Opini

TKA: Mendorong Kualitas Pembelajaran dan Profesionalisme Guru

4 Mins read

Pendidikan merupakan pilar utama pembangunan bangsa, dan kualitasnya sangat ditentukan oleh efektivitas proses pembelajaran serta profesionalisme guru. Di Indonesia, Tes Kemampuan Akademik (TKA) yang diperkenalkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 9 Tahun 2025 menjadi salah satu langkah strategis untuk meningkatkan standar pendidikan nasional. TKA tidak hanya berfungsi sebagai alat ukur kemampuan siswa, tetapi juga berperan penting dalam mendorong peningkatan mutu pembelajaran dan profesionalisme guru. Artikel ini membahas bagaimana TKA memengaruhi ekosistem pendidikan, manfaatnya bagi siswa dan guru, tantangan implementasinya, serta strategi optimalisasi agar kebijakan ini memberikan dampak yang berkelanjutan.

TKA Tidak Menggantikan AN

Tes Kemampuan Akademik (TKA) merupakan asesmen sukarela yang dirancang untuk memberikan gambaran objektif tentang capaian akademik siswa di berbagai jenjang pendidikan, terutama pada tingkat dasar dan menengah. Menurut Pusat Asesmen Pendidikan (Pusmendik), TKA hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan penilaian yang lebih adil, kredibel, dan terstandar secara nasional. TKA tidak dimaksudkan untuk menggantikan Asesmen Nasional (AN), tetapi melengkapinya dengan fokus pada capaian individu, bukan hanya evaluasi sistemik seperti literasi, numerasi, dan karakter.

Melalui laporan hasil yang terstandar, TKA dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), jalur prestasi ke perguruan tinggi, atau bahkan bahan pertimbangan dalam dunia kerja. Keunggulan utama TKA terletak pada objektivitasnya: berbeda dari rapor sekolah yang kerap dipengaruhi faktor subjektif dan variasi antar institusi, TKA memberikan ukuran kompetensi yang konsisten di seluruh Indonesia. Meskipun sifatnya sukarela dan tidak berpengaruh terhadap kelulusan, hasil TKA menjadi tolok ukur strategis dalam mengidentifikasi kesiapan akademik siswa secara nasional.

Peran TKA dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

TKA memiliki potensi besar untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Pertama, TKA mendorong sekolah untuk menyesuaikan kurikulum dan metode pengajaran dengan standar nasional. Mata pelajaran yang diujikan — seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, serta Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial — menegaskan pentingnya penguasaan keterampilan abad ke-21 seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kemampuan analisis.

Baca Juga  Cara Menangani Korupsi dalam Al-Qur'an

Kedua, hasil TKA berfungsi sebagai alat umpan balik (feedback) yang berharga bagi sekolah dan guru. Data agregat dari TKA dapat menunjukkan area kekuatan dan kelemahan pembelajaran. Misalnya, jika banyak siswa gagal mencapai standar minimal dalam numerasi, guru dapat mengevaluasi pendekatan pengajaran mereka dan mencari metode baru seperti project-based learning atau penggunaan teknologi digital.

Ketiga, TKA memperkuat prinsip pendidikan yang inklusif. Dengan laporan capaian yang seragam, siswa dari berbagai latar belakang — baik formal, nonformal, maupun informal — memiliki kesempatan yang setara untuk menunjukkan kemampuan mereka. Hal ini memberi ruang bagi sekolah untuk menemukan siswa berpotensi tinggi dari daerah terpencil yang selama ini kurang terdeteksi.

TKA dan Profesionalisme Guru

Selain berfokus pada siswa, TKA juga menjadi katalis peningkatan profesionalisme guru. Tantangan utama pendidikan Indonesia adalah ketimpangan kualitas pengajaran antar wilayah. Standar nasional TKA secara tidak langsung mendorong guru untuk meningkatkan kompetensi pedagogik agar hasil belajar siswa tetap kompetitif.

Beberapa dampak positif TKA terhadap profesionalisme guru antara lain:

  1. Peningkatan Kompetensi Pedagogik
    Guru dituntut memahami secara mendalam standar kompetensi yang diujikan dalam TKA. Hal ini mendorong mereka untuk memperbarui pengetahuan melalui pelatihan, workshop, dan pendidikan berkelanjutan. Misalnya, guru Matematika perlu mempelajari pendekatan berbasis problem solving agar siswa mampu menjawab soal yang menguji penerapan konsep, bukan sekadar hafalan.
  2. Evaluasi dan Refleksi Diri
    Hasil TKA menyediakan data objektif untuk refleksi profesional. Jika nilai siswa rendah pada mata pelajaran tertentu, guru dapat mengidentifikasi faktor penyebabnya — apakah metode, media, atau strategi pengajaran — lalu melakukan perbaikan.
  3. Kolaborasi Antar-Guru
    TKA juga mendorong terbentuknya Komunitas Belajar Guru (KBG) sebagai wadah kolaborasi lintas sekolah. Guru dapat menganalisis hasil TKA bersama, berbagi praktik baik, dan mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif.
  4. Dorongan untuk Berinovasi
    Dengan adanya TKA, guru terdorong untuk menghadirkan pembelajaran yang menarik dan kontekstual. Penggunaan media digital, simulasi interaktif, hingga proyek kolaboratif dapat membantu siswa memahami materi lebih mendalam sekaligus menumbuhkan semangat belajar.
Baca Juga  Haji dan Dialog Peradaban Global

Tantangan Implementasi TKA

Di balik peluang besar, implementasi TKA juga menghadapi berbagai kendala.

  • Pertama, masih terdapat kesenjangan akses terhadap sarana pendukung seperti komputer dan internet, terutama di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Sekolah-sekolah di wilayah tersebut kesulitan mengikuti simulasi TKA berbasis komputer.
  • Kedua, perbedaan kompetensi guru antar daerah dapat memengaruhi hasil TKA, sehingga diperlukan pelatihan berkelanjutan yang merata.
  • Ketiga, ada risiko munculnya tekanan berlebih pada siswa jika TKA disalahartikan sebagai ujian penentu nasib seperti Ujian Nasional dahulu. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah menegaskan kembali bahwa TKA bersifat sukarela dan berorientasi pada pemetaan kemampuan, bukan penilaian kelulusan.

Dampak TKA terhadap Guru

Agar TKA benar-benar berdaya guna, beberapa langkah strategis dapat dilakukan:

  • Pelatihan Guru yang Terarah
    Pemerintah perlu memperkuat pelatihan guru dengan fokus pada kompetensi yang diujikan dalam TKA serta penggunaan data hasil asesmen untuk perbaikan pengajaran.
  • Simulasi dan Sosialisasi TKA
    Sekolah perlu rutin mengadakan simulasi agar siswa terbiasa dengan format ujian. Sosialisasi kepada orang tua dan masyarakat juga penting untuk mencegah kesalahpahaman.
  • Penguatan Infrastruktur
    Dukungan sarana teknologi dan akses internet harus diperluas secara merata, terutama di wilayah 3T, agar seluruh siswa dapat berpartisipasi tanpa hambatan.
  • Integrasi dengan Kurikulum Merdeka
    TKA perlu diintegrasikan dengan semangat Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berbasis proyek dan pengembangan karakter. Guru dapat memanfaatkan TKA sebagai alat refleksi terhadap capaian kompetensi siswa.
  • Pemanfaatan Data untuk Perbaikan Berkelanjutan
    Hasil TKA sebaiknya tidak berhenti pada angka, tetapi digunakan oleh sekolah dan dinas pendidikan untuk merancang program remedial, pengayaan, atau peningkatan mutu pengajaran.

Tips Persiapan TKA

Bagi siswa, menghadapi TKA memerlukan strategi belajar yang cerdas dan seimbang. Pahami terlebih dahulu format dan jenis soal melalui simulasi resmi dari Pusmendik. Fokuslah pada penguatan kompetensi inti seperti literasi, numerasi, dan penalaran logis. Gunakan platform belajar digital seperti Ruangguru, Zenius, atau portal pembelajaran Kemendikdasmen. Selain itu, atur jadwal belajar dengan baik, tetap menjaga kesehatan fisik dan mental, serta berlatih mengelola waktu saat mengerjakan soal.

Baca Juga  Etika dan Politik Dalam Benak Aristoteles

Tes Kemampuan Akademik (TKA) merupakan langkah penting dalam memperkuat sistem pendidikan Indonesia. Ia memberikan tolok ukur objektif terhadap capaian akademik siswa sekaligus mendorong guru untuk terus meningkatkan kompetensinya. Dengan pelaksanaan yang inklusif dan dukungan kebijakan yang konsisten, TKA dapat menjadi instrumen pembelajaran yang membangun budaya reflektif dan kolaboratif di sekolah.

Lebih dari sekadar asesmen, TKA berpotensi memperkuat ekosistem pendidikan melalui peningkatan transparansi, akuntabilitas, dan keadilan. Dengan komitmen bersama antara pemerintah, sekolah, guru, dan masyarakat, TKA dapat menjadi tonggak penting dalam mewujudkan pendidikan Indonesia yang unggul, adaptif, dan berdaya saing global.

*)Artikel ini merupakan hasil kerjasama IBTimes dengan BKHM Kemendikdasmen RI

Faiz Arwi Assalimi
21 posts

About author
Anggota Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Mahasiswa Magister Administrasi Publik Fisipol UGM
Articles
Related posts
Opini

Merancang Generasi Pemberontak ala Ahmad Dahlan

3 Mins read
Anak muda bukan sekadar “matahari terbit”. Mereka adalah energi potensial yang perlu diarahkan menjadi kekuatan pembaru. Di sini, Ahmad Dahlan bukan sekadar…
Opini

Melukai Hati Masyarakat: Saat Musibah Diukur Dengan Viralitas, Bukan Fakta di Lapangan

3 Mins read
Pernyataan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto bahwa banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak perlu didiskusikan panjang lebar terkait…
Opini

Agus Salim: Sintesis Islam–Nasionalisme dalam Model Diplomasi Profetik Indonesia

3 Mins read
Pendahuluan Di antara tokoh-tokoh perintis Republik, nama KH. Agus Salim (1884–1954) berdiri sebagai figur yang tidak hanya cemerlang dalam kecerdasan linguistik dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *