Perspektif

Cinta Lebih Penting daripada Tahta

1 Mins read

“When we’re hungry, love will keep us alive” (Ketika kita lapar, cinta akan menghidupi kita). Itu adalah sepotong dari lirik lagu grup band Eagles yang berjudul Love Will Keep Us Alive.

Biasanya kita akan mencibir dan meneriakinya, “Makan tu Cintaaa!” Tapi, dalam hidup selalu ada orang-orang yang memilih cinta-romantis melebihi pangkat, tahta, kekayaan, kekuasaan, dan bahkan gabungan semua itu.

Kisah Raja Edward VIII dari Inggris adalah salah satu contohnya. Dia memilih meninggalkan tahta yang baru didudukinya selama 11 bulan untuk menikahi seorang perempuan janda dua kali, Wallis Simpson.

Ketika sang Ibu Suri melarangnya, dia menyatakan, “Aku tidak bisa duduk di tahta kerajaan tanpa Wallis di sampingku, Ibu.” Ketika situasi politik tidak memberinya pilihan lain, dia memilih meninggalkan kerajaan, menuju ke sebuah wilayah di Perancis bersama kekasihnya. Ia menikah dalam sebuah pernikahan sipil yang sangat sederhana. Dua sejoli ini menghidupi hari-harinya dengan cinta, hingga keduanya menghadap sang Maha Cinta.

Kebanyakan kita membuat logika yang menghadap-hadapkan antara cinta dan kehidupan. Yang pertama dianggap sebagai mimpi dan yang terakhir adalah realitas. Hingga, “love will keep us alive” dianggap hanyalah sebuah dongeng. Kalimat itu dianggap hanya cocok untuk judul lagu-lagu atau novel-novel roman picisan.

Padahal, bisakah kita membayangkan hidup tanpa cinta? Apa yang akan terjadi ketika kehidupan sudah kehilangan cinta? Manusia yang tidak menghidupi dirinya dan menjalani hari-harinya dengan cinta hanya akan menumbuhkan dengki di hatinya; menjalani hidupnya detik demi detik dengan kebencian.

Dia yang hatinya tak sanggup menikmati indahnya cinta dan bergetar karenanya adalah dia yang tak bisa memahami rahasia: “rahmat-Ku lebih luas dari marah-Ku”

Baca Juga  Peta Palestina dalam Pusaran Google dan Baidu

Editor: Yahya FR

Ahmad Zainul Hamdi
27 posts

About author
Pimpinan Umum Arrahim.id; Direktur Moderate Muslim Institute; Senior Advisor Jaringan GUSDURian Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI
Articles
Related posts
Perspektif

Etika di Persimpangan Jalan Kemanusiaan

1 Mins read
Manusia dalam menjalankan kehidupannya mengharuskan dirinya untuk berfikir dan memutuskan sesuatu. Lalu Keputusan itulah yang nanti akan mengantarkan diri manusia ke dalam…
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds