UMY meraih dua penghargaan dalam Abdidaya 2021. Peran perguruan tinggi dalam pemberdayaan masyarakat desa tentu harus sigap digerakkan. Saat ini perlu adanya pengembangan sumber daya alam, pelatihan teknologi pengelolaan hasil pertanian, dan pelatihan pengembangan bagi masyarakat desa. Perguruan tinggi memiliki posisi yang sangat strategis dalam pembangun bangsa ini lewat pendidikan yang diselenggarakannya.
Peran Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Desa
Peran kebangsaan perguruan tinggi pun telah dirumuskan dalam konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendidikan digunakan untuk meningkatkan kapasitas potensi insani (sumber daya manusia). Penelitian digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan baru, termasuk menjembatani ilmu pengetahuan agar berdaya guna. Adapun pengabdian kepada masyarakat merupakan muara agar ilmu pengetahuan berdampak bagi masyarakat, manusia, dan kemanusiaan.
Sebagaimana yang tertuang pada pasal 60 huruf a UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen wajib untuk melaksanakan Tri Dharma. Ini menjelaskan bahwa pengabdian kepada masyarakat sama pentingnya dengan penelitian dan pendidikan.
UMY Raih Penghargaan Abdidaya 2021
Peran pengabdian ini pula yang menjadi perhatian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam menjalankan programnya. Hal ini dibuktikan dengan dosen pembimbing UMY yang menerima penghargaan Juara 2 dan Divisi Centre of Student Innovation and Creativity (CSIC) yang menjadi sistem pendukung program favorit pada ajang penghargaan Abdidaya 2021, Senin (6/12) lalu.
Program penghargaan ini merupakan ajang apresiasi dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI. Ajang ini menjadi puncak pelaksanaan Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D), Program Wira Desa dan Program Pengembangan Pemberdayaan Desa (P3D) Tahun 2021 pada bulan Oktober-November 2021. Perlombaan ini diikuti oleh 113 perguruan tinggi se-Indonesia dengan total 240 tim yang bersaing dengan kompetensi. Adapun beberapa kategori penghargaan di antaranya organisasi kemahasiswaan, lembaga mitra desa, dosen pendamping, dan sistem pendukung program.
Sebagai dosen pendamping Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kelompok Penelitian Mahasiswa (KPM) UMY, Oki Wijaya, S.P., M.P. berhasil masuk dalam 2 nominasi dari kategori dosen pendamping. Beliau meraih penghargaan kategori Juara 2 dosen pendamping melalui judul program Pengentasan Kemiskinan Warga Desa Pilangrejo melalui Agroindustri Kelor Terintegrasi berbasis Supply Chain Management.
Tidak hanya dari kategori dosen pendamping saja, melalui Divisi CSIC Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA), UMY juga meraih penghargaan dalam kategori sistem pendukung program terfavorit.
Bentuk Nyata Pengabdian terhadap Masyarakat
Menurut Kepala divisi CSIC Dr. Rifki Febriansyah, S.farm., M.Sc., Apt., “Prestasi ini merupakan bentuk nyata komitmen UMY dalam pengabdian dan pemberdayaan terhadap masyarakat.”
“Tujuan utama dari suatu pemberdayaan masyarakat bukan hanya menjalankan program saja, namun bisa menimbulkan dampak dan membantu memecahkan masalah yang ada di masyarakat maupun desa,” tambahnya.
Harapannya, penghargaan ini dapat menjadi inspirasi untuk menumbuhkan jiwa pengabdian pada negeri. Tidak hanya itu, melalui program ini juga, perguruan tinggi diharapkan betul dapat melahirkan pemberdaya-pemberdaya muda yang dapat menjawab tantangan global. Karena perguruan tinggi tidak boleh hanya menjadi mercusuar, tetapi harus menjadi pelopor perubahan yang harus dirasakan manfaatnya.
Penyusun: Hanifah
*) Artikel ini didukung oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta