Internasional

Warga Gaza Menanti Hasil Perundingan Hamas-Israel di Mesir

2 Mins read

IBTimes.ID – Warga di Jalur Gaza, Palestina, yang lelah dengan perang berkepanjangan di wilayahnya menanti hasil perundingan antara Hamas dan Israel di Kota Sharm el-Sheikh, Mesir, yang dimulai pada Senin (6/10/25).

Xinhua melaporkan pada Selasa, banyak warga Gaza yang berharap perundingan tersebut menjadi kesempatan terakhir untuk mengakhiri penderitaan mereka.

“Kami lelah dengan perang berkepanjangan yang telah menghancurkan rumah, rumah sakit, dan sekolah, sehingga tidak ada lagi tempat yang aman bagi siapa pun. Bahkan, anak-anak tidak lagi mengenal makna ketenangan. Mereka tidak pernah tidur tanpa rasa takut,” ujar Ismail Abu Shar, seorang warga Deir al-Balah, Gaza tengah sebagaimana dilansir dari laman ANTARA.

Abu Shar menuturkan bahwa daerahnya harus merasakan pengeboman selama berbulan-bulan yang membuat runtuhnya layanan mendasar, seperti listrik, air bersih, dan bahan bakar.

“Hidup telah menjadi perjuangan sehari-hari. Masyarakat menantikan kabar berakhirnya perang layaknya orang tenggelam yang menunggu pelampung penyelamat,” tutur dia.

Keinginan untuk damai juga diutarakan Mohammed Rabie, warga Khan Younis, Gaza selatan. Menurut Rabie, semua penduduk Gaza mendukung penuh gencatan senjata permanen.

“Masyarakat bersatu menyerukan gencatan senjata permanen yang dapat memulihkan paling tidak sedikit stabilitas dan martabat. Setelah semua kehancuran ini, setiap kesepakatan yang tidak menjamin rekonstruksi tidak akan cukup,” kata dia.

Sementara warga Gaza City, Ahmed Abdel Aal, yang saat ini mengungsi ke Deir al-Balah, menyebut bahwa perang menghancurkan nyaris seluruh lini kehidupan masyarakat di wilayahnya.

“Hampir setiap keluarga kehilangan anggota keluarganya. Dan, kami semua kehilangan kerabat atau teman. Masyarakat mengamati berita negosiasi di Mesir dari menit ke menit, berharap ada hasil nyata yang dapat mengakhiri pertumpahan darah. Kami ingin pulang ke rumah kami dan hidup damai, agar anak-anak kami bisa tumbuh tanpa rasa takut,” tutur Ahmed.

Baca Juga  Haedar Nashir : Virus Pro-Israel Jangan Sampai Menular

Perundingan antara Hamas dan Israel dimediasi oleh Mesir dengan partisipasi pejabat keamanan Amerika Serikat (AS) dan Qatar.

Sumber-sumber Palestina menguraikan bahwa delegasi Hamas, yang dipimpin oleh pejabat senior Khalil al-Hayya, telah mengadakan pertemuan persiapan dengan pejabat intelijen Mesir untuk membahas proposal secara mendetail serta mekanisme pelaksanaannya.

Hamas telah meminta Mesir untuk memberikan jaminan dan mekanisme pemantauan guna memastikan kedua pihak mematuhi setiap kesepakatan yang dicapai, imbuh sumber-sumber tersebut.

Hamas menyatakan kekhawatirannya bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mungkin tidak akan mematuhi kesepakatan tanpa adanya langkah penegakan yang jelas, terutama terkait penghentian operasi militer, pembebasan tahanan, dan pemberian akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Negosiasi tersebut dilakukan usai Hamas pada Jumat (3/10) mengumumkan bahwa pihaknya telah menerima sebagian dari rencana 20 poin yang didukung oleh AS.

Rencana itu mencakup pembebasan semua warga Israel yang disandera sejak 7 Oktober 2023, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Pejabat Israel memperkirakan Hamas masih menahan 48 sandera, termasuk 20 orang yang diyakini masih hidup.

Upaya diplomatik telah memperoleh momentum dalam beberapa hari terakhir, tetapi perselisihan signifikan masih tetap ada. Salah satu perselisihan yang paling menonjol adalah desakan Israel agar Hamas melucuti senjatanya sebagai prasyarat untuk mengakhiri perang dan menarik pasukannya dari Gaza.

Meski demikian, saat perundingan tengah berlangsung, serangan udara Israel ke Gaza masih berlanjut dalam beberapa jam terakhir.

Otoritas kesehatan Gaza pada Senin (6/10) melaporkan bahwa 21 orang tewas sementara 96 lainnya luka-luka dalam 24 jam terakhir. Banyak korban lainnya masih terperangkap di bawah reruntuhan, tidak dapat dijangkau oleh tim penyelamat.

Menurut otoritas, perang kali ini telah menewaskan 67.160 warga Palestina dan melukai lebih dari 169.000 lainnya sejak meletus pada 7 Oktober 2023. Sejak pertengahan Maret saja, lebih dari 13.500 orang meninggal dunia.

Baca Juga  Muhammadiyah Salurkan Ribuan Paket Ramadhan untuk Warga Palestina
Related posts
Internasional

Rusia Blokir Roblox, Tuduh Sebarkan Konten LGBT

1 Mins read
IBTimes.ID – Salah satu permainan yang disukai oleh anak-anak di berbagai belahan dunia belakangan adalah Roblox. Menariknya, dengan tuduhan menyebarkan muatan propaganda…
Internasional

Paus Leo: Pendirian Negara Palestina Adalah Syarat Perdamaian Konflik Palestina-Israel

1 Mins read
IBTimes.ID – Paus Leo XIV mengatakan pada hari Minggu, (30/11/2025) bahwa satu-satunya solusi dalam konflik Palestina-Israel yang sudah berjalan selama puluhan tahun…
Internasional

Israel Berada di Balik Penjarahan Bantuan Kemanusiaan di Gaza

2 Mins read
IBTimes.ID – Jean-Pierre Filiu, seorang profesor ahli Timur Tengah yang tinggal selama satu bulan di Gaza menyebut secara tegas bahwa penjarahan bantuan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *