Perspektif

Piala Dunia Qatar: Ajang Syiar Islam Moderat

3 Mins read

Pagelaran akbar sepakbola empat tahunan Piala Dunia (World Cup) tahun 2022 untuk pertama kalinya diadakan di negara Islam Qatar. Keputusan ini diambil FIFA tahun 2010 setelah Qatar berhasil menyingkirkan rival-rivalnya antara lain Amerika Serikat, Korsel, dan Jepang.

Qatar adalah negara kaya yang terletak di Semenanjung Arab, Timur Tengah Asia Barat. Pendapatan per kapita Qatar yang sangat tinggi yaitu USD 124.100 (tahun 2017) menjadikannya negara terkaya di dunia. Tulang punggung perekonomiannya ditopang oleh industri Gas Alam dan Minyak Bumi.

Qatar adalah negara kerajaan yang dipimpin oleh seorang Emir, yang mengusung Islam Moderat dalam pengambilan kebijakan nasional dan internasional. Pemikiran Islam Moderat banyak diadopsi dari seorang Ulama Kharismatik asal Mesir Almahrum Dr. Yusuf Al Qardhawi. Al Qardhawi lahir di desa Shafat Turab Mesir 9 September 1926 dan wafat Senin 26 September 2022 di Doha Qatar pada usia 96 tahun.

Al Qardhawi hijrah dari Mesir ke Qatar sejak 2013. Beliau ulama yang produktif dan buku-bukunya menyebar ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Diantara karya-karya beliau yang sering menjadi rujukan kalangan aktivis Islam adalah Fiqih Zakat, Fiqih Prioritas Fiqih Ikhtilaf dan Fiqih Shalat.

Qatar mencoba memperkenalkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin melalui ajang Piala Dunia 2022. Pembukaan Piala Dunia 2022 digelar di Stadion Al Bayt Al Khair, pada Minggu 20 Nopember 2022 malam secara megah dan spektakuler.

Aktor Amerika Serikat Morgan Freeman menyampaikan pidato pembukaan, “Sepakbola menyatukan bangsa,” ungkap Morgan Freeman. Bersama Margan Freeman hadir pula Ghanim Al Muftah, Brand Ambassador Piala Dunia Qatar 2022. Ghanim adalah seorang motivator yang lahir dalam kondisi CRS (Caudal Regresion Syndrome), dilahirkan dalam kondisi tanpa tubuh bagian bawah.

Baca Juga  Ada Apa dengan Kajian Online?
***

Ghanim melantunkan ayat suci Al Quran dalam surat Al Hujurat ayat 13 yang artinya, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”

Pembukaan Piala Dunia yang memukau penonton dari seluruh dunia. Konon usai Pembukaan Piala Dunia, lebih dari seribu orang masuk Islam dari berbagai bangsa di dunia yang hadir di Qatar. Lewat gelaran Pembukaan Piala Dunia 2022, Qatar ingin menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Islam itu rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamiin). Islam itu membawa pesan kedamaian dan bukan identik dengan kekerasan dan teror sebagaimana yang muncul dalam image orang-orang Barat saat ini.

Sekalipun demikian tetap ada benturan antara nilai-nilai liberal yang rata-rata dianut Dunia Barat (Eropa dan Amerika) yang merupakan kiblat sepakbola dunia dengan nilai-nilai Islam yang menjadi landasan hidup masyarakat dan Pemerintah Qatar. Namun semua diantisipasi oleh Pemerintah Qatar dengan berpegang kepada aturan FIFA dalam penyelenggaran Piala Dunia Qatar 2022.

***

Beberapa aturan yang mengatur pemain dan pendukung timnas dari berbagai negara antara lain:

Pertama, larangan sex bebas (free sex) di Qatar. Para pemain dan pendukung yang hadir di Qatar dilarang menginap satu kamar di hotel tanpa ikatan pernikahan.

Kedua, larangan memperjual belikan minuman keras di sekitar stadion tempat pertandingan.

Ketiga, larangan penggunaan ban kapten One Love dengan warna pelangi sebagai dukungan persamaan hak kepada kaum LGBT. Ini yang viral karena tujuh negara Eropa sudah sepakat menggunakan ban kapten One Love, sementara Islam jelas mengharamkan LGBT.

Baca Juga  27 Mei 2024, Momentum Membetulkan Arah Kiblat Wilayah Indonesia

Dan berbagai aturan lainnya yang menunjukkan adanya benturan nilai-nilai Islam dan liberal yang tidak bisa dihindari. Tetapi Pemerintah Qatar mengantisipasi benturan-benturan tersebut dengan elegan dan menghindari adanya kekerasan.

Syiar dan dakwah Islam disampaikan dengan cara-cara yang hikmah dan elegan. Setiap jelang laga pertandingan, dibagikan goody bag yang berisikan: sajadah, buku-buku mengenal Islam berbagai bahasa. Di setiap tempat berkumpulnya orang, disediakan pos-pos pelayanan sekaligus tempat konsultasi tentang Qatar dan Islam. Sementara warga Qatar menjadi tuan rumah yang ramah, sehingga tidak sedikit cerita tentang keramahan warga Qatar dalam menyambut tamu-tamunya dari berbagai negara.

Seperti cerita pendukung Equador yang usai menonton timnya mencari tempat penjualan bir karena kebiasaan mereka minum minuman keras. Dia malah dijamu dengan makanan mewah dan berlimpah di sebuah rumah. Tuan rumah memelihara beberapa ekor singa, sehingga dia sempat berfoto dengan seekor anak singa. Pengalaman yang pasti sangat berkesan.

Serangan masiv juga terkait larangan penggunaan ban kapten One Love oleh beberapa tim-tim Eropa, tetapi pembelaan juga datang dari pemain-pemain Eropa dan Amerika. Saat menjelang laga Jerman lawan Jepang, tim Jerman berpose dengan  menutup mulut sebagai bentuk protes terhadap larangan penggunaan ban kapten One Love.

***

Lihat pembelaan dari pemain-pemain Barat lainnya. Hugo Lloris (Kiper Perancis), “Di Perancis, kami tidak senang kalau ada tamu yang tidak menghormati budaya kami. Dengan pandangan sama, saya bisa memahami aturan hukum Qatar saat saya datang untuk kegiatan sepakbola.” Kapten Swiss Granit Xhaka, “Kami harus menghormati aturan di Qatar dan fokus pada sepakbola. Itu yang kami rencanakan.” Kapten Brazil Neymar setengah bercanda mengatakan, “Di Timnas Brazil, kami semua mencintai wanita.”

Baca Juga  Pendidikan Kolonial: Dulu dan Sekarang

OK, Qatar! Kalian telah menjadi tuan rumah yang baik untuk perhelatan Piala Dunia 2022. Kalian bahkan bisa menunjukkan pesan Islam yang sejuk dan ramah bagi seluruh penduduk dunia. Mata dunia terbuka dengan makna Islam yang moderat, Islam yang rahmatan lil ‘alamiin. Semoga Indonesia juga mampu menjadi tuan rumah yang baik untuk perhelatan Piala Dunia U-20 tahun 2023 dengan tetap mempertahankan budaya Indonesia. Aamin.

Editor: Yahya

Arief Munandar
2 posts

About author
Penceramah, Penulis, dan Politisi
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds