uang dan harta yang banyak asalkan mau kembali pulang ke Anatolia Timur. Kedatangan Said Nursi jelas mengganggu proyek sekularisasi yang tengah dilaksanakan dengan begitu masif oleh pejabat-pejabat tinggi Utsmani.

Melalui salah satu temannya dari Al-Azhar, ia menitipkan surat untuk sultan. Namun, berbulan-bulan lamanya surat itu tidak berbalas. Said kemudian memutuskan untuk menulis opini di koran. Tulisannya membuat heboh Utsmani. Membuat geram pejabat Utsmani.

Ia kemudian diseret ke meja hijau. Namun, karena jelas tidak bersalah, dan tidak ada pasal yang dapat digunakan untuk menyeretnya ke penjara, pejabat Utsmani membuat siasat agar Said Nursi dianggap gila.

Tak dapat diseret ke penjara, ia diseret ke rumah sakit jiwa. Namun, dokter yang menanganinya di rumah sakit tahu. Bahwa Said Nursi bukan orang gila.

“Jika Said Nursi dianggap gila, maka di seluruh negeri ini tidak ada orang yang sehat akalnya,” tulis dokter. Tulisan itu sampai ke istana. Sultan meminta Said Nursi dikeluarkan dari rumah sakit.

Setelah bebas, kondisi Turki Utsmani semakin carut marut. Kekuasaan Sultan Abdul Hamid II telah berada di ujung tanduk. Saat itu, Comitte of Union and Progress (CUP) menjadi pelopor gerakan sekularisasi Turki.

Badiuzzaman Said Nursi kemudian bergabung dengan gerakan Ittihad-i Muhammedi. Sebuah gerakan yang berusaha untuk menjaga nilai-nilai keislaman di kekuasaan Utsmani. Keadaan semakin kacau ketika banyak aktivis Ittihad-i Muhammedi dan militer yang disingkirkan oleh CUP melakukan kudeta. Mereka menangkap tokoh-tokoh militer yang dekat dengan CUP.

Baca Juga  Hassan Hanafi dan Gagasan Teologi Universal

Said Nursi geram. Menurutnya, penerapan ajaran Islam harus dilakukan dengan cara yang baik. Kebaikan harus diraih dengan kebaikan pula. Bukan dengan kudeta.

“Kita semua harus memperlihatkan Islam dalam bentuk yang mulia, indah, dan disenangi,” tulis Said Nursi di sebuah surat kabar.

Tak lama kemudian, CUP berbalik menyerang. Dibantu oleh Kesatuan Militer Selonika. Yang kepala stafnya adalah Mustafa Kemal. Mustafa Kemal kelak menjadi Presiden Turki pertama pasca runtuhnya Utsmani.

Saat kemelut itu terus berlangsung, Said Nursi telah berada di Izmit, Marmara. Ia merasa bahwa nasihat-nasihatnya tak lagi didengarkan. Kerusuhan tak kunjung reda. Ia memutuskan untuk menepi.

Sayangnya, dasar politik, semua tokoh agama yang pernah terlibat Ittihad-i Muhammedi dianggap ikut melakukan kudeta. Sehingga, Said Nursi juga dicari oleh CUP.

Pada 1 Mei 1909, CUP menangkap Badiuzzaman Said Nursi. Ia dibawa kembali ke Istanbul. Ia dipenjara di penjara militer Bekir Aga Bolugu. Di penjara itu berkumpul tentara, periwa tinggi, pegawai negeri, pejabat pengadilan, penulis, dan kelompok lain yang belum tentu terlibat kerusuhan.

Ia dibebaskan pada 23 Mei di tahun yang sama setelah berdebat dengan pengadilan. Pengadilan saat itu dilakukan secara serampangan dan berhasil menggantung banyak orang.

Setelah bebas, Badiuzzaman Said Nursi kembali berdakwah di kawasan Anatolia Timur. Saat itu ia juga menulis dan membukukan tanya jawab yang ia lakukan dengan jamaahnya.

Sebelumnya:

Badiuzzaman Said Nursi (1): Latar Belakang Anak Ajaib dari Turki

Selanjutnya:

Badiuzzaman Said Nursi (3): Perang Dunia, Masa Pengasingan, & Risalah Nur

Avatar
108 posts

About author
Mahasiswa Dual Degree Universitas Islam Internasional Indonesia - University of Edinburgh
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *