Feature

Jangan Lalai, Belajarlah Memakmurkan Umur

3 Mins read

Baru-baru ini di media Juni 2023 terdengar kabar meledaknya sebuah kapal selam wisata yang dioperasikan perusahaan OceanGate bernama Titan di kedalaman 3.000 m. Konon, penumpang di dalamnya terdiri dari konglomerat yang memiliki harta berlimpah. Keikutsertaan mereka dalam kapal selam wisata tersebut rupanya dalam rangka menahbiskan diri menjadi manusia pertama yang menjelajah misteri samudera dalam, layaknya mengeksplorasi angkasa luar tak bertepi. Tidak ada firasat sebelumnya yang dapat menahan keinginan kuat mereka menyingkap gemerlap lautan dalam. Keinginan tinggallah keinginan dalam meretas momen tak terlupakan sepanjang sejarah manusia.

Dalam panjangnya perjalanan karir mereka, ternyata tidak menghentikan barang sekejap pun akhir kehidupan. Mengingatkan kita semua pada sebuah hakekat tentang perjalanan panjang menuju titik tujuan di depan, di mana waktu terus melaju tak terbendung dan tak akan bisa terulang.

Setiap detik dan menitnya, dan untuk setiap hari yang berlalu adalah helai zaman tak tergantikan dalam perjalanan hidup. Kehidupan ini sejatinya adalah perjalanan yang penuh dengan momen berharga yang memberikan kesempatan untuk dinikmati. Namun demikian, banyak manusia kurang dapat menyadarinya. Alih-alih menghargai setiap momen yang dimiliki dan menjadikannya berarti, banyak di antaranya yang tanpa sadar melewatkan peluang yang terbatas tersebut.

Tidak Ada Kesempatan Kedua

Oleh karena itu, agama telah menyediakan tuntunan agama untuk memaksimalkan kesempatan yang dimiliki manusia untuk diisi dengan amal shalih. Bila hal itu dilakukan, niscaya ia tidak akan pernah menyesal di kehidupan akhirat kelak. Kondisi orang-orang yang menyesal di akhirat itu dengan detail digambarkan QS. Al Mukminun ayat 99-100, “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), sehingga apabila datang kematian pada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ini (ke dunia), sehingga aku dapat beramal shalih yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu merupakan alasan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka itu ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.”

Ayat tersebut memberikan gambaran tentang refleksi penyesalan di kalangan mereka yang lalai dalam mengisi umur mereka dengan segenap amalan terbaiknya. Lebih dari itu, terdapat unsur harapan yang dapat membedakan akhir dari jalan cerita saat dimintai pertanggungjawaban berikutnya.

Baca Juga  Mudik Darat Jogja-Jambi dan Kisah Perjuangan Aktivis Muhammadiyah

Hal itu mereka sampaikan dengan nada keyakinan andaikata diberikan kesempatan kedua, demi untuk memperbaiki kelalaian mereka. Namun sayang beribu sayang, tidak ada kesempatan kedua dalam beramal shalih. Sebab petunjuk yang jelas dan nyata telah dikabarkan melalui dakwah para nabi dan rasul-Nya di sepanjang zaman.

Beranjak dari gambaran mereka yang lalai dengan umurnya, harusnya lebih dari cukup mengingatkan kita untuk melakukan sesuatu yang maksimal. Kita harus memperhatikan penggunaan umur sebaik mungkin. Penggunaan rumus yang mesti diterapkan adalah dengan semakin bertambahnya umur, hendaklah akan semakin menambah banyak pula amal shalihnya.

Hubungan timbal balik antara umur dan amal shalih ini semakin nyata saat Rasulullah Saw bersabda, ”Berhati-hatilah terhadap yang lima dari yang lima. Masa muda sebelum datang masa tua, saat sehat sebelum sakit, saat kaya sebelum miskin, masa senggang sebelum sibuk, serta hidup sebelum mati” (HR. Hakim).

Ada tiga hal mengemuka sehubungan dengan hadits ini, yaitu; lima hal (kondisi yang dapat diisi dengan amal) berhubungan dengan nilai waktu, rentang umur tidak ditentukan panjangnya waktu, namun ditentukan oleh kualitas amalannya, serta umur merupakan sebuah amanat yang harus dijaga dengan baik, karena ia tidak dapat diperbaharui (tidak bisa kembali ke titik semula).

Memakmurkan Umur

Hubungan erat umur dengan amal shalih ini semakin tak terbantahkan saat Rasulullah Saw menyebutkan indikator manusia utama saat ditanya tentang siapa orang yang paling baik?, maka dalam kaitan ini Rasulullah Saw menjawab, ”Mereka yang paling baik adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sementara itu, orang yang paling buruk adalah mereka yang panjang umurnya namun buruk amalnya” (HR Ahmad).

Indikator ini sedemikian mengakar kuat dari sisi etimologi Bahasa Arab. Pasalnya, ternyata umur berhubungan dengan makmur (sesuatu yang dimakmurkan), disebabkan kata umur diambil dari akar kata yang sama dengan makmur. Hal ini menyiratkan bahwa (lebih dari cukup) umur tak harus panjang, yang harus panjang (upaya) adalah mengisinya sehingga tercerminlah dalam garis kontinum umur itu suatu kondisi kemakmuran lahir dan bathin.

Baca Juga  Bacalah Doa Ini Supaya Diberikan Hati yang Bersih

Lalu apa selanjutnya? Sebagai gagasan awal, dapat dipertimbangkan apa yang sebenarnya kita anggap penting dan berarti. Selanjutnya, lakukan perubahan dengan penuh kesadaran dalam mengejar impian, serta nikmati momen-momen kecil yang akan berdampak terhadap kebahagiaan hidup. Sekali lagi kita dapat resapi bahwa hidup yang berarti tak selalu ditentukan oleh panjang umur, tetapi oleh cara kita mengisi dan memanfaatkannya. Maka dari itu, marilah kita sematkan arti yang mendalam pada setiap amalan hidup dalam rajutan waktu yang tersisa.

Editor: Soleh

M Taufik Hidayatulloh
1 posts

About author
Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Penyuluh Agama Islam Kemenag Kabupaten Bogor
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds