Inspiring

Abah Rasyid: Pejuang Kemanusiaan dari Maumere

3 Mins read

Gunung Rokatenda meletus di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur pada tahun 2013. Abdul Rasyid Wahab, yang akarab disapa Abah Rasyid, memimpin tim MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) beraksi saat meletusnya Gunung Rokatenda dan beberapa kegiatan pasca meletusnya gunung tersebut.

Kegiatan yang dilakukan MDMC bukan hanya respon saat erupsi terjadi, akan tetapi juga bantuan dan pendampingan pasca kejadian. Kegiatan pendampingan psikososial para penyintas dilakukan oleh Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) maupun Nasyiatul Aisyiyah (NA) setempat. Pendampingan kegiatan belajar juga diberikan kepada anak-anak yang terdampak erupsi.

Kiprahnya untuk aktif dalam kegiatan penanggulangan bencana terutama saat Erupsi Gunung Rokatenda , mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan membantu sesama tanpa membeda-bedakan. Atas jasanya tersebut, Abah Rasyid (sapaan Abdul Rasyid Wahab) mendapat penghargaan dari Lembaga Penanggulangan Bencana (MDMC) PP Muhammadiyah pada  tahun 2014 di Magelang, Jawa Tengah.

Abah Rasyid Memajukan Maumere bersama Muhammadiyah

Penduduk Kabupaten Sikka 91% beragama Katolik, mulai tahun 2005 kabupaten ini menjadi keuskupan baru, yakni keuskupan Maumere, di bawah Keuskupan Agung Ende. Kawasan pesisir utara cukup banyak dihuni oleh warga keturunan etnik Tidung-Bajo, Bugis, serta Jawa dan Tionghoa (Alka, 2018).

Abah Rasyid menjadi  tokoh sepuh Muslim yang mengayomi masyarakat di Maumere. Beliau adalah tokoh utama dan rujukan pertama bagi masyarakat, pemerintahan, dan ormas, tatkala ada hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa sosial-keagamaan di Sikka.

Abah juga tokoh penting dalam gerakan Muhammadiyah di Kab Sikka. Di bidang pendidikan, ketika bermusyawarah akan mendirikan sekolah, Abah berdialog dengan bapak-bapak yang merokok dan minta satu batang rokok sehari untuk uang sekolah anak-anak mereka. Abah minta 10 ribu rupiah. Ternyata bapak-bapak menjadi  lebih semangat dan menaikkan menjadi 20 ribu rupiah

Baca Juga  Abu al-Wafa', Astronom dan Matematikawan Terbesar Arab

Anak-anak sekolah Muhammadiyah pernah meminjam kelas dari Sekolah Katolik, sebelum Sekolah Muhammadiyah dibangun. Program pendidikan tinggi dimulai tahun 2000 di bawah PDM Kupang. IKIP Muhammadiyah Maumere dulu bekerja sama dengan kampus di Kupang sampai tahun 2009.

Izin operasional IKIP Muhammadiyah Maumere turun pada 2013. Mahasiwa IKIP Muhammadiyah 70 persen Katolik dan dosen dan pengajarnya 50 persen Katolik. Dana pembangunan IKIP meminjam wakaf tunai dari Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Di Sekolah Muhammadiyah ada guru yang militan beragama Katolik. IKIP Muhammadiyah sekitar 700-an mahasiswa (82 persen katolik). Dua SMP jumlah siswa sekitar 310 (70 persen katolik) dan satu SMA (15 persen siswanya Katolik). Muhammadiyah Sikka memilki satu kampus IKIP Muhammadiyah, 2 SMP, 4 MTS, 1 SMA, dan 1 Madarasah Aliyah. (Alka, 2018)

Pada tahun 1993, Abah Rasyid mendirikan Panti Asuhan dan menjadi pengurusnya.  Ada 50 anak, emua sekolah, yang sudah tamat sekolah ada yang sarjana dan mengajar. Panti itu berdiri karena ada bencana di pinggir pantai dan di Pulau Babi yang kebetulan mayoritas Muslim. Abah melakukan survei terhadap  anak-anak yatim dan anak terlantar akibat bencana, menemukan 360 anak korban bencana dan anak-anak yang tidak dihiraukan.

Membawa Misi Kemanusiaan dalam Kebhinekaan

Pada peristiwa pencemaran Hosti pertama di Maumere tahun 1995, isu yang berkembang Islam telah menghina perisriwa Hosti. Kerusuhan pun terjadi. Toko dan warung milik Muslim banyak dibakar. Ada kabar bahwa umat muslim malam-malam sudah siap balas menyerang. Namun, Abah meredakan umat Muslim Maumere supaya tidak balik melawan.

Demikian pula ketika peristiwa eksekusi hukuman mati Tibo cs juga menimbulkan gejolak di Maumere. Peran Abah strategis ketika merendam supaya konflik Muslim dan Katolik tidak melebar dan berlarut-larut. 

Baca Juga  Munir Said Thalib, Pejuang HAM, Duta Universalitas Islam

Selain kegiatan respon di Rokatenda, Abah Rasyid  pernah punya pengalaman pada tahun 1981 menjadi Sakorlak bencana alam di Pulau Palue. Ketika ada bencana di Palue semua pegawai tidak mau, padahal mereka Katolik dan korban sebagian besar Katolik.

Abah Rasyid  turun tangan dan melakukan relokasi, evakuasi, dua bulan dia di Pulau Palue. Abah Rasyid bahkan tidak salat Jumat karena tidak ada jamaah, semua polisi Katolik dan Kristen.

Saat menerima penghargaan dari MDMC di tahun 2014, Abah Rasyid mengutarakan mimpinya ingin memiliki kapal kesehatan atau klinik terapung untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Sikka NTT yang tersebar di 8 pulau. Saat ini  Kapal Kemanusiaan itu sudah siap berlayar memberikan bantuan kesehatan untuk warga di kepulauan. Mimpi Abah selanjutnya adalah ingin membuat SMK Kelautan dan membangun rumah sakit. Selain itu balai pengobatan sudah ada di Wuring, Sikka.

Biografi Abah Rasyid

Abdul Rasyid Wahab lahir di Maumere, 5 April 1937. Sebelum Indonesia Timur merdeka (1945-1947) Abah Rasyid menempuh Pendidikan di Sekolah Desa Katolik Maumere dan Algemeene Laager School, Maumere (1948-1949). Kemudian Sekolah Dasar Maumere (1949-1953),  SMP di sekolah Katolik Yapentom, Maumere dan SMA Suryadikara, Ende. Pada tahun 1960 sempat kuliah dan bekerja di Universitas Atmajaya.

Saat peristiwa G30 S/PKI Abah Rasyid  pulang ke Maumere dan menikah. Saat itu mulailah Abah menjadi pengurus masjid, aktivis masjid, membangun masjid, dan berperan aktif di Sikka. Pada saat berusia 26 tahun, Rasyid muda menjadi pembantu Bupati dalam urusan tertentu sebagi utusan dari umat Muslim.

Tahun 1970 Pemilu di Sikka ada dua Partai Islam, Partai NU dan Parmusi. Kemudian, Partai NU dan Parmusi bergabung mengutus Abah menjadi anggota DPRD utusan NU dan Parmusi. Tetapi saat itu hanya setahun Abah menjadi anggota DPRD (1972-1973). Setelah itu mengabdikan diri menjadi ASN dan pensiun di tahun 1993.

Baca Juga  Abah Rasyid, Pejuang Kemanusiaan dari Maumere Meninggal Dunia

Abah Rasyid aktif di Pemuda Muhammadiyah sejak tahun 1982. Saat menjadi Koordinator Pemerintahan Kota (Kopeta) Maumere tahun 1982-1987 Abah sudah menjadi Pengurus Cabang Muhammadiyah Sikka, kemudian Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sikka (1985-1981). Setelah itu Abah Rasyid menjadi ketua PDM Sikka dari tahun 1991-2015.

Jabatan lain yang pernah diampunya antara lain Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kab, Sikka (1996-2001), wakil ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kab. Sikka (2005-sekarang). Saat ini di usianya yang lebih dari 70 tahun, Abah Rasyid  menjadi Ketua Dewan Penasehat MUI Kab Sikka dan Ketua Dewan Penasehat PDM Kab Sikka.

Selain mendapatkan MDMC Award di tahun 2014, Abah Rasyid juga menerima penghargaan Maarif Award 2018 dari Maarif Institute.

Editor: Nabhan

Fauziah Mona Atalina
7 posts

About author
Pemimpin Redaksi Rahma.ID, Anggota Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Departemen KOMINMAS (2016-sekarang)
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *