Perspektif

Jaga Kesehatan, Abaikan Rencana dan Target 2020!

2 Mins read

Tidak hanya saya, masing-masing kita, saya yakin memiliki target pada tahun 2020 yang harus diselesaikan di mana rencana-rencana sudah dibuat sejak awal tahun 2020. Namun, rencana dan target yang ditentukan itu rasanya akan menguap di tengah pandemik Covid-19 yang saya sendiri tidak tahu kapan akan berakhir.

Beberapa ahli dengan hitungan statistik ada yang menyebutkan bahwasanya awal Mei akan berakhir. Ada yang bilang Juni. Ada yang mengatakan juga bahwasanya November akan benar-benar selesai. Namun, itu semua hanya prediksi yang memerlukan langkah antisipasi dari negara sebagai otoritas tertinggi.

Jika tidak diantipasi oleh kebijakan negara dengan sangat keras dan disiplin, semua prediksi itu hanyalah menjadi angka saja di tengah jumlah yang terinfeksi terus bertambah.

Batalkan Target 2020

Bercermin kepada negara China, mereka membutuhkan waktu 4 bulan (Desember 2019-Maret 2020) untuk menyelesaikan pandemik ini. Tentu saja, upaya menyelesaikan itu tidak sekadar melalui imbauan. Melainkan menggunakan big data yang merekam informasi semua warganegaranya, pengawasan melalui kecerdasan buatan, pembatasan secara tegas melalui lockdown, dan juga adanya tes massal untuk mengetahui sejauh mana warganya terdampak. Meskipun sudah ketat seperti itu, China saat ini sedang mengalami serangan pandemik kedua di beberapa kota.

Di tengah situasi semacam ini, rencana dan target 2020 saya ubah semua. Rasanya tidak mungkin menyelesaikan sebuah draft paper di tengah situasi semacam ini. Sementara di rumah anak-anak memiliki tugas yang tidak sedikit dari guru-guru mereka yang membutuhkan tenaga saya.

Rasanya tidak mungkin menyelesaikan sebuah buku di tengah situasi seperti ini sementara psikis kita merasa terancam dengan semua keterlambatan penanganan yang sedang dihadapi oleh pembuat kebijakan. One Week Two Articles (OWTA) yang menjadi nafas kepenulisan saya sudah saya tidak hiraukan lagi.

Baca Juga  Makna dan Tujuan Pendidikan Menurut Quraish Shihab

Target 2020 yang terbaik bagi saya dan keluarga saya, sebagaimana saya seringkali ngobrol dengan istri: menjaga kesehatan. Bertahan di rumah dengan menjaga stamina agar selalu sehat jauh lebih penting dari apapun sebagai bagian dari investasi badan untuk langkah ke depannya.

Ini karena, rumah sakit sendiri sudah sangat kewalahan untuk mengurus pasien Covid-19 dan juga pasien-pasien lainnya. Jika saya menyumbang sakit juga, kondisi ini bisa memperburuk situasi.

Perkuat Kewaspadaan

Menjaga kesehatan dalam konteks sekarang jauh lebih penting ketimbang apapun, apalagi “sekadar” target 2020. Ini karena, sekali lagi, kita benar-benar tidak bisa memprediksi bagaimana virus ini menyebar dan bisa sampai kemudian ke tubuh kita.

Kita juga tidak bisa menduga sejauhmana tubuh kita memiliki kekebalan tubuh yang kuat untuk mengubah virus ini menjadi anti-bodi. Ya, secara individu, saya bisa melakukan proses antipasi itu semua. Namun, melihat beberapa cerita benar-benar membuat saya harus waspada sekaligus juga tawakal.

Kasus seorang ibu di Jawa Tengah yang terinfeksi virus ini bisa menjadi pelajaran. Saat pandemik ini menyebar, ia tidak pernah bepergian keluar kota dan keluar negeri. Ia juga bukan seorang tokoh masyarakat yang bertemu dengan banyak orang.

Ia sehari-hari hanyalah ibu rumah tangga yang berada di rumah. Kemungkinan terbesar ia tertular virus ini karena kontak langsung dengan tukang sayur yang setiap hari berinteraksi dan melewati rumahnya.

Saya akui, ungkapan menjaga kesehatan ini sangat bias kelas menengah. Di mana mereka bisa bekerja di rumah dan gaji bisa tetap ditransfer dari perusahaan atau institusi tempat mereka bekerja. Sementara itu, mereka yang kelas bawah di mana keseharian hidupnya ditentukan pekerjaan harian mereka melalui mobilitas di jalan merupakan perkara yang sulit.

Baca Juga  Muhammad Syahrur dan Letupan di Akar Rumput

Sayangnya, ketika berbicara kelas semacam ini semua kemudian menjadi fana kalau terdampak Covid-19 dengan imunitas tubuh yang lemah di tengah infrastruktur kesehatan di Indonesia yang sangat terbatas. Karena itu, bagi saya, menjaga kesehatan bagi tiap orang memang berbeda-beda.

Namun, yang perlu ditekankan adalah bagaimana tingkat kewaspadaan yang harus lebih diperkuat dengan melakukan protokol kebersihan individu sendiri. Tentu saja, dengan bekerja sesuai dengan kapasitas konteks yang dihadapi. Karena, semua rencana dan target 2020 itu tidak ada apa-apanya ketika paru-paru kita terbungkus oleh virus sialan ini.

Editor: Nabhan

84 posts

About author
Peneliti di Research Center of Society and Culture LIPI
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds