Perspektif

Syarah: Kerja-Kerja Ilmiah dalam Menjelaskan Matan

2 Mins read

Penyebutan ilmu pasti dihubungkan dengan teori. Sehingga, ilmu dapat dipandang sebagai rangkaian atau gabungan teori sesuai dengan disiplinnya dengan penegasan uji kebenarannya. Ilmu fikih misalnya, di dalamnya pasti memuat teori-teori tentang fikih. Ilmu nahwu berkaitan dengan semua teori tata bahasa Arab, begitupun ketika menyebutkan ilmu lainnya.

Dalam produk tulisan, ilmu diwujudkan dalam teks khususnya pada kitab, sebuah sebutan yang khas di pesantren atau kajian keislaman. Jalinan teks dan kalimat pada paparan ilmu dirujuk pertama kali melalui matan.

Seputar Matan

Istilah matan ini biasanya diarahkan pada teks utama kajian, biasanya singkat, padat, dan lugas. Tiga ciri ini, di luar matan hadis, melekat dalam historisitas teks di dunia ilmu keislaman. Satu disiplin bisa beragam matannya juga beragam penulisnya. Yang biasa muncul ke permukaan adalah kitab matan yang ditetapkan sebagai rujukan utama, padahal selain kitab tersebut masih banyak kitab yang lainnya.

Membaca matan perlu keterampilan khusus literasi bahasa Arab dan pemaknaan. Bagi yang langsung mempelajarinya dengan kyai, makna dapat langsung diperoleh melalui sorogan atau bandongan. Kyai membaca teks dan arti. Santri mencatatnya, yang sering disebut dengan logat.

Setiap kata diberi arti, yang terkadang menggunakan simbol-simbol tertentu. Berbeda dengan ketika menemui matan yang baru, keterampilan tersebut mutlak diperlukan. Struktur kalimat (nahwu), bentuk kata (sharaf), dan arti kata menjadi komponen pokoknya.

Syarah Sebagai Penjelas Matan

Terkadang, beberapa teks matan tidak dapat langsung dipahami oleh pembaca atau perlu penjelasan. Syarah dalam hal ini menjadi penjelas bagi matan. Penjelasannya disusun oleh ulama atau orang memahami makna teks matan.

Komponen ilmunya cukup kompleks, tidak hanya tiga komponen di atas. Komponen redaksi, latar belakang penulis, mainstream ilmu yang dikaji pada matan, juga manuskrip yang diterima oleh pensyarah.

Baca Juga  Seputar Kasus Muslim Uighur: Bagaimana Sikap Indonesia?

Jalinan matan dan syarah mencirikan koneksitas keilmuan yang solid. Syarah muncul merujuk pada matan. Matan dijelaskan oleh syarah. Dalam bahasa filsafat, jalinan ini menunjukkan fungsi eksplanasi atau fungsi penjelasan.

Fungsi ini menyajikan rangkaian pentingnya penjelasan setiap unsur yang ada pada teks dan konten. Eksplanasi ini mengacu pada substansi aksiologis teks dan konten yang mesti dijelaskan. Setiap teks dan teori dalam kerangka eksplanasi ini menjadi fondasi awal dalam jaringan teori dan konsep keilmuan.

Koneksitas Matan dan Syarah

Dari sisi mana matan dan syarah memiliki koneksitas? Koneksitas biasa diartikan keterhubungan satu hal dengan hal atau beberapa hal lain. Kata ini sudah biasa disebut dalam dunia ilmu dan jalinan sosial.

Koneksitas menghadirkan hubungan yang saling mengisi, melengkapi, dan menunjukkan peran masing-masing. Dalam bahasa Arab, koneksitas disepadankan dengan al-irtibath (الارتباط).

Teks matan dan syarah memiliki koneksitas dalam isian konten, struktur, komponen kelengkapan teori, dan peran makna di antara keduanya.

Pertama, koneksitas kata. Kata yang disebutkan substansinya pada matan dieksplanasi oleh syarah. Diksi kata oleh pensyarah terkadang ditujukan pada makna, struktur kata, asal kata, juga kaitannya dengan kata lain dalam jalinan terminologi tertentu. Kata yang dijelaskan secara umum difokuskan pada kata yang perlu dijelaskan, sehingga tidak setiap kata dijelaskan olehnya.

Kedua, koneksitas redaksi (التركيب). Makna pada matan dapat diidentifikasi pada kalimat (الجملة) yang disusun. Susunan kalimat tunggal dan majemuk, ikhbari dan insya’i, tak luput dari fokus pensyarah.

Terkadang kita menemukan pemaparan pensyarah pada sisi ini. Misalnya ketika ada kata أما yang berfungsi perincian (التفصيل أو التفريع) dipastikan ada artikel فاء untuk fungsi penegasan (الفصيحة). Struktur ini menunjukkan koneksitas dalam jalinan makna redaksi.

Baca Juga  Cinta Tanah Air ala Rasulullah dan Para Sahabat

Ketiga, konteks ilmu (مجال العلم). Sisi ini biasa ditemukan pada penjelasan awal kitab atau beberapa istilah yang dijelaskan. Pensyarah setelah menelaah teks matan, menghubungkan makna teksnya sesuai disiplin ilmu yang dijelaskan.

Bertolak pada teks dan disiplin ilmu, pensyarah memaparkan sesuai dengan konteks ini. Paparannya ada yang panjang dan luas, atau hanya beberapa bagian, tergantung pada gaya dan corak pensyarah. Koneksitas makna bacaan ini menyuguhkan fakta teks dalam matan dan syarah.

Karena adanya koneksitas ini, dapat ditegaskan bahwa syarah memiliki keajegan dalam daya cipta keilmuan. Kemampuan mencipta ini sekaligus menjadi ciri khas dalam jalinan ilmu keislaman.

Ilmu keislaman dalam konteks matan dan syarah telah menunjukkan koherensi yang solid antar komponen teori. Sehingga, apabila pembaca belum memahami teks yang dimaksud, ia dapat menelusuri dan menelaahnya dalam syarah. Wallahu A’lam.

Editor: Yahya FR

Avatar
38 posts

About author
Pembelajar Keislaman, Penulis Beberapa buku, Tim Pengembang Kurikulum PAI dan Diktis
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds