Inspiring

Sayyidah Nafisah: Ulama Perempuan dalam Khazanah Islam

3 Mins read

Beberapa waktu lalu ketika saya berada di pesantren, dalam benak ini kerap kali mempertanyakan tentang kealpaan seorang perempuan dalam tradisi keilmuan agama Islam. Pertama kali yang terlintas dalam benak saya adalah bahwa sebutan ‘ulama’ hanya pantas disandang pada kalangan laki-laki bukan untuk perempuan.

Namun nyatanya setelah beberapa kali membaca beberapa tokoh ulama sufi, ternyata sejarah sudah jauh-jauh mengabadikan nama perempuan sebagai andil dalam mewarnai perjalanan keilmuan Islam.

Beberapa ulama perempuan pada masa Nabi dan sahabat yang memiliki intelektualitas luar biasa, salah satunya yaitu Sayyidah Nafisah. Sosok ulama perempuan masyhur pada masanya.

Biografi Singkat Sayyidah Nafisah

Nama lengkap beliau adalah Sayyidah Nafisah binti Sayyid Hasan al-Anwar ibn Sayyid Zaid al-Ablaj ibn Sayyid Hasan ibn Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah az-Zahra binti Rasulullah Saw. Beliau adalah cicit dari Rasulullah Saw melalui ayah dari kakeknya adalah Ali Bin Abi Thalib.  

Sayyidah Nafisah lahir  pada tahun 145 H dari keluarga terpandang pada masa dinasti Abbasiyah. Ayahnya Hasan Bin Zaid seorang Gubernur Madinah pada masa pemerintahan khalifah  Ja’far Al Manshur.

Kelahiran Sayyidah Nafisah adalah bentuk kebahagiaan bagi keluarganya. Bagaimana tidak, kelahiran beliau mendapatkan keridhaan langsung dari Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw.

Diceritakan dalam kitab Mursyiduz Zuwar Syekh Muwaffiquddin bin Utsman, bahwa Ketika Sayyidah Nafisah lahir ayahnya langsung membawanya ke makam Rasulullah Saw sebagai penghormatan dan untuk mendapatkan keberkahan dari kakeknya. Saat pulang dari ziarah, ketika tidur ayah Sayyidah Nafisah bermimpi didatangi oleh Rasulullah Saw. Rasulullah bersabda kepada ayah Sayyidah Nafisah:

“Wahai Hasan, Aku ridha kepada putrimu, Nafisah, sebagaimana keridhaanmu kepadanya, dan Allah swt ridha kepadanya sebagaimana keridhaanku”. (Muwaffiquddin bin Utsman, Mursyiduz Zuwar ila Quburil Abrar, [Lebanon: Darul Mishriyah], halaman 196).  

Baca Juga  Syafiq Mughni: Islam Berkemajuan itu tidak Tekstual

Meskipun beliau lahir dari keluarga terpandang, tidak ada sedikitpun perasaan sombong pada dirinya. Justru malah sebaliknya, Beliau dikenal dengan kepribadian yang zuhud, dan tekun menuntut ilmu. Beliau senang mempelajari berbagai macam bidang keilmuan mulai dari ilmu Al-Qur’an, fiqih, hadis dan lain sebagainya.

Bahkan sedari masih berumur 7 tahun, beliau berhasil menghafal Al-Qur’an. Sebab minatnya yang begitu besar pada ilmu, Sayyidah Nafisah dijuluki sebagai Ummul ‘Ulum (ibu sekalian ilmu).

Mendapatkan Karamah

Kecintaan Allah kepada Sayyidah Nafisah membuat beliau mendapatkan karamah yang luar biasa. Ketaatanya dalam beribadah kepada Allah dan kepatuhanya kepada jejak kakeknya Rasulullah Saw menjadikan ia dianugerahi berbagai karamah yang tidak bisa terjadi pada orang lain.

Diceritakan bahwa beliau memiliki seorang tetangga beragama Yahudi, mereka memiliki seorang anak dengan kondisi lumpuh di kakinya. Seketika orang tua anak tersebut menitipkan anaknya kepada Sayyidah Nafisah dengan alasan karena tidak mampu lagi merawat dan ingin melakukan perjalanan jauh (musafir).

Singkat cerita, ketika sayyidah Nafisah sedang berwudhu, tidak sengaja percikan air wudhu beliau mengnai kaki anak yang lumpuh tadi. Kuasa Allah, kaki anak tersebut kemudian bisa digerakan kembali seperti keadaan normal.  Sehingga pada akhirnya anak tersebut pergi mencari dan menemui orang tuanya untuk menceritakan keajaiban yang ia alami dari Sayyidah Nafisah. Kedua orang tua anak tersebut terkesimak dan mendatangi rumah Sayyidah Nafisah, kemudian mereka menyatakan mengimani rasolullah dan masuk Islam.

Pada usia ke 44, tepatnya pada tahun 193 H beliau mendatangi Kairo untuk berkiprah mengikuti suaminya Sayyid Ishaq. Kabar kedatangan Sayyidah Nafisah disambut gembira oleh masyarakat mesir. Tidak diherankan lagi, pada saat itu beliau merupakan ulama perempuan termasyur. Kedatangan beliau sangat dinantikan banyak masyarakat yang mengagumi keshalihanya.

Baca Juga  Hujan Itu Rahmat atau Sunnatullah?

Sayyidah Nafisah, Guru Para Ulama

Kabar kemasyuran Sayyidah Nafisah sampai ke telinga para ulama. Banyak kemudian ulama yang belajar kepadanya, beliau dikunjungi oleh banyak fuqaha, tokoh-tokoh tasawuf, di antara; Imam Utsman bin Sa’id al -Mishri, Dzun Nun al-Mishri, Imam Abu bakar al-Adfawi hingga tokoh besar ulama fiqih, Imam Syafi’i.

Dikabarkan bahwa Imam Syafi’I adalah ulama yang paling sering bertemu dengan Sayyidah Nafisah, hingga berguru kepada Sayyidah Nafisah bahkan beliau juga pernah meriwayatkan hadis dari Sayyidah Nafisah.

Imam Syafi’i belajar bidang-bidang keilmuan kepada Sayyidah Nafisah, seputar ilmu fiqih, hadis, hingga persoalan-persoalan ibadah. Sayyidah Nafisah dinilai sebagai salah seorang yang memberikan pengaruh besar terhadap cara pandang Imam Syafi’i ketika tinggal di Mesir.

Kedekatan imam Syafi’i juga terlihat ketika beliau sakit selalu minta didoakan oleh Sayyidah Nafisah agar medapatkan kesembuhan, bahkan hingga wafatnya Imam Syafi’i, Sayyidah Nafisah sudah mengisyaratkan kepada beliau dengan berkata kepada beliau “Semoga Allah membeikan kenikmatan pada Syafi’i dengan melihat dzatnya pada hari kiamat nanti”.

Walaupun memang jarang atau bahkan hampir tidak kita temui dari karya-karya Sayyidah Nafisah ataupun ulama perempuan lainnya yang dikaji dalam pusat pendidikan agama Islam seperti pesantren, namun dalam sejarah disebutkan bahwa tidak sedikit ulama sufi laki-laki yang datang berguru kepada ulama-ulama perempuan seperti Sayyidah Nafisah.

Di antara karya-karya yang dikaitkan dengannya adalah sebuah kitab berjudul “Risalah al-Qushayriyah”, yang merupakan sebuah komentar dan penjelasan tentang kitab “al-Risalah al-Qushayriyah” karya Abu al-Qasim al-Qushayri. Kitab ini banyak dianggap sebagai karya penting dalam tradisi tasawuf dan ia memberikan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip tasawuf.

Selain itu, terdapat juga beberapa syair dan puisi yang dikaitkan dengan Sayyidah Nafisah, yang umumnya bernada spiritual dan mengandung makna mendalam tentang kehidupan rohani. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua karya yang dikaitkan dengan Sayyidah Nafisah secara pasti adalah karya asli dari dirinya.

Baca Juga  Fatimah binti Maimun: Perempuan Pelopor Penyebaran Islam di Tanah Jawa

Hikmah

Kisah inspiratif Sayyidah Nafisah patut dijadikan contoh dan ikhtibar bagi perempuan saat ini. Sejarah mencatat dari dulu sudah banyak perempuan yang memiliki keistimewaan-keistimewaan yang patut dicontoh. Sehingga kita sebagai perempuan dapat termotivasi untuk bisa terus belajar dan mengaktualisasikan diri dalam hal-hal positif dan tidak hanya berpangku tangan.

Mengutip awuh dari Hj. Ummi Kultsum Lirboyo, bahwa menjadi perempuan atau istri jangan seperti mudhlof ilaih istri yang hanya bersandar kepada suaminya. Tapi milikilah kemandirian, karakter serta harus memiliki nilai lebih dalam dirinya.

Editor: Soleh

Nimas Yuhyih Wakindiyah
2 posts

About author
Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds