Review

Aksi Bela Islam yang Diteladankan Nabi Saw

2 Mins read

Jagat maya beberapa bulan yang lalu ramai memperbincangkan video yang menayangkan kelakuan seorang warga yang mencopot logo bertuliskan “gereja reformed” di sebuah tenda bantuan korban gempa Cianjur. Tayangan video tersebut kemudian diunggah ulang oleh Gubernur Jawa Barat di akun instagramnya @ridwankamil.

Ia sangat menyayangkan perbuatan tersebut, sehingga ia menulis “Sangat disesalkan dan tidak boleh terulang lagi, pencabutan label identitas pemberi bantuan tenda oleh oknum warga setempat di tenda pengungsian di Cianjur”pada keterangan video itu.

Aksi yang dilakukan oleh warga pada tayangan video tersebut menggambarkan sikap yang tidak menghormati orang yang telah membantu para korban. Mestinya uluran tangan mereka perlu mendapat apresiasi yang sangat baik, bukan justru diperlakukan tidak manusiawi.

Dengan fenomena ini, dapat kita ketahui bahwa sikap anti yang dimiliki sebagian kelompok kepada kelompok agama lain masih terus tumbuh. Pencabutan label gereja yang ditengarai akibat “cemburu” itu merupakan sikap yang tidak layak dilakukan oleh penganut agama yang hidup di Indonesia dengan ragam agama.

Sebab, pada dasarnya, agama apapun selalu mengibarkan bendera perdamaian, menebarkan ketenteraman, berjalan beriringan, dan peneduh kehidupan sosial, bukan malah menjadi pemantik konflik dengan mengatasnamakan agama. Setiap agama mengajarkan cinta dan kasih sayang. Maka, harusnya kita bersikap empati terhadap sesama saudara yang sedang kesulitan, khususnya yang tengah mengalami musibah.

Salah satu pembahasan penting dalam buku Apa Agama Teroris? ini, adalah aksi bela Islam yang telah diteladankan oleh Nabi Saw. Sebagaimana Anwar Kurniawan menguraikan terkait dengan peristiwa Fathu Makkah (Pembebasan Makkah).

Sekitar tahun 630 M, Nabi Muhammad Saw menyatakan amnesti massal kepada sebagian besar oposan beliau, termasuk kepada orang-orang yang telah melawan beliau, baik dalam pertempuran maupun uji coba pembunuhan.

Baca Juga  Penyakit Amnesia Umat Islam: Catatan Khaled Abou el-Fadel
***

Di momen penting itu, kepada para tetua Quraisy khususnya, dan masyarakat Makkah pada umumnya, Nabi Muhammad Saw menegaskan bahwa “….hari ini adalah hari kasih sayang, dan bukan hari pembantaian atau perang.” Sungguh luhur. Benar-benar heroik. (hlm. 143).

Lebih lanjut, dengan hukum kesukuan yang masih tumbuh subur kala itu, alih-alih kaum Quraisy dijadikan budak, justru Nabi Saw menyatakan bahwa semua penduduk Makkah telah dibebaskan, termasuk para budak. Hanya enam orang yang dihukum mati saat itu sebab alasan kriminal yang melampaui batas kewajaran. Dan di atas itu semua, tidak seorang pun dipaksa masuk Islam.

Beginilah sejatinya aksi bela Islam seperti yang telah diteladankan Nabi Muhammad Saw, yakni dalam keadaan besar, justru berani memaafkan, bukan malah mendominasi dan berlagak menguasai atau berbuat semena-mena terhadap orang yang berbeda agama dan keyakinan, sekalipun minoritas.

Selain itu, buku ini juga membahas bencana yang seperti baru-baru ini terjadi di Indonesia, baik berupa gempa, tsunami, longsor, maupun banjir. Ironisnya, seiring laju zaman, tidak sedikit orang yang mengaitkan bencana yang menimpa Indonesia merupakan azab dari Allah. Mereka menyederhanakan bencana banjir laksana apa yang dialami Nabi Nuh As. Yang lebih menyedihkan lagi, narasi azab atau hukuman Tuhan ini laris dikonsumsi masyarakat di tengah lusinan penjelasan ilmiah tentang musabab bencana.

Dalam menyikapi dugaan miring tersebut, penulis buku ini mengutip pernyataan Gus Baha (KH. Bahauddin Nur Salim) tentang makna azab. Pendek kata, azab adalah wilayah Allah. Sementara manusia tidak berhak mencampuri atau justru menghukuminya.

Penulis lalu menyimpulkan bahwa azab hanyalah potensi, sedangkan cinta kasih Tuhan itu pasti. Oleh karenanya, sombong sekali kalau ada manusia yang sok suci dengan ikut-ikutan memberi vonis sebuah peristiwa yang menjadi otoritas Allah. (hlm. 50).

Baca Juga  Sekolah Islam Moderat: Potret dan Strategi Guru PAI

Semoga kita selalu siap dan mampu meneladani beliau dalam membela din al-Islam. Dan perlu disadari, dalam konteks sosial, hidup bukan semata soal kebenaran, melainkan merajut kasih sayang dan kebersamaan di tengah perbedaan yang sudah tercipta.

Judul Buku      : Apa Agama Teroris?
Penulis              : Anwar Kurniawan
Penerbit            : Ircisod
Cetakan            : I, Agustus 2022
Tebal                 : 178 halaman
ISBN                 : 978-623-5348-09-4
Peresensi           : Fathorrozi

Fathorrozi
5 posts

About author
Pendidik di Pondok Pesantren Nurul Qarnain Jember
Articles
Related posts
Review

Kumandang Dakwah Sang Pembaharu dari Paciran: Kiai Muhammad Ridlwan Syarqawi

3 Mins read
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan pembaharu (tajdid) sekaligus pemurnian akidah Islam. Sejak awal berdirinya di Yogyakarta, Kiai Ahmad Dahlan telah menancapkan pakem kokoh…
Review

Memahami Teks, Menyadari Konteks: Review Buku Interaksi Islam Karya Mun'im Sirry

5 Mins read
Buku ini, Interaksi Islam, karya terbaru Prof. Mun’im Sirry, mengusung tiga tema besar: Pertama, penelusuran aktivitas relasi antaragama di masa awal Islam,…
Review

Belajar Kehidupan dari Dilarang Mencintai Bunga-Bunga Karya Kuntowijoyo

4 Mins read
“Membaca karya Kuntowijoyo ini pembaca akan merasakan bagaimana sensasi imajinasi yang membuat pikiran merasa tidak nyaman.” (Buku Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, Kuntowijoyo)…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds