Biografi Prof. Anne K. Rasmussen
Prof. Anne K. Rasmussen merupakan guru besar Etnomusikologi dan Musik Timur Tengah di College of William an Mary, Virginia, Amerika Serikat. Beliau juga merupakan anggota Dewan Penasihat Society for Ethnomysicology tahun 2016-2017). Ia sangat tertarik untuk melakuakan penelitian mengenai tradisi tilawah Al-Qur’an di Indonesia, sehingga menerbitkan sebuah buku “Women, the Recited Qur’an, and Islamic Music in Indonesia,” (University of California Press 2010). Karyanya tersebut sudah mulai berkembang sekitar tahun 1996 dan meraih penghargaan Alan Merriam Prize Honorable Mention tahun 2011.
Oleh karenanya, dalam tulisan ini akan mengulas pemikiran salah satu intelektual Amerika Serikat yakni Prof. Anne K. Rasmussen sebagai guru besar Etnomusikologi dan Musik Timur Tengah dalam bukunya Women, the Recited Qur’an, and Islamic Music in Indonesia.
Seputar Al-Qur’an dari Sudut Tilawah dan Musik Religi
Pada buku ini saya melihat Anne K. Rasmussen dalam buku ini sebagai pelopor munculnya peformasi Al-Qur’an, prempuan sebagai peformasi dan musik sebagai media dakwah. Disini ia memotret bagaimana peformasi Al-Qur’an dalam bidang sosial-keagamaan di Indonesia. Tidak hanya berhubungan dengan Al-Qur’an ia juga mencoba praktik-praktik lain seperti membidik perempuan dalam diskursus ini sebagai fenomena pembacaan.
Rasmussen tertarik melakukan penelitian tentang keterlibatan perempuan dalam pengalaman keagamaan yang berkaitan dengan musik dalam mengiringi pembacaan Al-Qur’an dengan tilawah. Dalam melantunkan Al-Qur’an banyak qori yang menikmati dengan nyanyian tersebut. Hal ini membawa ia ke dalam aspek yang banyak dipenuhi oleh qori dan penyanyi musik Islami yang handal dalam sebuah acara haflah yang dilantunkan laki-laki dan perempuan secara bergantian.
Rasmussen mencoba mengeksplorasi kekayaan suara perempuan dalam melantunkan tilawah Al-Qur’an dengan berbagai lagam. Pendekatan dengan peran musik dalam ekspresi penyebaran Al-Qur’an di tengah masyarakat Indonesia serta eksplorasi musik Islami atau qasidah.
Dalam buku ini memuat 6 bab pembahasan yaitu; pada bab pertama “setting the scene” yang beriskan tentang implikasi global dari etnografi yaitu berupa pendahuluan yang menjelaskan tentang perjalanan dia selama di Indonesia yang berkaitan aktifitas yang dilakukannya selama tahapan awal di Indonesia. Pertemuannya dengan Maria Ulfah yang membicarakan projek penelitiannya yaitu ruang lingkup tentang pertunjukan Islam di Indonesia serta peran yang dimainkan perempuan dalam budaya keagamaan.
Bab kedua berisikan mendengar Islam di atmosfer yang menjelaskan pemandangan suara dari lingkungan budaya-agama yang memancar ke berbagai ranah masyarakat Indonesia. Hal ini lebih memberikan perhatian khusus terhadap resapan suara yang dihasilkan agama dan kekuatannya dalam melantunkan seni tilawah Al-Qur’an, sehingga membuat orang yang tidak bisa berbahasa Arab juga bisa merasakan dan menikmatinya.
Bab ketiga menjelaskan tentang pembelajaran zikir; pelembagaan Al-Qur’an yang dibaca akan menggambarkan hubungan guru dengan murid dalam konteks belajar, praktik maupun pengalaman dalam membaca Al-Qur’an. Sehingga mengetahui cara dalam mengungkap kembali pembelajaran bacaan Al-Qur’an dengan lisan.
***
Bab keempat tentang merayakan agama dan bangsa; festival Al-Qur’an, yang menggambarkan acara dan kompetensi keagamaan yang menghargai dan mendorong kinerja Islam sebagai tindakan yang wajib.
Bab kelima menampilkan kesolehan melalui seni musik Islami dengan keterlibatan perempuan dalam melantunkan tilawah Al-Qur’an, qasidah maupun sholawat.
Bab keenam memikirkan kembali perempuan, musik, dam Islam yang berfokus kepada isu-isu gender dan praktik keagamaan, dengan meninjau kembali banyak orang dan peristiwa yang diperkenalkan di seluruh etnografi oleh pengevaluasi isu-isu motivasi. Argensi dan akses berdasarkan literatur tentang perempuan dalam Islam dan tentang musik dan gender serta feminis.
Rasmussen tertarik akan pembacaan tilawah Al-Qur’an yang memadukan dengan seni musik Islam di Indonesia dengan Timur Tengah. Umat Islam secara tradisional melakukan pendekatan Al-Qur’an dari dua sudut pandang yang berbeda akan tetapi memiliki keterkaitan yaitu tafsir Qur’an dan tilawah Qur’an. Hal ini mendedikasikan pikiran dan suara talenta musik dalam tafsir dan tilawah. Sehingga ilmu tafsir digunakan untuk mengungkap makna teks Al-Qur’an, sedangkan tilawah/musik adalah sebagai sarana dalam melakukan penyebarannya. (Ayoub 1993, 69)
Menurut Rasmussen pertujukan musik sebagai ladang untuk menafsirkan Islamisasi nusantara. Perempuan sebagai pemain seni kreatif dan pertunjukan Islami. Para mereka sebagai penghafal Al-Qur’an dan mengembangkan tilawah Al-Qur’an yang mereka lantunkan sebagai ajang produksi pesan untuk ditafsirkan orang lain. Pandangan terhadap Al-Qur’an dilihat dari sudut tilawah, irama, musik, gender, sehingga Al-Qur’an tersebut hidup ditengah kehidupan masyarakat Indonesia.
***
Menurut Rasmussen bahwa sebagian dunia Islam menganggap hal yang tabu jika perempuan sebagai pembaca Al-Qur’an dan musik Islami, akan tetapi di Indonesia bisa diterima. Rasmussen menggambarkan tentang bagaimana perempuan di Indonesia berperan dalam seni tilwah dan musik di ranah publik, hal ini membuktikan akan kesetaraan gender. Penggunaan musik Islami bukanlah sebuah acara ritual yang melibatkan masyarakat dalam seni tilawah. Hal ini tentu tidak semua kalangan muslim yang menyukai tentang perpaduan musik Islami ini.
Menurut penulis kesimpulan buku ini menggambarkan tentang peran perempuan dalam budaya ekspresif dan ritual Islam Indonesia. Hal ini berkaitan dengan musik dan tilawah Al-Qur’an di Indonesia. Buku ini sangat bermanfaat dan sangat bagus dijadikan sebagai referensi peranan perempuan dalam Islam, terutama dalam musik Islam. Karena tanpa kita sadari juga, disekeliling kita sering mendengar musik dan irama sebagai sarana dalam syi’ar Islam.
Editor: Yahya FR