Tajdida

Salafisme dan Liberalisme di Muhammadiyah

3 Mins read

Oleh: Hendriyan Rayhan*

Beberapa waktu terakhir saya melihat tulisan-tulisan yang main idea-nya memosisikan titik pisah antara Muhammadiyah dan Salafi. Sebagai produk dunia maya, tulisan-tulisan tersebut mendapat beragam tanggapan dari netizen. Menjadi menarik untuk membahas salafisme dan liberalisme di Muhammadiyah.

Di antara tanggapannya ialah menyebutkan sebuah model berpikir lain, Liberal. Mengapa begitu khawatir dengan salafi, sementara santai saja dengan liberal? Begitu kira-kira sebuah komentar yang saya baca di media sosial.

Salafisme dan Liberalisme di Muhammadiyah

Sebenarnya sudah jelas bahwa Muhammadiyah itu bukan salafi dan Muhammadiyah juga bukan liberal. Hanya saja di antara kader Muhammadiyah memiliki titik tolak kekhawatiran yang beragam.

Ada yang lebih khawatir terhadap salafi, sementara di sisi lain kecondongan khawatirnya lebih kepada liberal. Masing-masing memiliki latar belakang pengalaman tersendiri.

Di zaman kecanggihan informasi ini sebenarnya masih banyak juga orang-orang di luar Persyarikatan yang menduga-duga, untuk tidak mengatakan menuduh, terhadap ideologi Muhammadiyah.

Kalangan ekstrim ke kanan menyebut bahwa Muhammadiyah itu liberal. Dilihat dari berbagai inovasi dan persentuhan Muhammadiyah dengan pengetahuan modern. Namun ternyata di kalangan ekstrem ke kiri Muhammadiyah justru dianggap Salafi. Karena dalam beberapa hal terkesan anti dengan “amalan-amalan bid’ah”.

Hal ini karena posisi Muhammadiyah yang memang bersikap tengahan, karena khair al-umur awsatuha (sebaik-baik urusan ialah yang bersifat tengahan). Dr. Haedar Nashir (2016: 48) dalam Memahami Ideologi Muhammadiyah menulis, “Mungkin bagi yang terbiasa di kanan atau di kiri, posisi di tengah itu dinilai tidak jelas, padahal jelas yakni berposisi di tengah.”

Selain pandangan dari pihak eksternal, di kalangan anggota memang tidak bisa dimungkiri keberadaan mereka yang cenderung salafi atau cenderung liberal.

Baca Juga  Anti-Takhayyulisme Tinjauan Manhaj Tarjih

Corak Tajdid 

Sikap tengahan Muhammadiyah jelas terkonsep dengan baik dalam Manhaj Tarjih Muhammadiyah, secara khusus dalam Wawasan Tajdid. Tajdid (pembaruan) dalam pandangan Muhammadiyah memiliki dua arti: purifikasi dan dinamisasi.

Dalam bidang akidah dan ibadah, Tajdid bermakna pemurnian dalam arti mengembalikan akidah dan ibadah kepada kemurniannya sesuai dengan sunah Nabi Saw. Sementara dalam bidang muamalat duniawiyah, Tajdid berarti mendinamisasikan kehidupan masyarakat dengan semangat kreatif dan inovatif sesuai tuntutan zaman. Demikian dipaparkan Prof Syamsul Anwar (2018: 16) dalam buku Manhaj Tarjih Muhammadiyah.

Kerangka konseptual ini barangkali belum banyak dihayati dan dipraktikkan oleh anggota Persyarikatan. Wajar saja, ada yang memiliki penilaian tertentu tentang  Muhammadiyah. Karena penilaian itu didasarkan pada asumsi dari penglihatan terhadap praktik orang Muhammadiyah.

Penting untuk disadari bahwa corak pemikiran tidak dapat diseragamkan secara mutlak. Meskipun sudah ada konsep tengahan ala Muhammadiyah dengan pola purifikasi dan dinamisasi, tetapi faktor background knowledge setiap anggota akan melahirkan model interpretasi tersendiri.

Keragaman Pikiran di Muhammadiyah

Perlu diakui ada di antara mereka yang fokusnya cenderung pada purifikasi. Pembicaraannya tidak jauh-jauh dari soal pemberantasan Takhayul, Bid’ah dan Churafat (TBC). Model inilah barangkali yang dianggap sebagai Muhammadiyah agak-agak Salafi.

Di sisi lain ada juga yang kecenderungannya lebih kepada dinamisasi. Pembicaraannya mengarah pada tema humanisasi, multikulturalisme, toleransi, atau kontekstualisasi. Efeknya kader Muhammadiyah dalam model ini dianggap Liberal.

Memang tidak mudah mempraktekkan secara ideal untuk seimbang dalam purifikasi dan dinamisasi, meskipun produk Majelis Tarjih sudah menampilkan hal itu. Akan tetapi produk-produk itu pun bisa saja “dibaca” secara tidak seragam juga. Maka dari itu, keragaman adalah sesuatu yang tidak perlu ditakuti, selama masih dalam koridor dan tidak menyalahi ideologi yang telah disepakati.

Baca Juga  Muktamar Muhammadiyah ke-41 dan ke-48 di Solo: Apa Bedanya?

Muhammadiyah memandang bahwa Alquran dan Sunah adalah rujukan umat Islam, sehingga salah satu semangat Tarjih ialah tidak berafiliasi kepada mazhab tertentu. Gagasan ini berarti mendorong umat Islam menggunakan nalar mereka dalam memahami dan mengamalkan agama.

Secara logika berarti tumbuhnya beragam pendapat mesti didorong (Burhani, 2016:123). Ragam pendapat justru akan menjadi kekayaan intelektual bagi Muhammadiyah. Dengan catatan jangan disalahpahami bahwa hal tersebut berarti mengizinkan anggota Muhammadiyah “berselingkuh” dengan organisasi atau gerakan lain. Ragam pendapat itu tetap berada pada rel ideologi Muhammadiyah agar tidak kebablasan menjadi benar-benar salafi atau benar-benar liberal.

Mengapresiasi Perseteruan Sehat

Perseteruan salafi dan liberal di Muhammadiyah harus diapresiasi selama dilakukan dengan cara-cara santun, ilmiah, dan tetap menjaga kekuatan internal Persyarikatan. Energi yang dikeluarkan hendaknya berorientasi pada manfaat dan kekuatan organisasi.

Benalu memang perlu dibasmi, tetapi jangan sampai mengorbankan ukhuwwah (persaudaraan) dan tidak mengindahkan rasa tasammuh (toleransi). Spirit fastabiqul khairat harus terus dihidupkan demi mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Dalam waktu bersamaan hendaknya para kader terus mengkaji dan mendalami Ideologi Muhammadiyah. Hal ini, sebagaimana dikatakan Haedar Nashir, agar para kader mampu menguatkan komitmen, militansi, dan pengkhidmatan dalam berkiprah mewujudkan tujuan dan cita-cita Muhammadiyah.

*Penulis adalah Bidang Organisasi dan Perkaderan PC. Pemuda Muhammadiyah Setu-Bekasi

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds