Perspektif

Umat Islam Tak Boleh Bersikap Inferior terhadap Sains Modern

3 Mins read

Sains Islam sebenarnya tidak kalah penetrasinya dengan sains modern. Namun sayangnya, kajian sains Islam belum banyak di perguruan tinggi Islam, apalagi perguruan tinggi umum.

Saya pernah menanyakan kepada seorang teman yang kuliah di jurusan fakultas sains dan teknologi perihal mata kuliah sains Islam, dan dia menjawab tidak ada, yang ada hanya mata kuliah Islam dan ilmu pengetahuan.

Padahal, sains Islam merupakan kajian potensial keislaman yang seharusnya dikembangkan oleh para intelektual muslim. Pada akhirnya, sains Islam tidak begitu dikenal sementara sains modern di Barat sangat dikenal bahkan dipuja layaknya sempurna tanpa ada cacat sekalipun.

Faktanya, sains modern yang diharapkan membawa kebahagiaan pada kehidupan manusia justru malah memberi dampak buruk seperti krisis lingkungan, salah satunya. Sayangnya, umat muslim sudah terbutakan oleh penetrasi sains modern. Tulisan singkat ini berupaya mengangkat kesadaran umat muslim untuk lebih kritis terhadap sains modern.

Sains Modern dengan Dampak Buruknya

Sains dan produknya mungkin bagi sebagian orang dinilai baik jika menggunakannya dengan baik dan berakibat buruk jika menggunakannya tidak proporsional. Seperti handphone, akan bermanfaat jika digunakan untuk membagi ilmu pengetahuan sekaligus mendapat pengetahuan.

Bagi Seyyed Hossein Nasr, produk sains seperti teknologi, sifatnya tidak netral, penggunaannya selalu menimbulkan dampak buruk. Sebagaimana handphone, walaupun anda menggunakannya untuk mendapat dan mencari pengetahuan, namun di sisi lain ada dampak buruk yang menyertainya misalnya sinar layar handphone yang terpancar pada mata anda yang mengakibatkan gangguan pada mata, penggunaan yang tidak berlebihan pun akan menimbulkan efek pada mata, apalagi jika berlebihan.

Sains modern yang digambarkan tidak seimbang baik secara ontologis maupun epistemologis, menafikan realitas metafisik dan tidak menyertai intuisi karena tidak obyektif. Ketidakhadiran realitas tertinggi dalam ilmu pengetahuan akan diisi oleh kerakusan manusia, apalagi di zaman modern ini manusia tidak mempunyai hamparan ketuhanan karena hidup di pinggir lingkaran eksistensi. Alih-alih mereka merasa mampu memperbaiki dan menerangi kehidupan manusia, malah apa-apa yang dihasilkan sains modern oleh manusia modern menimbulkan dampak buruk. Seyyed Hossein Nasr menggambarkan keadaan tersebut bahwa, “Manusia modern telah membakar tangannya dengan api yang telah dinyalakannya karena ia lupa siapakah ia itu sesungguhnya”.

Baca Juga  1 Syawwal 1443 H, Mungkinkah Serentak?

Dampak buruk yang ditimbulkan sains modern dalam belakangan ini seperti tindakan agresif demikian mencolok terhadap alam, seperti tumpahan minyak yang besar, pembakaran hutan tropis, pembalakan liar, dan eksploitasi terhadap alam lainnya. Tindakan itu memicu pemanasan iklim serta penipisan lapisan ozon.

Bukan hanya itu, pembuatan rudal, kendaraan dan lain sebagainya membuat terjadinya krisis lingkungan dan krisis kemanusiaan. Dan perlu diketahui bahwa sains modern selalu tidak pasti, seperti keadaan saat ini yang sedang dilanda Covid-19, para ilmuwan menganjurkan tetap tinggal di rumah, namun di rumah pun tak ada jaminan selamat, padahal yang digaungkan sains ialah jawaban yang menjajikan sekaligus meyakinkan, namun ternyata tidak.

Umat Muslim Melihat Sains Modern: Tidak Boleh Bersikap Inferior

Umat muslim saat ini melihat sains modern bagaikan seekor semut yang sedang menatap seekor gajah dengan penuh ketakjuban. Andaikan tahu dampak buruk yang ditimbulkan oleh sains modern, mungkin sikap berbeda akan ditimbulkan oleh umat muslim. Mereka mulai bersikap kritis dan adanya keingintahuan terhadap sains baik Islam maupun Barat.

Sepanjang sejarah, para saintis muslim sangatlah kaya melahirkan karya dan prodok praktisnya, semangat seperti itu harus terus melekat pada umat muslim. Bukan hanya itu, semangat itu harus diterapkan dengan membuat sains yang sesuai dengan etosnya yakni Islam.

Umat muslim kata Seyyed Hossein Nasr jika ingin mencapai sains yang sesuai dengan etos Islam setidaknya ada enam upaya penting yang harus kita capai diantaranya:

  1. Berhenti bersikap memuja terhadap sains dan teknologi modern yang berada di sebagian besar dunia Islam. Sikap memuja akan membutakan kritisisme umat muslim yang lagi-lagi membuat umat muslim menjadi umat yang hanya mengkonsumsi dan akan menambahkan rasa inferioritas itu sendiri.
  2. Harus ada semangat mengkaji sumber-sumber Islam tradisional, mulai dari Al-Qur’an dan Hadits sampai pada semua disiplin ilmu tradisional seperti filsafat, teologi, kosmologi, metafisika dan lain sebagainya.
  3. Membuka peluang besar bagi mahasiswa muslim untuk mempelajari sains modern pada tingkat tertinggi, atau disebut sains murni untuk menguasainya sambil mengkritik landasan teoritis dan filosofisnya.
  4. Sebagaimana nomor dua tadi, mengkaji harus diikuti langkah selanjutnya yaitu menghidupkan kembali ilmu-ilmu tradisional kapan pun dan dimana pun untuk memberikan kepercayaan kepada umat muslim pada budaya mereka sendiri dan juga mempunyai efek sosial dan ekonomi yang besar.
  5. Ilmu-ilmu tersebut harus diintegrasikan dengan etika melalui kerangka filsafat ilmu, karena penerapan sains tidak mungkin terhindar dari implikasi etis, Sehingga tercipta sains Islam yang etis.
Baca Juga  Orkestrasi Penanganan Corona di Negeri Haha Hihi

Referensi

Ibrahim, Subhi. Manusia Teomorfis dalam Antropologi Metafisis Seyyed Hossein Nasr. Bekasi:   Pustaka al-Muqsith. 2022.

Mohamad, Goenawan, dkk. Polemik Sains. Yogyakarta: IRCiSoD. 2021.

Nasr, Seyyed Hossein. Islam dan Nestapa Manusia Modern. Terj. Anas Mahyuddin. Bandung:    Pustaka. 1983.

Nasr, Seyyed Hossein. Islam, Sains dan Muslim. Terj. Muhammad Muhibbuddin. Yogyakarta:     IRCiSoD. 2022.

Nasr, Seyyed Hossein. Problematika Krisis Spiritual Manusia Kontemporer. Terj. Muhammad             Muhibbuddin. Yogyakarta: IRCiSoD. 2022.

Akhmad Fawzi
11 posts

About author
UIN Jakarta/Fakultas Ushuluddin
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds