Anggapan subyektif kita terhadap orang-orang yang tidak seperti orang pada umumnya kita sebut dengan orang gila. Orang yang terganggu kejiwaannya dikarenakan faktor tertentu.
Mengutip karya Abu al-Qasim An-Naisaburi yang berjudul ‘Uqala al-Majanin atau Kitab Kebijaksanaan Orang-Orang Gila, bahwa ada beberapa macam orang gila di antaranya: Al-Ma’tuh yaitu orang yang terlahir dalam kondisi gila, Al-Mamrur yaitu orang yang akal sehatnya terbakar, Al-Mamsus yaitu orang gila akibat dirasuki jin dan setan, dan Al-‘Asyiq yaitu orang yang dibuat gila oleh rasa cinta.
Berbagai macam orang gila seharusnya membuat kita lebih berhati-hati lagi agar tidak mengedapankan subjektivitas yang berkonotasi negatif terhadap orang-orang yang dianggap gila. Karena kita sendiri tidak mengetahui apa memang benar orang itu gila atau tidak.
Siapa Hayyunah?
Hayyunah merupakan perempuan gila di daerah Ahwazi. Ia bukan sembarang perempuan, walaupun kebanyakan menyebutnya perempuan gila. Ismail Ibn Abdullah menyebut bahwa Hayyunah seorang ahli akhirat.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Atha’ ibn Israil bahwa ia tak pernah melihat hal yang mengherankan sebagaimana ia melihat Hayyunah yang gila. Apabila malam menjelang, dia menangis dan berkata, “Sulit bagiku untuk bermaksiat. Sebab, hatiku mencintai-Mu dan organ tubuhku mengadukan nuraninya yang selalu menghadap ke arah-Mu. Tuhanku! Sampai kapan Kau penjarakan aku dengan para pengangguran?”.
Begitu juga dengan Ali ibn Hasyim al-Ubuli yang berada di daerah Ahwazi dan ingin bertemu Hayyunah. Saat mendatanginya, ia melihat sosok Hayyunah seperti perempuan yang dikuasai oleh rasa takut kepada Allah. Hayyunah basah oleh rasa cinta. Sisi luarnya bersifat rohani dan sisi batinnya bersifat samawi. Ia juga bersyair, kurang lebih seperti ini:
Duhai Dzat yang menjanjikan ridha untuk kekasih-Nya.
Engkaulah Dzat yang tak seorang pun selainmu kuingini.
Perkataan tersebut idealnya keluar dari mulut orang yang bijaksana, namun kenapa disebut gila? Hayyunah menggantungkan segalanya dan cintanya hanya kepada-Nya. Saat cinta itu telah datang, ia akan tenggelam dalam samudera mahabbah kepada-Nya tanpa batas. Kecintaan kepada Tuhannya membuat segala perkataannya, pikirannya, dan perbuatannya hanya untuk yang dicintainya.
Kecintaannya terhadap Sang Maha Cinta
Salam al-Aswad berkata, “Saya meletakkan makanan di hadapan Hayyunah dan dia menangis sambil berkata, “Pencinta mencintai kekasihnya, sibuk makan untuk berkhidmat pada kekasihnya. Tapi dia ragu sekiranya utusan kekasihnya datang, dia sedang sibuk makan daripada berkhidmat kepada kekasihnya, lantas matanya tidak dapat lagi berjumpa dengannya.”
Setelah itu, Hayyunah enggan makan. Ia juga berdoa, “Ya Allah berikan aku ketenangan hati dengan ikatan iman kepada-Mu. Jadikanlah seluruh sanubariku bahagia pada keridhaan-Mu. Jangan berikan aku bagian sedikitpun dari terhalang dari-Mu, duhai harapan pada pengharap!”.
Saat Rihanah mengunjungi Hayyunah, kondisi yang sudah gelap dan turun hujan bersama angin rebut, ia kaget melihat Hayyunah sedang tertawa dan berkata, “Wahai kotoran amal! Seandainya aku mengetahui bahwa di hatiku ada cinta kepada selain Tuhan atau rasa takut kepada selain-Nya, niscaya aku akan menusuknya dengan pisau”.
Selain Rihanah, Rabi’ah Adawiyah pernah mengunjungi Hayyunah. Di tengah malam, Rabi’ah yang sedang tertidur, kemudian dibangunkan oleh Hayyunah dengan menendang kakinya sambil berkata, “Bangunlah! Pesta orang-orang yang mendapat petunjuk telah datang, wahai orang yang menghiasi gelap malam dengan cahaya salat tahajud”.
Pesan Makrifat yang Dikatakan Hayyunah
Salam al-Aswad berkata, “Saya mendengar Hayyunah berkata:”
Orang yang mencintai Allah akan akrab dengan-Nya.
Orang yang akrab dengan Allah akan bahagia dengan-Nya.
Orang yang bahagia dengan-Nya akan merindukan-Nya.
Orang yang merindukan-Nya akan tergila-gila pada-Nya.
Orang yang tergila-gila pada-Nya akan mengabdi pada-Nya.
Orang yang mengabdi pada-Nya akan sampai pada-Nya.
Orang yang sampai pada-Nya akan terhubung dengan-Nya.
Orang yang terhubung dengan-Nya akan mengenal-Nya.
Orang yang mengenal-Nya akan dekat dengan-Nya.
Orang yang dekat dengan-Nya tidak akan tidur, karena petir-petir kesedihan akan menyambarnya bila ia tidur’.
Referensi
Abu al-Qasim An-Naisaburi, Kitab Kebijaksanaan Orang-Orang Gila, Diterjemahkan oleh Zainul Maarif, PT Rene Turos: Jakarta.
Editor: Yahya FR
MANTAP👍