Abu Lahab merupakan salah satu dari selain nabi yang diabadikan di dalam surat, bahkan dijadikan nama dari salah satu surat, Al-Lahab. Secara harfiah Abu Lahab bermakna “father of the flame”, merupakan panggilan dari paman Muhammad SAW yang bernama Abd Al-Uzza bin Abd Al-Muttalib. Ia termasuk dari tokoh utama penentang dakwah Rasulullah. Aksi penolakan terhadap ajaran Islam tidak dilakukan sendiri oleh Abu Lahab, turut serta mendampingi istrinya, Ummu Jamil. Merupakan saudara perempuan dari Abu Sufyan dan memiliki nama lengkap Arwa binti Harb bin Umayyah bin Abd Shams bin Abd Manaf. Walhasil Abu Lahab dan Ummu Jamil pun layak menyandang gelar Pasutri Terburuk Sepanjang Sejarah.
Abu Lahab dan Ummu Jamil
Saat Allah memerintahkan kepada Muhammad SAW untuk berdakwah kepada kerabat terdekat, “Berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”. Rasulullah kemudian mengumpulkan suku-suku Quraisy dan mengatakan dihadapan mereka, “Seandainya aku mengatakan bahwa akan ada sekelompok pasukan musuh yang akan menyerang kalian, apakah dapat mempercayainya?”. Dengan serempak anggota kabilah Quraisy menjawab, “Kami mempercayaimu, dikarenakan tidak pernah menemui dirimu berbohong”. Mendengar jawaban tersebut Muhammad menyerukan kepada seluruh orang-orang agar beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan berhala yang mereka sembah selama ini.
Pada saat itu, Abu Lahab yang turut hadir menghardik dan mengatakan, “Binasalah kamu, apakah hanya untuk ini kami dikumpulkan.”
Tidak berbeda jauh dengan suaminya, Abu Lahab yang memusuhi Muhammad SAW, istrinya, Ummu Jamil binti Harb selalu menyebarkan fitnah-fitnah di kalangan penduduk Mekah, untuk merusak persaudaraan di antara mereka. Disebutkan dalam Al-Qur’an dengan sebutan وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ, karena gelar pembawa ‘kayu bakar’. Merupakan sebuah julukan bagi orang yang sering menyebarkan fitnah.
Tidak hanya melakukan fitnah, Ummu Jamil turut menghalangi dakwah Rasulullah dengan meletakkan duri-duri di jalan yang akan dilalui. Agar Nabi terluka dan menyerah untuk melanjutkan dakwah.
Keresahan Abu Lahab dan Ummu Jamil
Tidak hanya menjadi pusat perdagangan, Mekah dikenal pula sebagai pusat kegiatan keagamaan dengan keberadaan Ka’bah menjadi daya tariknya. Walau demikian masyarakat Mekah oleh sejarah tercatat sebagai masyarakat yang al-jahiliyyah, bermakna orang yang bodoh.
Namun dalam hal ini, bodoh bukan sama seperti tidak berpengetahuan. Bahkan kala itu masyarakat Mekah mengenal baca-tulis. Al-jahiliyyah disini bermakna masyarakat yang tidak mempunyai otoritas hukum, nabi, dan kitab suci.
Dengan adanya ajakan Nabi Muhammad SAW untuk meninggalkan patung-patung berhala yang mereka jadikan sesembahan dan memperkenalkan Islam di kota Mekah, menjadikan resah para pemimpin suku Quraisy. Termasuk Abu Lahab dan Ummu Jamil.
Apabila dakwah Rasulullah kemudian dapat berkembang dan diterima oleh masyarakat Mekah, kemungkinan besar dapat menyebar keseluruh penjuru jazirah Arabia melalui jalur perdagangan. Berdasarkan ketakutan itu, segala macam cara dilakukan oleh Abu Lahab untuk menghalangi dakwah Nabi. Sekalipun merupakan anak dari saudaranya sendiri Abdullah.
Beragam cara Abu Lahab dan istrinya lakukan untuk membuat Muhammad SAW berhenti mendakwahkan Islam. Tidak hanya menyerang dengan cara kekerasan, namun juga dengan cara menyerang psikologis Nabi.
Diketahui Abu Lahab sebelum diutusnya Nabi, telah meminang dua putri Muhammad bernama Ruqayyah dan Ummu Kultsum untuk kedua anak laki-lakinya. Mengetahui setelahnya bahwa Muhammad mengakui sebagai utusan Allah, saat itu juga memerintahkan anak laki-lakinya untuk menceraikan kedua putri Rasulullah.
Di lain waktu, saat terjadinya pemboikotan suku-suku Quraisy atas Bani Hasyim, turut berperan di dalamnya Abu Lahab untuk terwujudnya piagam pemutus hubungan dengan Bani Hasyim. Abu Lahab hanya akan menghentikan pemutusan hubungan jika Bani Hasyim menyerahkan Muhammad SAW kepada mereka.
Berbagai perbuatan yang dilakukan oleh Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, dikatakan oleh Yusuf Qarḍawi bahwa pasangan suami istri ini berperan untuk melakukan takhzil. Yaitu upaya-upaya untuk menjadikan takut dan hilangnya semangat umat muslim dengan cara menyebarkan kabar yang tidak benar mengenai diri Muhammad di masyarakat luas.
Kesabaran yang Salah
Kegigihan Abu Lahab dan Ummu Jamil menggagalkan dakwah Muhammad merupakan bentuk lain dari kesabaran yang diperlihatkan oleh Rasul dan para sahabat. Namun hal ini merupakan sabar dalam versi buruk.
Dalam pandangan Ibn Qayyim pada kitab Uddah al-Sabirin wa Dzakhirah al-Syakirin menjelaskan bagaimana manusia mempunyai kesabaran yang bervariasi. Kesabaran terbagi menjadi dua macam yakni sabar yang agung dan sabar yang hina.
Sabar yang agung adalah sabar dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah, serta tahan terhadap musibah yang diberikan dan bertambah keimanan karenanya. Sedangkan sabar yang hina adalah sabar dalam menuruti semua hawa nafsu walaupun membutuhkan usaha yang lebih untuk mewujudkannya.
Kesabaran Abu Lahab dan Ummu Jamil dalam menghadang menyebarnya Islam di Jazirah Arabia tidak berhasil, sebab tidak ada pertolongan dari Allah dalam sabar tersebut. Sebaliknya kesabaran yang ditunjukkan oleh Muhammad dan umatnya diberikan keberhasilan berupa menyerahnya kafir Quraisy dalam peristiwa Fathu Mekkah. Sebagaimana dalam surat An-Nahl ayat 127, “Dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah.”
Editor: Nabhan