Perspektif

Memaknai Hari Pahlawan

3 Mins read
Oleh: Finka Setiana Adiwisastra*

Merdeka! kata yang menggebu-gebu itu menjadi jargon ampuh yang mampu menggetarkan sanubari bagi siapa saja yang mendengarnya. Merdeka sama dengan simbol kemenangan yang absolut bagi para penyerunya, karena merdeka berarti bebas dari segala kerangkeng yang mengekang.

Kata merdeka itu layaknya penyejuk hati bagi mereka yang melantunkannya, sesudah sekian lama berada dalam pertempuran yang berkecamuk. Sehingga kemudian mereka tentram dalam damai dan larut dalam kemenangan.

Mereka meneriakkan kata merdeka bukan tanpa maksud dan tujuan, bukan pula sebagai kata yang hampa tanpa memiliki isi melainkan sebagai senjata untuk menumpaskan musuh-musuh sehingga mereka tumbang begitu saja. Ya betul, merekalah para pahlawan yang berada di garda depan. Mereka hadir untuk menaklukan siapa saja musuh yang berani menghadangnya.

74 Tahun Merdeka

Kini bangsa Indonesia sudah mencapai pada angka 74 tahun merdeka yang kemerdekaannya tak luput dari jasa para pahlawan. Angka 74 merupakan prestasi membanggakan bagi bangsa Indonesia, karena bangsa kita sebagai bangsa besar sudah bisa bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama.

Tak semudah membalikkan telapak tangan, tentunya ada perjuangan di balik upaya Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Kita perlu mengingat catatan emas yang sudah diwariskan oleh para pahlawan sejak 74 tahun ke belakang sebagai pembelajaran penting dalam hidup kita. Tatkala para pahlawan kita melawan kolonialisme barat yang menjamur di Indonesia hingga upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Bermula dari kedatangan Portugis di Nusantara, kedatangannya ditentang oleh rakyat. Mengingat Portugis sudah melakukan monopoli perdagangan di bumi Nusantara. Perlawanan dilakukan oleh beberapa kerajaan dan wilayah.

Terdapat perlawanan Demak pada daerah Malaka, Adipati Unus, si Pangeran Sabrang Lor melakukan perlawanan. Di Sunda Kelapa, Fatahillah berhasil mengusir Portugis pada 1527. Berlanjut ke perlawanan Ternate yang dipimpin Sultan Khairun dan Sultan Baabullah, pada akhirnya Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis angkuh pada 1575 sehingga prosesi kristenisasi hingga monopoli perdagangan berhasil diredam. Hingga Perlawanan Aceh yang dipimpin Sultan Alaudin Riayat Syah dan Sultan Iskandar Muda.

Baca Juga  Sama dari India: Gandhi Ingin Perdamaian, Modi Ciptakan Permusuhan

Dari Belanda Hingga Jepang

Tak hanya Portugis yang menyambangi Indonesia saat itu, namun ada juga dari koloni lain seperti Belanda yang melancarkan invasi serta intervensinya. Usaha Indonesia terus berlanjut dalam melawan penjajahan, seperti melawan imperialisme Belanda yang dilawan oleh Kerajaan Mataram Islam di bawah kepemimpinan Sultan Agung. Juga pada Kerajaan Banten yang dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa dan kerajaan Makassar yang dipimpin Sultan Hasanudin serta Mapasomba.

Lebih luas lagi setelahnya perlawanan Indonesia terhadap imperialisme Belanda. Hingga munculnya perlawanan dari golongan terpelajar dan elit lainnya sebagai gerakan nasional layaknya Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische Partij, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Al-Irsyad, Persatuan Islam, Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Indonesia Raya (PARINDRA) serta Gabungan Politik Indonesia (GAPI).

Selain Belanda ada pula penyerangan yang dilakukan oleh Jepang, sehingga terjadilah perlawanan terhadap pendudukan Jepang di Indonesia yang beragam macamnya. Mulai dari perlawanan di kalangan kelompok Agama dari Teungku Abdul Jalil di Cot Pileng Bayu, Aceh dan KH. Zaenal Mustafa di Singaparna Tasikmalaya.

Perlawanan di kalangan militer dari Supriyadi di Blitar Jawa Timur, Teuku Abdul Hamid di Aceh, Amar Sutisna di Jawa Barat dan Khusaeri di Jawa Tengah. Bahkan ada pula perlawanan di kalangan petani terhadap jepang dari Haji Aksan dan Haji Madrias di Indramayu, Jawa Barat.

Perjuangan untuk Umat Manusia

Pahlawan berjuang dan bekerja keras demi kepentingan umat manusia bukan demi kepentingannya sendiri. Rasanya egosentris sekali bila mereka berupaya demi dirinya sendiri, rasa itulah yang semestinya dihilangkan dan dijauhkan oleh setiap jiwa. Pahlawan senantiasa menemukan secercah harapan dari setiap gulitanya hidup. Karena itu setiap waktu mulai dari pagi, siang, sore, hingga malam mereka korbankan untuk kepentingan orang banyak.

Baca Juga  Dentuman Misterius dan Hal-hal yang Tidak Kita Tahu

Iuran mereka tak hanya harta tetapi iurannya tenaga, taruhannya nyawa. Mereka berikan semuanya sepenuh jiwa raga demi kebaikan bersama. Pada hakikatnya prinsip hidup mereka layaknya pedang yang harganya mahal. Karena sekian lama ditempa dengan cara dipukul kemudian dipanaskan, sehingga menjadi pribadi yang tangguh nan elegan.

Perjuangan para pahlawan sudah banyak menginspirasi kehidupan banyak orang. Sudah saatnya kita sebagai generasi milenial meneladani hidup para pahlawan yang dikenang karena jasanya begitu mulia, yang mereka dedikasikan untuk kemaslahatan hidup banyak orang.

Memaknai Hari Pahlawan

Dahulu para pahlawan berjuang dengan mengangkat senjata untuk melawan para penjajah. Sudah saatnya kini kita sebagai pelajar semestinya memaknai hari kemerdekaan dengan belajar sungguh-sungguh demi tercapainya cita-cita. Sebagai guru semestinya berjuang untuk mendidik muridnya dengan penuh cinta demi mencetak generasi penerus bangsa yang berkarakter.

Sebagai pejabat semestinya berjuang dengan menjadi pribadi yang amanah. Apapun profesi kita sudah semestinya kita berjuang juga berkorban layaknya para pahlawan. Perjuangan yang dihiasi rasa syukur mendalam atas kemerdekaan kita sehingga kemerdekaan itu berarti bagi kita. Perjuangannya hingga pengorbanannya perlulah kita potret sebagai contoh kehidupan.

Mereka berani dalam memulai, senantiasa komitmen untuk tetap maju, hingga pantang mundur untuk menyelesaikan tugas mulianya. Sehingga mereka dapatkan manisnya kemenangan yang sempurna dalam hidup, yakni harum namanya sebagai pahlawan dengan tanda jasa sepanjang hidup.

*) Mahasiswa S1 Hubungan Internasional Universitas Lampung

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds