Tarikh

Madrasah Nizhamiyah, Sekolahnya Para Pembebas Masjidil Aqsa

3 Mins read

Palestina kembali jadi pusat perhatian. Tapi kalian percaya atau tidak percaya, walaupun serangan semakin digalakkan, korban berjatuhan, tokoh-tokoh dunia mengecam, dan kita berbondong-bondong turun ke jalan. Sebulan dua bulan, coba saja perhatikan, kita akan mulai terbiasa dengan keadaan, lalu bosan, dan begitulah akhirnya konflik Palestina tak ubahnya konten-konten viral lainnya yang cepat datang, cepat pula menghilang.

Palestina adalah contoh nyata permasalahan yang tidak dibersamai kesadaran jangka panjang, bahwa sosok seperti Salahuddin al-Ayyubi itu tidaklah muncul begitu saja dari aksi bela Palestina berjilid-jilid yang menyebabkan kemacetan. Salahuddin dan generasinya lahir dari rahim pendidikan berkesinambungan, salah satu madrasah tersukses yang pernah ada dalam sejarah Islam, bernama Madrasah Nizhamiyah.

Sejarah dan Faktor Keberhasilah Madrasah Nizhamiyah

Madrasah Nizhamiyah didirikan tahun 459 H oleh seorang menteri pendidikan pertama dalam sejarah Islam bernama Hasan bin Ali bin Ishaq al-Thusi, atau yang masyhur dikenal sebagai Nizham al-Mulk dari Daulah Saljuqiyyah, yang percaya bahwa kebangkitan suatu masyarakat selalu berkelindan dengan kebangkitan budaya ilmunya. Dan rasa percaya itulah yang kemudian membuatnya sepenuh jiwa mendirikan madrasahnya.

Dimulai dari detail terkecil seperti memilih lokasi madrasah-madrasahnya, Nizham al-Mulk sangat cekatan menentukannya. Kalau pesantren zaman sekarang cenderung memilih tempat-tempat terpencil, bahkan kalau perlu berada di hutan sekalian demi kemungkinan perluasan lahan, ia malah memilih kota-kota besar seperti Baghdad, Bashrah, sampai Isfahan dengan keyakinan: semakin besar kotanya, semakin besar pengaruh madrasahnya nanti di masyarakat.

Soal pemilihan tenaga pengajar pun tidak main-main. Nizham al-Mulk memilih yang terbaik di antara yang terbaik. Bahkan tak jarang kalau ia langsung yang menguji calon pengajarnya. Dan itulah yang terjadi pada sang Hujjatul Islam Abu al-Hamid al- Ghazali, ketika ‘dikeroyok’ di sebuah majelis yang dipenuhi ahli ilmu di masanya. Kagum dengan keluasan ilmunya, Nizham al-Mulk pun akhirnya tanpa ragu menjadikannya pengajar di salah satu madrasahnya di Baghdad.

Baca Juga  Benang Merah Essenes dan Umat Islam

Satu faktor lagi yang jadi kunci keberhasilan Madrasah Nizhamiyah adalah ketersediaan fasilitas dan sokongan finansial. Dari mulai asrama, yang mana setiap pelajar punya kamarnya sendiri, perpustakaan megah yang memuat warisan intelektual berbagai peradaban sampai masanya, juga makanan yang sudah siap santap setiap harinya. Belum lagi uang jajan bernilai sepuluh ribu dinar untuk setiap pelajar. Al- Nizhamiyyah adalah surganya penuntut ilmu di waktu itu.

Pendidikan sebagai Investasi Terbaik di Zaman Peperangan

Untuk masa di mana obsesi para penguasanya adalah menguatkan militernya, mengingat Perang Salib yang sedang berkecamuk. Tentu pilihan Sultan Alp Arselan dan menterinya, Nizham al-Mulk untuk berinvestasi habis-habisan pada pendidikan sangat riskan, tapi mereka membuktikan bahwa tujuan dari investasi ini memang bukan manfaat dalam waktu dekat, melainkan maslahat jangka panjang untuk generasi-generasi yang akan datang.

Nizham al- Mulk terbunuh tepat 7 tahun sebelum Baitul Maqdis jatuh ke tangan para tentara Salib. Namun semenjak kematiannya itulah juga hasil dari investasi pendidikannya satu persatu mulai menemukan panggungnya. Sebab kredibilitasnya, para pelajar Madrasah Nizhamiyah selalu ditunjuk untuk mengisi pos-pos strategis jabatan publik. Sebut saja misalnya Aq Sunqur yang diamanahi memegang wilayah Aleppo dan sekitarnya.

Di samping mengurus wilayah-wilayahnya Aq Sunqur ternyata juga tak pernah lelah ikut serta dalam berbagai jilid Perang Salib, hingga kemudian ia pun terbunuh tahun 487 H, lalu digantikan putranya yang bernama Imaduddīn Zanki. Dibantu oleh para pelajar Madrasah Nizhamiyah, ia pun berhasil menyatukan wilayah- wilayah strategis seperti Bumi Syam. Bahkan kemudian berhasil pula menaklukkan Edessa tahun 539 H, salah satu wilayah pertama dan utama yang dikuasai tentara Salib.

Yang patah tumbuh, yang hilang berganti, Imaduddin Zanki pun pergi selama-lamanya kemudian digantikan oleh putranya Nuruddin Mahmud yang tak kalah berani. Dari tangannya Daulah Fathimiyyah tamat riwayatnya. Tercatat 50 kota sudah direbut kembali dari pasukan Salib di bawah kepemimpinannya. Itu semua tidak terlepas dari tangan dingin seorang panglima besarnya yang kemudian melegenda, Salahuddin al-Ayyubi namanya.

Baca Juga  Benarkah Konflik di Palestina Akibat Ulah Ya’juj dan Ma’juj?

Salahuddin al-Ayyubi dan Pendidikan yang Melahirkan Obsesi Pembebasan

Sepeninggalan Nuruddin Mahmud panji perjuangan kemudian diamanahkan ke Salahuddin al-Ayyubi yang dengan keteguhan hati bilang, “Ketika Allah memberiku tanah Mesir, aku yakin bahwa Ia juga akan memberikan padaku Palestina.” Setelah 14 tahun lamanya hidup dari pertempuran ke pertempuran dengan tekad itu, akhirnya di tahun 583 H, tibalah pertempuran Hittin, yang menjadikan namanya abadi dalam sejarah Islam sebagai pembebas Masjidil Aqsa, kiblat pertama umat Islam.

Salahuddin al-Ayyubi yang kata Imam al-Suyuthi adalah seorang penghafal al-Qur’an berakidah asy’ari, hafal kitab al-Tanbih salah satu rujukan utama mazhab Syafi’i, juga kitab al-Hamasah yang memuat himpunan syair- syair, pasca kemenangannya merebut kembali al-Quds tetap melestarikan semangat menteri Nizham al-Mulk dengan membangun madrasah-madrasah, membuka halaqah-halaqah keilmuan, demi terus mencetak generasi pewaris negeri.

Dan begitulah pertanyaan Majid Irsan al-Kilani tentang bagaimana generasi Salahuddin muncul dan bagaimana al-Quds Kembali terjawab. Jawabannya adalah pendidikan. Pendidikan yang melahirkan obsesi pembebasan. Jikalau Salahuddin merebut kembali al-Quds setelah 88 tahun dikuasai pasukan Salib. Maka kita masih punya 13 tahun untuk menyamai prestasi Salahuddin untuk merebut kembali Palestina yang sudah diduduki Israel 75 tahun lamanya. Dan disitulah peran madrasah-madrasah Nizhamiyah hari ini untuk mencetak generasi pembebasnya.

Editor: Soleh

Faris Ibrahim
13 posts

About author
Alumni Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir I Mahasiswa Magister Studi Islam Universitas Islam Internasional Indonesia
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *