IBTimes.ID – Fajar Riza Ulhaq, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, menyampaikan bahwa masjid tidak boleh berhenti hanya sebagai tempat ritual, melainkan harus menjadi ruang transformasi umat. Generasi muslim kelas menengah perkotaan lahir tanpa bantuan bidan dan tidak lagi dibesarkan melalui institusi tradisional seperti masjid, melainkan oleh institusi modern, yang menjadi tantangan bagi kita. Pandangan ini juga lahir dari refleksi terhadap karya-karya cendekiawan Kuntowijoyo yang menyoroti fenomena “Muslim tanpa masjid”.
Hal itu disampaikan Fajar saat ia hadir sebagai keynote speaker dalam peluncuran dan diskusi buku “Membangun Sekolah Muhammadiyah Berkemajuan Berbasis Masjid” yang digelar di Gedung Induk Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Senin 18 Oktober 2025.
“Generasi muslim kelas menengah perkotaan lahir tanpa bidan. Mereka tidak lagi dibesarkan melalui institusi tradisional seperti masjid, melainkan oleh institusi modern. Inilah tantangan kita,” ujar Fajar.
Menurut Fajar, gagasan tersebut menemukan jawabannya dalam buku Integrasi Masjid dan Pendidikan karya Kiai Marpuji Ali. Buku ini disebutnya sebagai sintesis penting antara kritik Kuntowijoyo dan proses Islamisasi di Jawa karya M. C Riflecks, yakni dengan menekankan upaya re-institusionalisasi masjid.
“Masjid bukan sekadar tempat ideologisasi, tetapi harus menjadi pusat pendidikan, pengembangan, dan transformasi umat,” tegas Fajar.
Selain itu, Fajar juga menyinggung makna kehormatan seorang murid terhadap gurunya. Ia menyebut ada dua bentuk kehormatan yang tak ternilai.
“Pertama, ketika seorang murid diberi kesempatan berdiri di depan para gurunya. Kedua, ketika diminta memberikan testimoni tentang gagasan gurunya. Dan hari ini, saya mendapat kedua kehormatan itu,” ungkap Fajar.
Senada dengan hal itu Fajar juga sedikit menceritakan tentang dirinya ketika awal kuliah dan mondok di Pondok Hajah Nuriyah Shabran UMS.
“Jika dulu saya tidak ditempa di Pondok HShabran UMS, mungkin tidak bisa menjadi seperti ini sekarang. Karena UMS-lah yang membentuk saya sedemikian rupa, sehingga mampu untuk berdiaspora di kancah nasional, sebagai wakil Menteri atas dasar kader Muhammadiyah”. tutup Fajar.
Peluncuran buku ini menandai lahirnya tiga karya penting: Integrasi Masjid dan Pendidikan karya Kiai Marpuji Ali, Trendsetter Sekolah Berkemajuan, serta biografi Kiai Marpuji Ali yang ditulis oleh Sholahuddin.
Dengan hadirnya buku-buku tersebut, Fajar berharap Muhammadiyah dapat terus memperkuat perannya dalam membangun sekolah berbasis masjid yang berkemajuan, serta melahirkan generasi muslim yang kokoh secara spiritual dan cemerlang secara intelektual.
(Assalimi)

