Aktivitas Membaca dan Menulis
Al Qalam Nun – Membaca dan menulis Ibarat dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Aktivitas membaca akan tiada guna dan juga musnah dalam ingatan-ingatan tatkala tidak dituliskan. Sedangkan menulis adalah mengikatnya. Menulis tidak akan memiliki nilai tatkala seseorang tidak membaca.
Membaca bukan saja sekadar jargon sebuah gerakan. Dalam Islam, membaca adalah perintah. Ia adalah firman Allah yang pertama diturunkan oleh Rasululllah melalui Jibril. Dalam bentuk kata perintah, yakni “Bacalah!”.
Membaca pada akhirnya bukan sekedar mengeja, melafalkan sebuah aksara, namun lebih luas lagi adalah membaca tanda-tanda alam semesta di segala ufuk baik yang tersebar di alam (Makro kosmos) atau pada diri sendiri (Mikro Kosmos).
Surat Al Alaq 1 – 5, serta merta mengejutkan dan menggetarkan jiwa raga Rasulullah, setelah Jibril mengajari makna 5 ayat itu serta menghujamkan dalam dada beliau. Sebuah ayat yang menginformasikan tentang Allah sebagai Tuhan. Tuhan yang menciptakan manusia dari segumpal darah, perintah menyebutkan nama Tuhan yang mulia, yang mengajarkan manusia dengan perantara pena.
Al-Qalam dan Nun: Perintah Membaca
Perintah membaca (iqra’), mengikat dengan kata pena (Al-Qalam), sebuah alat untuk menulis juga sebagai media untuk memberikan pengetahuan. Allah mengajarkan manusia dengan perantara Qalam (pena), yang sebelumnya telah Allah tulis dalam sebuah kitab yang besar di Lauhul Mahfudz, bernama kitabin Mubin. Suatu kitab untuk menjelaskan segala sesuatu.
Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi unsur penting dalam mengeja spirit literasi menulis yang diinspirasi oleh Al-Qur’an pada surat Al-Qalam ayat 1.
“Nun, Demi pena dan apa yang telah mereka tuliskan”.
Spirit ayat ini sangat besar sebagai kekuatan dasar bagi umat Islam khususnya agar menggerakkan dirinya untuk menulis. Jika Nun ditafsirkan sebagai tinta, Nun adalah sumber ilmu pengetahuan (konsep ilmu), dalam konteks spirit gerakan menulis.
Melalui ayat itu seakan-akan Allah berfirman Nun adalah huruf Nun, bacalah ilmu, meleklah terhadap realitas, lakukanlah banyak riset, bukalah rahasia di balik alam semesta. Dan Qalam, adalah pena. Dalam konteks sebuah gerakan, jika tinta sebagai sumber ilmu dan realitas, maka Qalam adalah sebagai alat untuk melihat atau alat untuk membaca realitas. Atau cara pandang (world view).
Surat Al-Qalam
Al-Qalam adalah surat ke-68. Diturunkan di Makkah pada awal kenabian. Pada urutan kedua setelah surat Al- ‘Alaq dan sebelum surat Al-Muzammil. Sebagian ulama berpendapat urutannya terbalik, surat al-Muzammil pada urutan ke-2 dan Al-Qalam sesudahnya. Nama surat ini Al-Qalam.
Mengingatkan pada surat sebelumnya, surat Al-Alaq, yang menyatakan bahwa Tuhan mengajarkan manusia dengan pena. Menarik bahwa kedua surat paling awal ini menyinggung peranan pena sebagai alat belajar mengajar. Kaya dan sarat dengan etos tradisi keilmuan.
Surat ini diberi nama Al-Qalam, yang berarti pena. Sebuah isyarat agar kaum Muslimin manjadi umat terdidik. Surat ini dimulai dengan huruf muqatha’at Nun. Disusul dengan sumpah pena. Huruf Nûn.
Tafsir Huruf Nun
Sedangkan Nun adalah Satu-satunya huruf hijaiyah yang digunakan Allah sebagai pembuka surat dalam Alquran. Untuk memahaminya, perlu membuka beberapa kitab tafsir karya ulama.
Beberapa ulama berpendapat bahwa Nun merupakan ayat mutasyabihat (samar/butuh penafsiran kembali). Mereka memandang bahwa huruf Nun sebagai daya tarik tertentu, agar pembaca Al-Qur’an memikirkan dan mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah dan dari Allah. Melalui awalan surat berupa huruf hijaiyah Nun inilah, Allah meNunjukkan bahwa surat Al-Qalam merupakan surat yang luar biasa.
Selanjutnya dapat kita lihat pendapat Prof. DR. Quraisy Shihab berkaitan degan huruf Nun pada surat Al-Qalam. Bahwa Nun sebagai huruf fenomis di awal surat sebagai sebuah tantangan pada orang-orang yang meragukan Al-Qur’an sebagai kalam Allah.
Sedangkan menurut Buya Hamka, Nun tidak sekedar goresan lengkung dan titik, beliau menyebutkan bahwa Nun merupakan nama ikan paus yang menelan Nabi Yunus, ketika meninggalkan negerinya, Ninawa.
Lafadz Al-Qalam juga disebutkan dalam ayat Allah yang lain. Yakni QS. Lukman 27:
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan menjadi tinta, ditambahkannya tujuh lautan lagi setelah keringnya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Alah Maha Perkasa, Maha Bijaksana”.
Penafsiran Wal-Qalam dalam Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir Wal Qalam, akan kita awali dengan merujuk pendapat dari kitab Ibnu Katsir. Dalam Ibnu Katsir, kata Wal Qalam (demi kalam). Secara lahiriyah berarti “demi pena”. Allah bersumpah dengan pena. Alat yang digunakan untuk menulis. Seperti kata Allah dalam surat Al-‘Alaq ayat 4, “Dia yang mengajarkan dengan pena”.
Wal Qalam (demi pena) adalah sumpah Tuhan (qasm) pertama dalam al-Qur’an. Yang turun tidak lama setelah lima ayat pertama, Iqra’ bi ismi Rabbikalladzî khalaq, khalaqa alinsâna min ‘alaq, iqra’ warabbuka al-akram, alladzî allama bi Al-Qalam, ‘allama al-insâna mâ lam ya’lam.
(Bacalah denganmenyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, danTuhanmu yang Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Penafsiran Al-Qalam dan Nun dalam Tafsir Al-Misbah
Selanjutnya, dalam Tafsir Al-Misbah! Al-Qalamberarti pena. Alat tulis apa pun termasuk komputer, laptop gadget, dan tablet tercanggih. Ada yang berpendapat bahwa Al-Qalambermakna pena tertentu. Seperti pena yang digunakan oleh para malaikat untuk menulis takdir baik dan buruk manusia.
Pena pencatat segala kejadian yang tercatat dalam Lauh Mahfuz. Pena yang digunakan oleh para sahabat untuk menuliskan Al-Qur’an. Pena yang digunakan untuk menuliskan amal baik dan amal buruk yang dilakukan manusia (Quraish Shihab, 2002).
Memahaminya secara umum, lebih tepat. Karena sejalan dengan perintah membaca (iqra).
Wahyu pada lima ayat pertama surah Al-‘Alaq.
Betapa dasyat spirit literasi, yaitu gerakan untuk membaca dan menulis yang telah tertulis dalam Al Qur’an. Sebagai bukti nyata bahwa membaca dan menulis merupakan bagian dari perintah Allah, untuk mencari, menggali ilmu-Nya yang Maha Luas dan menyampaikannya dengan pena (tulisan).
Wallahu’alam.
Editor: Rozy