IBTimes.ID – Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menyampaikan refleksi akhir tahun 2025 yang menekankan pentingnya bangkit bersama dalam menghadapi musibah banjir di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, serta wilayah lainnya, sambil memperkuat persatuan dan ketangguhan bangsa Indonesia memasuki tahun 2026.
“Bangsa Indonesia memasuki tahun 2026 dengan membawa luka mendalam dari bencana banjir yang melanda beberapa daerah. Ini cobaan berat yang harus kita tangani bersama, karena duka saudara-saudara kita di sana adalah duka seluruh rakyat Indonesia,” ujar Haedar pada 31 Desember 2025.
Ia mendukung seruan agar perayaan tahun baru tidak diwarnai pesta pora atau kembang api berlebihan sebagai wujud empati dan solidaritas terhadap korban bencana.
“Mari sambut tahun baru dengan semangat baru, lebih resilien, dan semakin solid. Bangun masa depan yang lebih berkualitas, inovatif, dan penuh makna bagi diri sendiri serta sesama,” tambah Haedar.
Haedar mengingatkan bahwa bangsa Indonesia memiliki pengalaman panjang menghadapi musibah besar seperti tsunami Aceh 2004, gempa Yogyakarta 2006, gempa Padang 2009, dan gempa Sulawesi Tengah 2018, yang telah membentuk ketangguhan batin dan sosial.
“Kita harus memperkuat jiwa, pemikiran, dan tindakan berbasis kebijaksanaan, serta melakukan refleksi spiritual, intelektual, dan sosial agar langkah ke depan lebih terarah,” jelas Haedar seraya mengutip QS Al-Hadid: 22 bahwa segala musibah telah ditetapkan Allah, dan yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan hamba.
Menurut Haedar, saat ini prioritas adalah penanganan dampak bencana, dilanjutkan rehabilitasi dan rekonstruksi, sambil membangun semangat kebangkitan tanpa kegaduhan atau pesimisme.
Ia menyampaikan penghormatan kepada korban yang tabah serta apresiasi tinggi kepada TNI, Polri, aparatur pemerintah, relawan, dan seluruh elemen bangsa yang bahu-membahu membantu.
“Kita mampu mengatasi musibah ini jika bersatu dalam persaudaraan penuh kasih. Pasca-bencana, kita perlu kajian ekosistem secara objektif dan menata ulang segala bidang kehidupan menuju Indonesia yang lebih maju,” kata Haedar.
Haedar menyatakan keyakinannya terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang tegas untuk mengarahkan langkah extraordinary dalam penanganan bencana dan pembangunan bangsa terutama di tahun 2026 mendatang.
Lebih lanjut, Haedar menekankan perlunya kohesi sosial kuat dengan menjadikan Persatuan Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai nilai hidup nyata.
“Hindari saling menjatuhkan, menghina, atau meluapkan amarah yang bisa memicu konflik baru. Kedepankan saling menghormati sebagai ciptaan Tuhan yang terbaik. Gunakan media sosial untuk memperkuat persatuan dan membantu sesama, bukan untuk mengoyak kebersamaan,” tegas Haedar.
Ia juga memaparkan peran Muhammadiyah yang terus aktif menanggulangi bencana dengan mengerahkan relawan dan dana hingga tahap rekonstruksi, termasuk menyalurkan bantuan 30 ton beras dari Uni Emirat Arab.
“Ini wujud tanggung jawab kebangsaan berbasis ihsan, sebagai solusi nyata bagi masalah bangsa dengan spirit cinta tanah air yang konkret,” ungkap Haedar seraya mengajak warga Muhammadiyah tetap fokus pada aksi kemanusiaan murni sesuai panggilan Al-Ma’un.
Menatap 2026, Haedar menyebut Indonesia akan menghadapi tantangan kompleks global yang menuntut transformasi bermakna, penguatan Pancasila, agama, dan budaya luhur, serta pelaksanaan amanat konstitusi secara konsisten.
“Para pemimpin harus memiliki jiwa kenegarawanan luhur, elite bangsa mengedepankan kepentingan nasional, dan rakyat semakin dewasa untuk berlomba dalam kebaikan dan takwa,” pungkas Haedar.
Haedar menutup dengan doa agar Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh rakyat Indonesia menuju Indonesia Raya yang maju dan beradab di tahun 2026 mendatang.

