Akhlak

Karakter Ikhlas: Ibadah Hati yang Wajib Kita Tata dan Jaga

4 Mins read

Karakter Ikhlas I Ketika akan menghadiri suatu pesta maupun undangan, kita pasti mempersiapkan diri. Baik pakaian maupun aksesoris yang harus dipakai. Kita berusaha memantaskan diri di depan cermin. Kita melihat wajah dan pakaian serta aksesoris yang dipakai dengan memantaskan diri dan mematutkan diri di depan cermin, supaya tidak ada cela saat berada di depan orang banyak di tempat pesta atau undangan tersebut.

Perilaku memantaskan diri dan mematutkan diri terus kita lakukan, supaya raga tanpa celah dan jasmani sempurna tanpa hina, serta jasad purna tanpa terhina, sehingga bertabur puja-puji terhadap tubuh ragawi dengan segala aksesorisnya.

Kita terlalu sibuk dengan puja-puji dan komentar makhluk sehingga lupa pada Khaliq sebagai pencipta; kita merasa ‘terbang’ karena pujian dan menjadi ‘tumbang’ karena cacian manusia, hingga lupa sandaran hati pada Ilahi.

Hal-hal yang bersifat lahiriah, jasmani, raga dan jasad, begitu penting kita perhatikan, supaya terlihat wajar dan pantas di hadapan publik dan khalayak. Namun, kita lupa, bahwa ada ibadah hati yang harus kita tata supaya pantas dan patut diri kita sebagai manusia rohani berada di hadirat-Nya.

Kepatutan dan kepantasan ragawi kita terlihat sejauhmana cermin mampu memantulkan cahaya raga kita, bila cermin itu tidak berdebu. Begitu juga dengan kepatutan dan kepantasan rohani kita terlihat dari sejauhmana ‘sinyal’ batin mampu memantulkan cahaya takwa dan meredupnya lentera fujur.

Maka salah satu ibadah hati untuk memantaskan dan mematutkan diri sebagai manusia rohani di hadirat Allah adalah dengan karakter ikhlas.

Pengertian Ikhlas

Secara etimologi, ikhlas (bahasa Arab) berakar dari kata khalasha dengan arti bersih, jernih, murni dan tidak bercampur. Esensi ikhlas adalah, membersihkan hati dari campuran suatu yang mengotori kejernihan hati.

Secara terminologi Ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridho Allah. Jadi, ikhlas terhindar dari riya dalam beramal.

Menurut Said Sabiq, Ikhlas adalah: “Seseorang berkata, beramal dan berjihad mencari ridho Allah SWT, tanpa mempertimbangkan harta, pangkat, status, popularitas, kemajuan atau kemunduran; supaya dia dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan amal dan kerendahan akhlaknya serta dapat berhubungan langsung dengan Allah SWT.”

Baca Juga  Manusia, Khalifah yang Harus Kembali ke Fitrah

Dalam bahasa populernya, ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih; hanya semata-mata mengharapkan ridho Allah SWT.

Tiga Unsur Keikhlasan

Adapun tiga unsur dari ikhlas adalah:

1. ikhlas an-niiyah atau niat yang ikhlas.

Sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung kepada niat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Sesungguhnya Allah tidak memandang bentuk tubuh dan rupamu tetapi memandang hatimu.” (HR. Muslim)

2. Itqon al-amal atau beramal dengan sebaik-baiknya.

Sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya Allah SWT menyukai bila seseorang beramal dia melakukannya dengan sebaik-baiknya.” (HR. Baihaqi)

3. Jaudah al-ada’ atau pemanfaatan hasil usaha dengan tepat.

Seperti orang yang menuntut ilmu. Dia berniat ikhlas dalam mencari ilmu, kemudian belajar dengan tekun rajin dan disiplin, maka setelah berhasil menuntut ilmu, ilmunya bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Tingkatan Ikhlas

Adapun tingkatan ikhlas: (1) ikhlas orang awam; (2) ikhlas orang abror;  dan (3) ikhlas orang arif.  Pendapat lain mengatakan tingkatan Ikhlas adalah: (1) ikhlas orang awam ada tiga tingkatan; (2) ikhlas orang salihin ada tiga tingkatan; (3) ikhlas orang arifin ada satu tingkatan.

Adapun tingkatan ikhlas orang awam adalah:

Pertama, melakukan amal ibadah dengan qasad atau niat, semata-mata karena Allah, tetapi pada masa yang sama mempunyai cita-cita di dalam hatinya kepada kesenangan-kesenangan surga berupa bidadari, mahligai indah, dan segala macam makanan enak dan hiburan surga lainnya.

Kedua, melakukan salat dan juga ibadah lain, dengan qasad atau niat, semata-mata karena Allah dan tidak mempunyai cita-cita di dalam hatinya, atau tidak menuntut hatinya kepada surga dan segala kesenangannya. Akan tetapi hamba ini melihat dirinya melakukan amal ibadah atau melihat kemampuan dirinya melakukan amal ibadah.

Ketiga, melakukan amal ibadah dengan qasad atau niat, semata-mata karena Allah, tidak mempunyai cita-cita kepada kesenangan surga,  tidak melihat dirinya melakukan ibadah, tetapi dia merasakan dirinya mendapat ikhlas.

Apabila ditelusuri secara psikologi Islami, maka tingkatan ikhlas ada dua, yakni:

Baca Juga  Doa Pagi dan Sore Mohon Ridha Allah SWT

Pertama, abrarin, yaitu beramal karena Allah dan pahala-Nya, dan bersih dari riya. Amal ini disebut lillah (karena Allah) sesuai dengan ayat  iyyaaka na’budu.

Kedua, muqarrabin, yaitu semua amal semata karunia dan pertolongan Allah. Amal ini disebut amal billah (bantuan Allah) sesuai dengan ayat iyyaaka nasta’in.

Keutamaan Ikhlas dan Karakteristik Mukhlis

Adapun keutamaan ikhlas adalah:

1. Pancaran cahaya tauhid.

Firman Allah:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus.” (QS Al-Bayyinah: 5)

Ibnu Abbas menafsirkan mukhlisin atau ikhlas dengan makna tauhid yang murni.

Ibnu Abbas menunjukkan, bahwa yang dimaksud dengan ikhlas dan yang dituntut oleh Allah adalah pancaran cahaya tauhid yang hadir di dalam hati hamba-hamba Allah yang suci bersih hatinya.

2. Ikhlas tanpa batas hidup dan mati.

Firman Allah:

“Katakanlah sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162)

3. Ikhlas sebagai pelita hidayah dan selamat dari fitnah.

Sabda Rasulullah SAW:

“Selamatlah para mukhlisin. Yaitu orang-orang yang bila hadir tidak dikenal, bila tidak hadir tidak dicari-cari. Mereka pelita hidayah, mereka selalu selamat dari fitnah kegelapan.” (HR. Baihaqi)

Seorang mukhlisin tidak akan pernah sombong kalau berhasil, tidak putus asa kalau gagal; tidak lupa diri menerima pujian dan tidak mundur karena cacian. Sebab dia hanya berbuat semata-mata mencari ridho Allah.

Seorang mukhlis akan selalu bersemangat dalam beramal. Pujian tidak membuat dia terbuai dan cacian tidak membuat dia terhina, karena dia mencari ridho Allah semata.

Sedangkan menurut Dzun Nun Al-Mishry, tanda-tanda ikhlas itu ada tiga, yaitu: (1) merasa sama atas pujian dan celaan manusia; (2) lupa memperhatikan amal ketika beramal; (3) mengharap balasan amal di akhirat.

Transformasi Karakter Ikhlas sebagai Karakter Diri

Adapun transformasi karakter ikhlas sebagai karakter diri adalah:

Pertama, melatih membersihkan niat dalam beramal.

Sabda Rasulullah SAW:

Baca Juga  Etika dalam Ekonomi, Perlukah?

“Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal kecuali yang murni (ikhlas) dan hanya mengharap ridho-Nya.”  (HR. Abu Daud dan Nasai)

Kedua, mengendalikan hegemoni nafsu dan energi negatif (su’uzhon), baik pada Khaliq maupun makhluk.

“Amal perbuatan itu adalah kerangka yang tegak, sedangkan ruhnya adalah ikhlas.” (Kitab Al-Hikam).

Ketiga, melatih diri untuk merasa sudah ‘selesai’ dengan diri sendiri. Sehingga melepaskan diri dari kecenderungan duniawi yang ‘membelenggu’ (penjara-penjara kehidupan).

Firman Allah:

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 145)

Keempat, berusaha untuk berada dalam ‘zona ikhlas’, yakni: selalu bersyukur, bersabar, fokus, tenang, dan selalu bahagia serta ridho dengan qodha dan qadar Allah. Sehingga secara batin lebih fokus kepada akhirat walau secara lahir menjalankan aktivitas seperti manusia pada umumnya sesuai dengan profesi hidup yang dilakoninya.

Firman Allah:

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.: (QS. Al-Hajj: 37

Kelima, selalu konsisten dan konsekuen dengan ketaatan kepada Allah.

Firman Allah:

“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar: 2)

“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (QS. Az-Zumar: 11)

“Katakanlah: “Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku”.(QS. Az-Zumar: 14)

Demikianlah karakter ikhlas sebagai ibadah hati sekaligus karakter diri yang harus senantiasa kita latih dan implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Editor: Soleh

Avatar
62 posts

About author
Alumnus Program Pascasarjana (PPs) IAIN Kerinci Program Studi Pendidikan Agama Islam dengan Kosentrasi Studi Pendidikan Karakter. Pendiri Lembaga Pengkajian Islam dan Kebudayaan (LAPIK Center). Aktif sebagai penulis, aktivis kemanusiaan, dan kerukunan antar umat beragama di akar rumput di bawah kaki Gunung Kerinci-Jambi. Pernah mengikuti pelatihan di Lembaga Pendidikan Wartawan Islam “Ummul Quro” Semarang.
Articles
Related posts
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…
Akhlak

Hidup Sehat ala Rasulullah dengan Mengatur Pola Tidur

4 Mins read
Mengatur pola tidur adalah salah satu rahasia sehat Nabi Muhammad Saw. Sebab hidup yang berkualitas itu bukan hanya asupannya saja yang harus…
Akhlak

Jangan Biarkan Iri Hati Membelenggu Kebahagiaanmu

3 Mins read
Kebahagiaan merupakan hal penting yang menjadi tujuan semua manusia di muka bumi ini. Semua orang rela bekerja keras dan berusaha untuk mencapai…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *