Perspektif

Arab Saudi Menghijau: Apakah Kiamat Makin Dekat?

3 Mins read

Fenomena Tanah Arab Saudi Menghijau

Awal tahun 2023 adalah waktu mana orang-orang tengah menyambut dengan semaraknya tahun baru. Meraka menyambut dengan berkumpul bersama keluarga, teman, orang tersayang, atau dengan melalukan refleksi dan membuat resolusi untuk tahun ini. Tetapi tak lama setelah itu, banyak beredar kabar tentang turunnya hujan dan juga tumbuh suburnya rerumputan hijau disebagian wilayah Arab Saudi yang membuat sebagian orang turut aktif menanggapi hal tersebut. Seperti yang kita ketahui, Arab Saudi memiliki iklim gurun yang kering dimana sangat jarang sekali turun hujan. Selain itu tanah Arab Saudi juga terkenal gersang dan tandus maka sangat jarang untuk berbagai tumbuh-tumbuhan hijau dapat tumbuh dengan mudahnya.

Kita juga mengetahui bahwa Arab Saudi seakan memiliki daya tarik tersendiri bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang mana mayoritas memeluk Agama Islam. Apapun yang terjadi disana maka akan menjadi pusat perhatian yang akan ramai diperbincangkan. Hal tersebut tidak lepas dari adanya beberapa bagian dalam Agama Islam yang terdapat di Arab Saudi. Seperti adanya Ka’bah, dua kota suci: Mekah dan Madinah, serta berbagai sejarah dari Sang Nabi terakhir yang juga diutus ditanah Arab.

***

Fenomena berubahnya gurun yang gersang menjadi hamparan rumput hijau di Arab Saudi semakin viral berbagai media sosial seperti: Twitter, Tiktok, Instagram, dan tak lupa turut disiarkan melalui berbagai channel televisi. Terlebih fenomena tersebut dikaitkan dengan sebuah hadis yang berbunyi, “Kiamat tidak akan terjadi sampai harta menjadi banyak, hingga seseorang keluar membawa zakat lalu tidak menemukan orang yang sah untuk menerimanya, dan sampai bumi Arab kembali menjadi tanah lapang penuh tumbuhan dan sungai-sungai mengalir.” ( HR.Muslim).

Baca Juga  Hujan dan Cara Orang Arab Mengekspresikan Kegembiraan

Banyak pendapat terkait hal ini. Ada yang mengatakan itu adalah perubahan cuaca yang biasa dan bisa terjadi dimana saja. Selain itu tak sedikit pula yang mengaitkan fenomena tersebut dengan hadis Nabi diatas. Hal tersebut yang membuat banyaknya umat Islam langsung mempercayai adanya hal tersebut. Dan semakin banyak konten-konten yang mengbarkan bahwa kiamat sudah tidak lama lagi.

Fenomena Tanah Arab Menghijau Tidak Selamanya Tanda Kiamat

Setelah fenomena yang dikaitkan dengan adanya tanda-tanda hari kiamat itu viral, beberapa tokoh agama mulai hadir untuk memberikan penjelasan yang sesuai. Salah satunya adalah ulama dari Madura, Ismael al-Kholilie yang turut membagikan penjelasan terkait hal tersebut diakun instragram pribadinya. Beliau membawakan pendapat dari pakar Hadis asal Saudi yaitu Syaikh Syarif Hatim al-Quni.

Syaikh tersebut menjelaskan bahwa menghijaunya tanah Arab seperti yang terjadi diawal tahun 2023 tidak dapat dikaitkan dengan hadis Nabi yang telah penulis sampaikan sebelumnya. Karena hal tersebut adalah peristiwa temporal yang selalu terjadi ketika Arab Saudi diguyur hujan dalam waktu lama. Selain itu, fenomena menghijaunya tanah Arab tersebut bukan baru pertama kali terjadi pada tahun ini saja, tetapi juga sudah pernah terjadi sebelumnya.

Bahkkan penulis juga mendapat cerita dari ustad yang pernah menuntut ilmu di Saudi tepatnya di Kota Madinah. Beliau menceritakan melalui media sosial bahwa pada waktu tertentu, hujan beberapa kali mengguyur Kota Madinah. Bahkan dengan banyaknya volume air hujan yang turun menyebabkan area kampus terdapat genangan air seperti banjir. Tetapi peristiwa hujan itu tidak dianggap sebagai hal yang menakutkan tetapi dihadirkan penuh rasa syukur karena itupun rahmat dari Allah.

***

Senada dengan pendapat ulama hadis asal Saudi diatas, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga turut memberikan pendepatnya terkait fenomena menghijaunya tanah Arab yang banyak diperbincangkan. Dijelaskan bahwa menghijaunya pegunungan di Arab Saudi perlu dilihat sebagai fenomena alam biasa yang pastinya terjadi karena kekuasaan Allah. Dengan kebesaran-Nya, Allah mampu mengubah tanah gersang yang kering menjadi tanah subur yang lembab. Singkatnya, Allah bahkan memiliki kekuatan untuk melawan hukum alam dan determinasi kausalitas sekalipun.

Baca Juga  Benarkah Muslim Milenial Konservatif?

Jadi, dapat kita pahami bahwa menghijaunya tanah Arab Saudi tidak bisa dikaitkan langsung dengan hadis yang menyatakan tentang tanda semakin dekatnya kiamat. Bukan berarti tidak mengaminkan sekarang adalah akhir zaman, tetapi hadis tersebut menjelaskan bahwa iklim di Saudi akan berubah total. Sedangkan menghijaunya tanah Arab Saudi akhir-akhir ini bersifat temporal oleh fase alam dan juga hanya terjadi disebagian wilayah. Penulis kira menghijaunya tanah Arab Saudi kemarin bukan tanda-tanda akhir zaman, tetapi tanda akan hadirnya Satu Abad NU. Ini hanya candaan saja.

Bagaimana Menjalani Hidup di Akhir Zaman dengan Cerdas?

Ketika kita tidak mengaitkan fenomena menghijaunya tanah Arab kemarin dengan tanda akhir zaman bukan berarti kita tidak mengaminkan bahwa saat ini bahkan kita sendiri adalah umat akhir zaman. Ketika kita mengetahui bahwa kita adalah umat akhir zaman maka ada baiknya jika kita gunakan sisa usia dan juga sisa usia bumi ini dengan sebaik-baiknya. Bukan bertujuan untuk menunda hari akhir yang telah ditetapkan Allah, tetapi memang begitulah tugas manusia dalam kehidupan untuk memanfaatkan sesuatu yang telah diberikan.

Dalam mengadapi akhir zaman, kita tidak hanya dituntut menghabiskan usia untuk terus berdiam diri beribadah di dalam masjid. Islam telah memberikan pemahaman yang luas soal beribadah. Beribadah untuk menambah amal kebaikan bukan hanya dapat dilakukan dengan salat dan berpuasa saja, tetapi dengan mengembangkan berbagai keilmuan yang dimilikipun juga termasuk ibadah. Karena dengan ilmu manusia dapat melihat berbagai firman-firman Tuhan yang tersebar dialam ini.

Dengan berbagai upaya-upaya lahiriah dalam menjalani kehidupan diakhir zaman, kiranya kita juga tidak melupakan untuk mengupayakan diri dengan usaha batiniah. Hal ini dapat kita lakukan dalam keseharian ketika berada dipenghujung salat yang minimalnya kita tunaikan dalam lima waktu sehari. Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita suatu doa yang dapat diamalkan sebelum mengakhiri salat dengan salam. Bacaan tersebut berbunyi, Allaahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannam. Wamin ‘adzaabil qobri. Wamin fitnatil mahyaa walmamaati. Wamin syarri fitnatil masiihiddadjaal. Artinya: “Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari siksa jahannam dan siksa kubur, begitu juga dari fitnah hidup dan mati, serta dari jahatnya fitnah dajjal (pengembara yang dusta)”

Baca Juga  Kenapa Bangsa Arab Bisa Terpuruk?

Semoga kita selalu dalam lindungan Allah. Wallahua’lam.

Editor: Yahya

Kemal Pasha Wijaya
17 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds