Oleh: Ma’mun Murod Al-Barbasy*
Ketika saya masih kecil, tentu waktu itu saya belum mengenal lebih jauh, mendengar nama Hizbul Wathan, maka yang ada dalam benak saya adalah nama tim sepakbola Hizbul Wathan. Biasa dikenal di masyarakat dengan sebutan PSHW. Hingga saat ini memasuki babak selanjutnya, Liga HW bukti Muhammadiyah peduli sepak bola.
Saat itu yang terkenal adalah PSHW Tegal dan PSHW Pekalongan. Kalau kedua tim ini main di manapun, di setiap turnamen atau pertandingan persahabatan, penonton selalu penontonnya berjubel.
Penonton saat itu tentu tidak semua tahu bahwa nama Hizbul Wathan itu diambil dari nama salah satu Ortom Muhammadiyah, yaitu Ortom Kepanduan Hizbul Wathan (HW). Di antara nama Ortom yang memungkinkan digunakan untuk menjadi nama tim sepakbola memang hanya HW.
Siapa di Balik Pendirian PSHW?
Untuk diketahui, Ki Bagus Hadikusumo (bernama asli Raden Hidayat), Ketua PB (sekarang PP) Muhammadiyah 1942-1953 adalah sosok yang berada di balik pendirian PSHW. Pada mulanya, Ki Bagus bersama kawan-kawannya mendirikan klub bernama Kauman Voetbal Club (KVC) yang kemudian bermetamorfosis menjadi PSHW.
Penggunaan nama HW banyak dipengaruhi oleh situasi politik jelang kemerdekaan yang menuntut dikobarkannya semangat patriotisme. Untuk menumbuhkan semangat patriotisme, Ki Bagus merasa penting untuk mendirikan PSHW. Hizbul Wathan (Hizb al-Wathan) bisa diartikan secara sederhana sebagai Partai Tanah Air atau Pasukan (Pembela) Tanah Air.
Dengan memakai nama HW sebagai klub sepakbola, harapannya siapapun yang bermain sepakbola, pengurus, penonton, dan pihak lain yang terlibat dalam PSHW akan tumbuh semangat patriotismenya. Apalagi saat itu idiom-idiom Arab memang menjadi semacam penyemangat perjuangan. Terutama dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan–meski saat ini dengan ada gugatan terhadap menggunakan idiom-idiom Arab oleh kelompok tertentu. Sebut saja misalnya pasukan Hizbullah dan Sabilillah yang cukup heroik dan patriotik. Jadi penamaan dan penggunaan nama HW itu ada alasan yang berbau nasionalisme.
Kalau ditarik ke belakang, sebenarnya ada sosok tokoh Muhammadiyah lainnya yang bukan hanya peduli, tapi bahkan menjadi pendiri PSSI, yaitu Abdul Hamid BKN.
Abdul Hamid merupakan santri dari KH Ahmad Dahlan. Abdul Hamid mempunyai peran sangat penting dalam memajukan sepak bola di tanah air. Abdul Hamid bukan hanya menjadi pendiri PSSI, tapi juga salah satu pendiri dan sekaligus pemain PSHW.
Abdul Hamid juga salah seorang pendiri Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) dan menjadi ketuanya. Bersama Ir. Suratin (menjabat ketua), Abdul Hamid (wakil) mendirikan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Jadi sejarah PSSI sangat erat kaitannya dengan Muhammadiyah.
Dengan latar sejarah di atas, tak mengherankan kalau kampus-kampus Muhammadiyah peduli terhadap sepak bola. Sebut saja Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), dan beberapa kampus lain.
Liga HW Bukti Muhammadiyah Peduli Sepak Bola
Petinggi-petinggi UMY pernah menjadi pengurus PSIM Yogyakarta. Dasron Hamid (alm.) mantan Rektor UMY, pernah menjadi Ketua Umum PSIM, Ketua PSSI Yogyakarta, dan Ketua KONI Yogyakarta. Darah bola Dasron Hamid tampaknya mengalir dari ayahnya Abdul Hamid, yang pendiri PSHW, PSIM, dan PSSI. UMY juga mempunyai PSHW yang saat ini tercatat ikut Liga 3 Zona Yogyakarta.
Tahun 1990 Tim UMM pernah menjadi Juara I Nasional sepakbola nasional. Ketika saya masih kuliah di UMM, kalau tidak salah UMM pernah tercatat mensponsori Arema (atau Persema). UMM juga mempunyai lapangan sepakbola yang representatif. Beberapa kali menjadi tempat latihan timnas Indonesia maupun klub-klub profesional saat menjalani training center.
UMJ dua kali berturut-turut, tahun 2018 dan 2019, menjadi Juara I Liga Mahasiswa (LIMA) Nasional. UMJ juga mempunyai stadion sepakbola yang representatif yang dibangun dengan biaya 12 miliar. Stadion ini tercatat pernah digunakan untuk training center Bhayangkara FC, Kompetisi LIMA Regional Jakarta dan Babak Final LIMA 2019, Liga Tangerang Selatan, Liga Kompas U-14 2019.
Selanjutnya bakal digunakan untuk Babak Penyisian Liga HW 2019 Regional Jakarta, Lampung, Banten dan Jabar. UAD juga tak kalah peduli terhadap sepakbola. Tercatat PS UAD juga menjadi tim yang ikut berkompetisi di Liga 3 Zona Yogyakarta.
Liga HW sendiri menjadi bukti nyata selanjutnya bahwa Muhammadiyah peduli sepak bola. Tahun ini, Liga HW akan diikuti oleh 29 tim. Terbagi ke dalam empat wilayah, yaitu Wilayah I: Sumatera, Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, Wilayah II: Jawa Tengah, Wilayah III: Yogyakarta, dan Wilayah IV: Jawa Timur.
Hari ini (13/10/2019) Liga HW resmi dibuka. Juara dan Runner Up masing-masing wilayah akan masuk putaran final. Berlangsung di Solo tahun 2020 jelang pembukaan Muktamar Muhammadiyah 2020.
*) Pembina HWFC FISIP UMJ