Opini

Resensi Buku: Berlayarlah! Jangan Lupa Pulang

1 Mins read

“Katanya Pram, menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Kalimat itu menjadi napas utama dalam buku ini. Berlayarlah! Jangan Lupa Pulang bukan sekadar kumpulan tulisan, melainkan deklarasi emosional dari ratusan santri yang telah menempuh perjalanan panjang dalam menuntut ilmu, jauh dari rumah, jauh dari keluarga—namun dekat dengan harapan dan cita-cita.

Selama enam tahun mereka menapaki kehidupan di pesantren, suka dan duka berbaur dalam satu perahu yang sama. Di tengah keterbatasan, mereka belajar tentang makna persaudaraan, keikhlasan, pengorbanan, dan ketangguhan menghadapi rindu. Buku ini menangkap momen-momen kecil yang sering luput dari perhatian, mulai dari percakapan ringan di ruang makan, lantunan doa di tengah malam, hingga gejolak batin saat menghadapi cobaan.

Melalui gaya narasi yang jujur dan puitis, para penulis menyampaikan isi hati mereka tanpa topeng. Ini bukan cerita tentang pahlawan, tapi tentang manusia yang belajar menjadi lebih baik. Buku ini menjawab rasa penasaran: bagaimana rasanya menjadi santri di era digital, ketika dunia luar begitu bising dan menggoda? Bagaimana mereka menjaga nilai dan identitas dalam derasnya arus zaman?

Berlayarlah! Jangan Lupa Pulang adalah simbol perjuangan dan pengingat bahwa dalam pencapaian sebesar apa pun, rumah adalah tempat untuk kembali. Buku ini tidak hanya menyentuh kalangan pesantren, tapi juga siapa pun yang pernah merasakan rindu, kehilangan, dan kerinduan untuk pulang—baik secara fisik maupun batin.

Identitas Buku

Judul Buku: Berlayarlah! Jangan Lupa Pulang

Penulis: Aswana 3042

Editor: Yahya Fathur Rozy

Jumlah Halaman: 350 halaman

Penerbit: PT Litera Cahaya Bangsa

Tahun Terbit: 2025

Baca Juga  Kiat-kiat Menjadi Penyunting Naskah Profesional
Related posts
Opini

Merancang Generasi Pemberontak ala Ahmad Dahlan

3 Mins read
Anak muda bukan sekadar “matahari terbit”. Mereka adalah energi potensial yang perlu diarahkan menjadi kekuatan pembaru. Di sini, Ahmad Dahlan bukan sekadar…
Opini

Melukai Hati Masyarakat: Saat Musibah Diukur Dengan Viralitas, Bukan Fakta di Lapangan

3 Mins read
Pernyataan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto bahwa banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak perlu didiskusikan panjang lebar terkait…
Opini

Agus Salim: Sintesis Islam–Nasionalisme dalam Model Diplomasi Profetik Indonesia

3 Mins read
Pendahuluan Di antara tokoh-tokoh perintis Republik, nama KH. Agus Salim (1884–1954) berdiri sebagai figur yang tidak hanya cemerlang dalam kecerdasan linguistik dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *